9. Why?

71 9 0
                                    

Hari itu matahari menggantung lebih tinggi dari biasanya. Hawa nya begitu terik, banyak tanaman yang layu tak kuat menahan panas terik siang hari. Awan pun sepertinya juga tak sanggup berdekatan dengan matahari. Langit biru terlihat lebih bersih dan kosong, teriknya pun semakin terasa karena tak ada satupun awan yang melintas.

Di kala orang lain memilih untuk berdiam diri dirumah sembari menyejukkan diri, lain hal dengan kedua bocah kecil yang tengah asik bermain ditengah cuaca panas selagi berlindung di bawah rimbunan semak yang menjalar seperti sebuah atap.

Cuaca yang panas terik tidak menghalangi kedua bocah itu untuk bersenang-senang. Asal memakai baju tanpa lengan dan bekal sebotol air putih pun sudah cukup bagi mereka menjalani hari yang cukup ganas panasnya.

Bocah laki-laki itu duduk ditanah, sibuk dengan sebuah toples kecil dan dedauan yang disusun rapi seakan membentuk sebuah alas yang empuk. Sedangkan gadis kecil yang satu tengah sibuk memilah-milah buah-buahan liar yang telah dipetiknya tadi.

"Katchuo, sedang apah?" Tanya gadis kecil itu.

"Aku tengah membuat rumah untuk, kashi" ujar bocah laki-laki itu sambil menunjukkan toples dengan tali yang melingkar di lehernya berisikan sebuah kepik berwarna merah bertotol hitam.

"Oh, katchuo sudah memberikannya nama?"

Yang diterpanggil menggelengkan kepala, "Belum. Itu hanya nama sementara. Apa kamu mau memberinya nama?"

Sang gadis menatapnya bingung, "Kenapa?"

"Hm? Kenapa? Karena aku ingin memeliharanya" katsuki tersenyum lebar, ia kembali fokus menata daun-daun hijau segar ke dalam topless, membuatnya terlihat empuk dan nyaman.

Sang gadis kecil terdiam sejenak, memikirkan sebuah nama untuk kepik yang akan dipelihara katsuki.

"Bagaimana kalau namanya 'katchume'?"

"Apa artinya?"

"Tidak ada, itu hanya paduan dari nama katchuo dan nama ku"

"Oh! Boleh, aku suka mendengarnya. Kau dengar kan? Sekarang namamu katsume. Kat-su-me. Ingat itu ya? Katsume!"

"[Name]! Ayo sapa katsume"

"Hai katchume! Salam kenal ya, aku [Name]"

Katsuki tersenyum lebar, ia membiarkan [Name] bermain dengan kepik tangkapannya. Setelahnya, katsuki tanpa sadar memegang tangan [Name] yang sedang memegang toples berisi kepik tersebut lalu menoleh dengan kaget.

"Eh? Katchuo?" Yang terpanggil tidak langsung menyahut. Katsuki hanya menatap [Name] cukup lama lalu tubuhnya bergerak mendekat dan semakin merapat ke tubuh [Name].

"[Name],  Jangan lupakan aku"

Terik matahari yang seharusnya tidak dapat tembus dari semak yang menjalar saat itu entah kenapa sinarnya bisa menembus dan menusuk ke dalam mata. [Name] segera menutup matanya. Dengan harapan agar cahaya terik matahari itu tidak langsung mengenai matanya dan hilang begitu saja.

Di rasa tidak ada lagi sinar yang menyilaukan mata, [Name] berusaha membuka kembali matanya, hendak menyesuaikan pandangannya dan titik cahaya datang.

Hal pertama yang [Name] lihat pertama kali adalah sebuah lampu yang menggantung benderang di langit-langit.

CompatibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang