3. The new old problem

80 14 1
                                    

***

Usai ujian kedua di mana [Name] berhasil mengalahkan team hero hanya dalam waktu semenit membuat seluruh teman sekelasnya heboh di keesokan harinya.

Pandangan [Name] yang sempat merasa khawatir dan takut karena tindakannya yang brutal melawan semua teman sekelasnya di ujian kedua membuat semua teman sekelasnya takut padanya, seketika merubah pemikiran awalnya.

Tidak hanya karena reaksi positif yang diberikan teman-temannya, kata-kata penenang dari midoriya mengubah cara pandangnya dan mengubah kekhawatiran nya.

Berkat kedua hal itu membuat [Name] lebih percaya diri melewati kehidupan sekolahnya selama seminggu tanpa hambatan.

Memang benar tanpa hambatan, tetapi hambatan yang dimaksudkan [Name] tidak sesuai perkiraannya.

Sepertinya berita tentang kejadian yang 'fenomenal' di ujian kedua hari itu mulai menyebar luas hingga seluruh penghuni sekolah tau.

'Itu dia kan? Murid pindahan yang belum lama pindah ke sini, tetapi ia berhasil menghabisi teman satu kelasnya sendirian hanya dalam waktu semenit di ujian bertarung?!'

Kira-kira begitulah desas-desus yang [Name] dengar. Mungkin kedengarannya seperti bentuk lain dari kekaguman mereka walau kalimatnya sedikit terdengar kejam.

Tetapi di sisi lain [Name] tidak bangga dengan lontaran pujian seperti itu. Bagi [Name] kesannya seakan [Name] benar-benar menghabisi temen sekelasnya layaknya Villain nyata yang keji.

Ungkapan seperti itu tentu akan menggiring orang ke berbagai opini, membuat [Name] diselimuti rasa tidak enak dan bersalah. Dan perasaan itu terus muncul setiap kali [Name] mendengar kalimat pujian selain dari kelas nya dan membuatnya teringat kejadian di ujian kedua tersebut.

Namun ditengah-tengah kekhawatiran [Name], akan selalu ada orang yang membuatnya kembali tenang. Teman sekelasnya dan midoriya izuku.

"[Name]? Apa kamu ingin sesuatu?"

Sepertinya jika hanya menyisakan midoriya yang menemaninya juga akan baik-baik saja.

"Hm! Aku baik. Tapi apakah tidak apa jika aku tidak bergabung dengan mu dan yang lainnya? Aku ingin makan siang dengan mina-chan."

Midoriya mengangguk,"Oh tidak apa! Aku akan memberitahu yang lain."

"Okay! Kalau begitu aku pergi dulu ya, sampai nanti izuku~!" [Name] melambaikan tangannya sebelum ia berlari meninggalkan kelas.

Tak lagi melihat keberadaan [Name], midoriya bergegas meninggalkan kelas menuju kantin di mana teman-temannya Iida, todoroki, dan uraraka tengah menunggunya.

"Deku-kun! Di sini!" midoriya menoleh, mendapati uraraka melambaikan tangannya yang sudah duduk bergabung dengan Iida dan todoroki. Sambil membawa nampan makan siangnya, midoriya langsung bergegas menghampiri meja mereka bertiga dan mengambil tempat di sebelah todoroki.

"Beruntung kamu cepat datang, midoriya. Kalau tidak bisa-bisa kamu hampir tidak kebagian tempat" ujar Iida.

"Oh? Deku-kun sendirian? Kenapa tidak bersama [Name]?" tanya uraraka yang menyadari tidak biasanya midoriya pergi ke kantin sendirian. Setiap menjelang jam istirahat midoriya selalu terlihat berpergian bersama [Name].

"Ah, benar juga. Di mana [Name]?" sambung todoroki.

"Tadi [Name] sempat berpesan kalau dia tidak bisa ikut bergabung karena dia makan siang dengan Ashido-san" Iida mengangguk sebagai respon dari ucapan midoriya lalu melahap makan siangnya.

"Omong-omong soal [Name], akhir-akhir ini kalian terlihat lebih dekat ya"

Midoriya membulatkan matanya terkejut dan mulai terbata-bata, "E-eh? Apa iya? Aku rasa tidak begitu, todoroki-kun"

CompatibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang