5A (Tulip)

11 4 2
                                    

Halo teman...
Seperti biasa ya :)
Happy reading.

Seperti biasa ya :)Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


5A TITIK TERENDAH SESEORANG

Hari ini aku terlambat, sinar matahari sudah menjelma ke seluruh isi bumi sedangkan aku masih termenung dengan kesunyian sanubari dalam gerbong kereta yang sedang melaju menuju stasiun dekat sekolah. Sudah seminggu lebih, Genta mulai mementingkan dirinya sendiri lagi.

Semalam dia menelpon, katanya ingin menjemputku. Tapi dia berbohong dan tak ada penjelasan apapun, hingga pada akhirnya aku akan menerima kenyataan bahwa nanti aku akan dihukum di tengah lapangan. Ini risiko yang harus kutanggung. Dan untuk pertama kalinya dia membuatku kecewa.

Aku sampai di sekolah pukul tujuh lewat lima belas menit, dan waktu masuk sekolah adalah pukul setengah tujuh pagi. Sudah kelewatan sekali jika terlambat setengah jam lebih. Dan tentu ini adalah yang pertama kalinya aku begini. Ini semua karena Genta. Bukan. Ini semua karena harapanku sendiri. Ya, betul.

"Pak. Saya boleh masuk?" tanyaku pada Pak Nardi, yaitu penjaga keamanan sekolah.

"Kamu mau masuk tetapi dihukum, atau mau pulang?"

"Masuk saja deh, Pak. Gak apa-apa kalau dihukum," kataku sedikit memelas.

"Yakin?"

Aku mengangguk, "Iya, Pak."

Gerbang sekolah dibuka, dan akhirnya aku disuruh untuk menghadap ruang bimbingan konseling. Aku bersikap biasa saja dan menyerahkan diri dengan pasrah. Ya karena aku tahu ini semua salahku.

"Permisi, Bu," kataku seraya menyembulkan kepala dari balik pintu.

"Iya, masuk."

Aku menutup pintu dan berjalan kemudian duduk menghadap guru BK itu. Namanya Ibu Nina, wajahnya terlihat sangat antagonis, tapi sepengalamanku, hatinya sangat lembut. Ya itu setahuku ya, entah kalau dari pengamatan yang lain.

"B-bu... Maafz Saya terlambat...."

"Berapa lama?"

"Sekitar setengah jam lebih... Bu...."

"Sudah berapa kali?"

"Baru kali ini, Bu...."

"Ada apa memangnya?"

Aduh! Aku bingung harus jujur atau tidak tentang ini. Kalau aku berkata jujur, pasti Bu Nina akan marah karena kejujuranku pasti sangatlah bodoh di matanya. Ruangan ini seharusnya dingin karena pendingin ruangan sedang menyala. Tapi bagiku terasa panas di ruangan ini.

"S-saya... terlambat Bu, karena jemputan saya terlambat datang. Serius, Bu! saya tidak bohong."

"Jujur?"

"I-iya, Bu."

"Bagus, hari ini masih dimaafkan. Karena baru pertama kali kamu begini, dan berterima kasihlah atas kejujuranmu. Karena itu yang menyelamatkanmu dari hukuman hari ini."

Genta & KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang