Present Time
Sifra Maree
Keesokan harinya, di kantor, aku sedang menyusun laporan mengenai The Show untuk Spring/Summer collection tahun ini. Semuanya harus disusun se-detail mungkin dan tidak boleh ada yang terlewatkan.
Di saat aku sedang memeriksa beberapa katalog, Daphne mengetuk pintu ruanganku dan dia mempersilahkan dirinya untuk masuk.
“Hai, Sif,” sapanya padaku.
“Hai, Daph. Ada apa?”
“Sudah memasuki jam makan siang. Aku, Claire dan Oscar akan pergi ke Terry’s. Kau mau ikut?”
Aku menarik nafas dan menghela secara bersamaan, lalu kugelengkan kepalaku perlahan. “Sepertinya tidak. Aku membawa bekal dari rumah. Karena pekerjaanku harus selesai hari ini, jadi aku tidak bisa keluar untuk bergabung dengan kalian. Sorry.”
Daphne mengangguk. “Oh, baiklah, kalau begitu. Ada sesuatu yang ingin kau titipkan padaku? I’ll buy it for you.”
“Hash browns will do.”
“Alright. Bye!”
“Bye!”
Aku terlalu sibuk dan fokus mengerjakan laporannya, sehingga aku tidak menyadari bahwa ternyata sekarang sudah memasuki jam makan siang.
Sebenarnya aku lapar, sih, dan ingin juga untuk bergabung bersama teman-temanku ke Terry’s. Tapi sepertinya pekerjaanku akan menghalangi itu semua.
Laporannya harus diselesaikan sekarang, karena The Show nya hanya tersisa dua bulan lagi. Jadwal menjadi begitu padat dan aku tidak ada waktu lagi untuk bersenang-senang.
Karena aku sangat lelah dan sedikit mengantuk sepertinya—well, aku tidur cukup larut, pukul 2:48—jadi aku bangkit dari kursiku untuk pergi ke belakang. Aku ingin membuat kopi untukku.
Tapi, di saat aku sedang membuat kopi, aku dikejutkan dengan sosok bertubuh kekar, rambut berwarna hitam dan berwajah tampan itu memasuki ruangan dapur kantor.
Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook.
Oke, aku mengakui bahwa dia tampan. I mean, look at him. Ketampanannya itu mutlak dan aku tidak ingin munafik. Meski aku membencinya, tidak menutup kemungkinan bahwa dia itu menarik perhatian.
“Hi.” Jungkook menyapaku. Aku tidak membalas sapaannya dan hanya menatapnya dengan datar. “Kupikir kau pergi bersama teman-temanmu ke Terry’s. Tapi ternyata kau masih ada di sini.”
Tetap saja, aku tidak menggubris kalimatnya, sehingga Jungkook berkata lagi. “Kau membuat kopi? Kenapa?” dan sekali lagi, aku tidak memberikan respon apa-apa. “Aku baru saja ingin pesan Starbucks. Kau mau juga?”
“No, thanks. Aku sudah punya kopi.”
“Bisa bersuara juga ternyata.”
“Bisa. Hanya saja, aku tidak ingin bicara denganmu.”
Jungkook mengangguk. “Alright, alright.”
Karena tidak ada lagi yang ingin kubicarakan dengannya, jadi aku berjalan untuk keluar dari dapur.
Namun, Jungkook menahan lenganku dan mengatakan, “If you move away now, it’ll be obvious you want to avoid me.”
“Why would I want to avoid you? Aku ingin kembali ke ruanganku karena pekerjaanku masih banyak. Menyingkir.”
“Sassy. As always.”
Aku memutar bola mataku dan melangkahkan kakiku pergi meninggalkan Jeon Jungkook di sana.

YOU ARE READING
THE PROBLEM IS YOU
Fanfiction[🔞] Aku dan Jeon Jungkook itu tidak akan pernah menjalin hubungan. Well, bahkan kami saja tidak bisa berada dalam satu ruangan yang sama tanpa bertengkar. Aku benci Jeon Jungkook. Sangat, sangat membencinya.