Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
Nathan mendesah lega ketika dia sampai di sekolah, para siswi masih menatapnya dengan tatapan yang memuja. Itu berarti Edgar tidak membocorkan rahasianya semalam.
Pemuda tampan itu mendudukkan dirinya di kursi di barisan kedua, membuka buku pelajaran yang akan dia pelajari hari ini.
Kelas Nathan yang tadinya sepi kini sudah mulai ramai, beberapa siswi mendekati Nathan memberikan pemuda itu cemilan buatan mereka.
Dengan senang hati Nathan menerimanya, toh karena ini juga dia bisa menghemat pengeluarannya.
"Terimakasih" gerombolan siswi itu memekik senang, lalu kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
Bel sekolah berbunyi, pembelajaran akan segera di mulai. Terlihat seorang pria berusia 40an masuk ke dalam kelas Nathan dengan sebuah besar dengan sampul bertuliskan "sejarah Indonesia".
"Selamat pagi, hari ini bapak akan melanjutkan materi yang tertunda minggu kemarin" Beberapa siswa mulai mendesah tidak suka bertepatan dengan di mulainya kelas.
~•°•~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~•°•~
"Nah, Nak Nathaniel ini materi yang akan keluar saat olimpiade bulan depan, bapak sudah berbicara dengan bapak olahraga untuk mengizinkan kamu untuk tidak hadir di pelajaran beliau--" Nathan menatap kearah kertas-kertas yang ada di atas meja, cukup tebal semoga saja soal-soalnya bisa dia pahami.
"Bapak tau kamu setiap pulang harus pergi kerja sampingan, jadi gunakan waktu pelajaran olahraga untuk mempelajari materi-materi ini" Lanjut pak kepsek membuat Nathan sedikit terharu, guru-gurunya sangat pengertian dengannya.
"Baik pak, kalau begitu Nathan permisi dulu" Nathan keluar dari ruangan kepala sekolah, dengan setumpuk kertas yang berisi materi olimpiade tadi.
Nathan masuk ke dalam kelas, menuju ke tempat kursinya, Membuka tas berwarna hitam itu lalu memasukkan kertas-kertas tadi.
