9 ─ tentang 'dua'

88 12 2
                                    

━━━━━━━━━━━━━━━꒰ selamat membaca ! ꒱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

━━━━━━━━━━━━━━━
꒰ selamat membaca ! ꒱









saka tiba dengan tampilan seadanya.
ada sekotak coklat mini di tangannya. el yang melihat dari kejauhan pun mengambil langkah, berjalan dengan sendal yang berdecit terkena jalan setapak dari semen yang halus.

bibirnya mengerucut,
"udah malam ngapain bawa bawa ginian,"
saka cuma berdiri tegak, diam. menatap gadis itu dalam dan datar. el menerima tatapan itu dengan reaksi risih. "apaan?"

seakan ga terlalu mau nanggepin, lelaki itu meraih pergelangan tangan el, membawanya ke keberadaan pintu utama. keduanya pun masuk. disambut ruang tamu yang luas dan tangga melingkar didekat jendela-jendela tinggi.

"bunda ayah di rumah?" saka melontarkan tanya dengan air muka yang kontras dibandingkan dengan ekspresinya beberapa detik yang lalu. se pro itu.

baiklah, akting dimulai.

"tuh," tunjuk el dengan dagu.

terlihat sedikit siluet seorang wanita di ujung─dimana itu adalah ruang tengah. ini ketiga kalinya saka mendapati bunda bersenang-senang dengan microphone dan seperangkat speaker karaoke nya yang luar biasa megah. dari banyaknya hal-hal bagus di dalam rumah ini, ruangan itulah yang memukau dirinya.

"yOOurR Myy dOoWNFaall~"

eh.
telinga saka bereaksi ketika suara asing yang menyanyi barusan terdengar agak─

seketika mencari jawaban dari mata coklat alami el. kira-kira tatapannya berkata "setdah itu suara siapa, bjir?"

"pacarnya abang,"

oh. saka sih yaudah aja.

el menyeringai. kini bergerak agak jauhan dari tempat saka berdiri. "belum aja lo liat mereka berdua lagi bareng,"

kotak coklat yang sudah berpindah tangan itu diletakkan diatas meja. ga mungkin el ga cubit satu. "kok enak,"

mendaratkan pantatnya diatas sofa kemudian memangku kotak berpita itu di paha. "bawa pulang lagi aja ga sih?" lumayan ini buat nyemil di apartemen.

"jangan makanin yang ini juga, eliora. ini gue beli buat orang rumah bukan buat lo," saka mengambil kotak coklat tersebut, merapikan lalu menutupnya kembali seakan belum pernah dibuka.

"kita bisa beli lagi," mengarahkan pandangannya pada el yang duduk di sofa seberang─tengah menjilat coklat yang berbekas di jemarinya. "apa kita mau izin ke ayah aja? udah malam banget soalnya,"

"ayah mah barusan keluar main golf,"

"yaudah coba izin ke bang ganesha dulu, ntar kalo sempet kita izin ke bunda juga,"

gimana ya.

"tapi gue ga mau pulang, ka,"

lelaki itu menghela napas, bingung. dia pikir el berubah pikiran dan mau kalo diajak pulang. tapi setelah dia lihat lagi emang ada yang berbeda dari biasanya. matanya memerah dan ga berbinar. dari caranya dia bilang 'ga mau' itu el kedengaran lagi ga bercanda. sebenarnya apa yang telah menganggu pikirannya?

─ icedrop, sunghoon parkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang