13. 🕊️

150 44 6
                                    


Yok yang kangen sama mereka, sini merapat


Senyum Dahyun tak luntur semenjak kakinya menginjak disini, menatap lamat gundukan tanah dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum Dahyun tak luntur semenjak kakinya menginjak disini, menatap lamat gundukan tanah dihadapannya. Ia sebenarnya tidak tahu berapa lama tidak datang kemari. Seminggukah? Sebulan? Atau bahkan setahun? Entahlah.

"Hai Rose, maaf baru bisa berkunjung selepas kejadian itu." Dahyun meletakknya bunga diatas nisan Rose, jemarinya terulur guna mengusap nisan tersebut. Masih jelas terselip kesedihan di balik matanya. Bukannya kejadiannya benar-benar mendadak. Bahkan penghuni langit sampai tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku merasa aku bodoh saat itu, pergi dari tanggung jawab!" Dahyun agak mendengus. Ya, ia terlihat pengecut hanya karena bentakan. Itu memang pertama kali baginya, wajar ia tersentak dan berakhir menangis dan Jimin sudah meminta maaf atas segala perbuatannya.

Jemarinya kembali mengusap nisan tersebut, tersenyum hangat di sana, "Tapi kali ini aku akan melakukan apa yang kau suruh Rose. Maaf dan terimakasih karena memberikanku kesempatan ini. Aku tidak akan menyia-nyiakannya."

"Memang harus seperti itu!" Suara seseorang menyentakkan Dahyun dari lamunannya. Dewi itu sempat melamun sebentar dan langsung menoleh ke sumber suara. Didapatinya Jimin yang sudah berdiri tak jauh darinya. Sejak kapan dewa kematian itu sudah berada di sana? Dan kenapa ia tidak menyadarinya?

"Jimin!"

"Kenapa kau tampak terkejut seperti itu?" Lalu Jimin tergelak. "Aku selalu datang beberapa kali, bukan berarti aku menguntitmu!" Pukasnya memberitahu. Dahyun tampak heran, ia tidak ada mengatakan Jimin seperti apa yang ia katakan tadi, itupun baru ia pikirkan di dalam kepalanya. Tapi, yasudah kalau Jimin sudah bisa menebaknya.

Dewa itu terlihat menaruh bunga di atas nisan Rose, tersenyum teduh di sana. "Hai, aku kembali lagi. Mungkin aku tidak tahu bagaimana kehidupanmu di sana, semoga itu menyenangkan. Aku juga begitu di sini. Terimakasih telah memberikan kesempatan."

Dahyun di sisinya hanya diam mendengarkan. Rasa-rasanya ia tidak seharusnya di sini. Tapi, tidak! Ia tidak boleh merasa kurang percaya diri. Rose sudah memberikan banyak hal untuknya walaupun dengan jalan seperti ini.

"Maaf Rose!" Batin Dahyun sendu.

Jimin yang mendapati Dahyun jadi diam, mengusap punggungnya. Ia tahu, Dahyun masih sedih dengan banyaknya yang terjadi, tapi ia tidak mungkin bertindak seperti dulu lagi. Lagipula Dahyun sudah menjadi sosok pengganti yang berharga bagi Jimin, walau masih tergolong awal. Setidaknya ia harus berjuang untuk kedepannya.

"Hei, kenapa menangis?" Jimin agak terkejut begitu melihat Dahyun sudah terisak, jemarinya menangkup wajah Dahyun, mengusapnya lembut. Dengan lihai, menghapus tiap titik air yang mengalir tersebut. Dewa itu menggeleng lirih. "Jangan, jangan basahi wajahmu dengan air kesedihan ini!" Pintanya lembut. Ia mendekat guna mengecup mata sembab itu setelahnya membawa tubuh itu kepada dekapannya. Dahyun menjatuhkan kepalanya di sisi bahu Jimin. Ia jadi tidak bisa menahan kesedihannya.

Aphrodite: Future Of HadesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang