Past time, 5 years ago
Sifra Maree
Aku masuk ke dalam mobil Jungkook, lalu aku segera memasang seatbelt untuk pengamanan.
Jungkook bertanya, “Rumahmu di mana?”
Aku menoleh padanya yang sama sekali tidak menatapku. Tapi aku menjawab, “Aku tinggal di flat,”
“Ya sudah, flat-mu di mana?”
“Itu bukan flat-ku, tapi flat-nya Harriet.”
“Terserah flat siapa, intinya di mana alamatnya? Aku harus mengantarmu pulang.”
Aku menghela nafas, “Permasalahannya adalah aku tidak bisa pulang ke flat. Kuncinya ada di Harriet.”
“Telepon dia, kalau begitu.”
“Ponselku di tas, dan tasku ada di dalam sana.”
Jungkook mengacak rambutnya. “Ugh!” dia pun menyalakan mesin mobilnya dan mulai mengemudi dengan begitu cepat sehingga aku terkejut. “Aku bawa kau ke rumahku saja deh. Besok kau bisa pulang sendiri.”
“Kenapa ke rumahmu?”
“Kau tidak mau? Kalau begitu turun dari mobilku.”
Aku mendecak. “Okay, okay. Aku ikut ke rumahmu. Tapi ingat, jangan berbuat macam-macam padaku. Aku bisa taekwondo.”
“Aku tidak tertarik padamu.”
“Aku juga tidak tertarik padamu.”
“Well, it’s settled then.”
Meski sebenarnya aku ragu untuk ikut Jungkook ke rumahnya, tapi aku berusaha untuk percaya padanya. Aku dan dia memang tidak mengenal begitu dekat. Namun setidaknya dia telah membantuku.
Kalaupun nanti dia berani macam-macam padaku, aku bisa menghajarnya hingga habis. Aku bisa taekwondo, bahkan sudah sampai ke tahap black belt.
Saat kami sudah tiba di rumahnya, Jungkook memarkirkan mobilnya, lalu dia melepas seatbelt nya. Kemudian dia mengatakan, “Turun.”
“Oh, oke.”
Aku juga melepas seatbelt yang kukenakan, lalu aku mengikuti Jungkook untuk turun dari mobilnya.
Kami berdua masuk ke dalam. Well, rumahnya tidak terlalu mewah seperti yang kuimajinasikan. Tapi Jungkook itu selalu terlihat seperti bagian dari orang-orang kaya.
Saat di sekolah dulu, Jungkook hanya berteman dengan orang yang populer dan yang kaya.
Tapi memang rumahnya ini besar, sih. Hanya saja tidak sebesar yang aku imajinasikan. Kupikir dia itu anak konglomerat.
Jungkook melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga menuju lantai dua. Aku mengikutinya dari belakang, sampai akhirnya dia memasuki sebuah ruangan yang kuasumsikan bahwa itu adalah kamarnya.
Dia segera melepas tuksedo dan kemejanya.
Aku hanya menatapnya saja.
Oh, wow. Dia memiliki bentuk tubuh yang bagus dan kekar. Aku yakin dia sering berolahraga.
Ketika Jungkook beralih untuk melepas celananya, aku berteriak. “HEI! KENAPA DILEPAS?”
“Basah. Aku mau ganti bajuku.”
“T-tapi tidak seharusnya melepas di hadapanku seperti ini.”
“Tidak perlu dilihat, kalau begitu.”
“But still—”
“Aku masih pakai bokser,” katanya. “Kau pikir aku apa? Lihat ini, aku pakai bokser.”
YOU ARE READING
THE PROBLEM IS YOU
Fanfic[🔞] Aku dan Jeon Jungkook itu tidak akan pernah menjalin hubungan. Well, bahkan kami saja tidak bisa berada dalam satu ruangan yang sama tanpa bertengkar. Aku benci Jeon Jungkook. Sangat, sangat membencinya.