Terima kasih masih mau membaca cerita ini :) harapan saya semoga kalian suka.
*******
6A HARI KELAHIRANNYA
Udara dingin mulai meraba tubuhku, laju motor yang tidak mulus karena rusaknya jalan membuatku tersadar dari tidur setengah sadarku di atas motor. Tidur indah seraya mendekap tubuh Genta yang hangat. Sudah pukul delapan malam, dan aku sudah tertidur tiga kali di motor ini.
Saat kami sudah memasuki area perkampungan, sungguh benar-benar gelap. Deburan ombak terdengar keras lewat pada dendang telingaku. Sesekali mataku mendelik pada spion yang mengarah pada wajah Genta. Dia terlihat sangat lelah. Tetapi tetap berusaha kuat membawaku sampai pada tujuan.
Akhirnya motor berhenti tepat di pekarangan Villa. Rumah yang sangat bagus dan tidak semenyeramkan dari villa-villa yang sering kulihat di kumpulan film horor. Villa ini sangat asri dengan lampu kelap-kelip bewarna keemasan.
"Kita sudah sampai, Nona!" Kata Genta seraya melepaskan helm yang dikenakannya.
"Aku tahu, Ta!"
"Ini memang mau seperti ini terus?"
"Maksudmu?"
"Tidak mau turun?"
"Ya mau..."
"Terus kenapa masih peluk aku terus?"
Dengan refleks aku langsung mencabut pelukanku darinya. Beranjak turun dari motor dan memalingkan wajah membuang malu. "M-maaf... Aku masih ngantuk."
"Ya sudah! Nanti kamu langsung istirahat ya, Nona!"
"Kamu juga ya. Aku kasihan lihat kamu dari tadi... kamu yang lebih capek."
"Iya-iya... nanti aku istirahat." Kata Genta kemudian lengannya mengarah ke wajahku dan membelainya lembut.
"Ini, Villa keluargamu?" tanyaku, kemudian melepaskan tangannya dari wajahku.
"Villa, Ayahku."
"Bagus."
"Kakakku yang mendesain konsep bangunannya."
"Wah! Hebat banget... Tapi kamu kok tidak pernah cerita kalau punya Kakak?"
"Nanti biar kuceritakan. Sekarang kita masuk buat check in, setelah itu kamu istirahat ya, Nona! Nanti subuh aku bangunkan."
Seusai Genta melakukan check In, dia memberikan kunci kamar untukku. Kamar kami berdua bersebelahan.
"Selamat istirahat, Nona!"
"Selamat istirahat juga, Genta!"
Aku masuk ke kamar dan merobohkan tubuhku pada kasur putih yang ternyata sangat empuk sekali. Pendingin ruangan kunyalakan begitupun dengan televisi. Berhubung Villa ini sangat dekat dengan bibir pantai. Alhasil suara deburan ombak terdengar masuk sampai ke kamarku.
Perasaan ini. Perasaan terbaru dalam episode hidupku yang baru pertama kali kurasakan. Bahagia level tertinggi yang kurasakan. Tentunya bersama dengan Genta. Aku nyaman dan aku bahagia jika berada di dekatnya.
*****
"Nia!"
Suara Genta mulai menyeru memanggilku yang masih sibuk berberes di dalam kamar. Masih fajar, langit masih bewarna ungu barusan kulihat dari jendela. Aku beranjak dari kursi untuk membukakan pintu.
"Sabar... Ta." kataku seraya membuka pintu untuknya.
"Mau sarapan apa?"
"Soto... bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Genta & Kata
Teen FictionUpdate setiap hari Senin :) "Untuk apa setia jika hubungan terasa hampa. Dan untuk apa selalu ada jika tak bisa bersama." Apakah selalu ada dan setia itu adalah hal yang sama? Dan kenapa aku dihadirkan oleh sosok yang baik jika masih ada yang terbai...