Ninu ninu ninu, pipip piip-!! Peringatan ⁄(⁄ ⁄•⁄-⁄•⁄ ⁄)⁄.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh?"
Nathan mengerjapkan matanya dengan lucu ketika Edgar dengan sengaja mendorongnya jatuh ke atas ranjang hotel.
Di depan Nathan, terlihat Edgar tengah berdiri sambil menyeringai dengan membawa sekotak pengaman yang Ola berikan padanya.
Edgar mendekati Nathan, lalu melepaskan semua pakaian yang Nathan pakai hingga tubuhnya terekspos.
Nathan yang baru sadar kalau tubuhnya sedang bertelanjang bulat langsung mendorong tubuh Edgar menjauh. Pemuda itu kemudian bersembunyi di balik selimut dan hanya menampilkan wajahnya saja.
"Gue gak mau, gue takut" cicitnya pelan.
Edgar menghela nafasnya, mencoba menetralkan amarahnya yang mulai muncul. Bukankah tadi Nathan bilang dia siap, kenapa pemuda di depannya ini menjadi plin plan seperti ini.
Pria itu mendekati Nathan dengan tatapan yang lembut, membuat Nathan yang awalnya takut kini berangsur tenang.
Edgar mengelus kepala Nathan yang di balut putihnya selimut, mengelusnya pelan hingga berakhir di pipi Nathan.
"Gue gak bisa janji kalo ini gak bakal sakit, tapi gue bisa jamin Lo bakalan ketagihan" Nathan memejamkan matanya, meresapi sentuhan Edgar di pipinya.
"Kalo sakitnya sih palingan kek di gigit singa kok" lanjut Edgar membuat Nathan menatapnya tidak suka lalu memukul pelan bahu Edgar.
"Gak sakit tapi langsung mati" balas Nathan membuat Edgar menampilkan senyumannya, wajah Nathan memanas.
Nathan memalingkan wajahnya, "Jadi boleh gak nih?" Tanya Edgar yang dibalas anggukan kepala dari Nathan.
Seketika raut wajah Edgar menjadi cerah di tambah lagi dengan pemandangan Nathan yang mulai membuka selimutnya.
Nathan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur, dengan posisi kedua kakinya yang ditekuk malu karena di depannya ada Edgar.
Lalu dengan perlahan Edgar melebarkan kedua kaki Nathan hingga memperlihatkan kejantanan Nathan yang setengah ereksi.
Dengan lihai tangan Edgar memainkan kejantanan Nathan, membuat pemuda tampan itu mengerang lirih karena permainan Edgar.
Setelah puas memainkan miliknya Nathan, tangan Edgar kini merambat turun ke bawah untuk bermain dengan lubang milik Nathan yang terlihat menggoda.
Jari tangan Edgar sibuk mengitari area sekitar bibir lubang Nathan yang bertambah berkedut, Edgar kemudian meludahi jari-jarinya sebagai pengganti pelumas.
Edgar mulai memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang Nathan lalu memaju-mundurkan jarinya secara beraturan.
Sesekali jari tengah Edgar menekan sesuatu yang dia duga sebagai sweet spot nya Nathan hingga pemuda itu mengalami ejakulasi.