It's Him

655 72 17
                                    

Present Time

Sifra Maree

“Jungkook. Please don’t, stop!”

“I can’t. I want you so bad, Sifra.” Katanya. “Let me have you. Please.”

Dan bibirnya semakin bergerak ke bawah untuk menuju ke dadaku. Sungguh, aku sangat terbuai sekarang. Namun aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama seperti di masa lalu.

Jadi, yang kulakukan adalah aku memberhentikan Jungkook dengan mendorongnya perlahan.

Kulihat tatapan Jungkook berubah menjadi kesal. Tentu saja. Dia sudah horny sekarang, dan pastinya dia tidak ingin untuk berhenti. But we do have to stop.

“Jungkook, kita tidak bisa—”

“Why not?”

“Apa yang terjadi—”

“I told you that I can explain.”

“Tapi—”

“I want you—”

“Bisakah kau tidak memotong perkataanku?” aku menghela nafas. “Kau tahu alasan mengapa kita tidak bisa? Itu bukan hanya sekadar dari apa yang sudah terjadi di masa lalu. Tapi yang akan terjadi juga di masa depan.”

Jungkook memutar bola matanya. “Memangnya apa yang akan terjadi di masa depan? Kau punya mesin waktu sehingga kau tahu semuanya? You can see the future?”

“No. Tapi aku tahu bahwa kita tidak seharusnya melakukan ini.”

“Why not?”

“Because you aren’t mine nor will you ever be!”

Mendengar itu, Jungkook terkejut dan dia juga terlihat bingung.

Aku menjelaskan padanya. “Aku tidak ingin ada apa pun yang terjadi di antara kita—terlebih persoalan intim. Because if we do, I’ll get hurt again.”

“I won’t do that. I will never hurt you. Again.”

“Who knows?”

Jungkook menggenggam tanganku dan dia mengatakan, “Aku tidak akan melakukannya. Aku janji. I’m yours, Sifra. Only yours.”

Tapi aku melepaskan tanganku dari genggaman Jungkook, dan aku menggelengkan kepalanya. “We both know we’ll never work, so what’s the point in trying? Lebih baik kita menjaga jarak dari satu sama lain. The first heartbreak was enough for me and I don’t want another.”

“Jadi . . . tidak ada kesempatan sama sekali untukku?”

“Aku mau pulang. Sendiri. Jangan ikuti aku dan jangan mengejarku.”

Aku keluar dari hotel Jungkook dan turun hingga ke ground floor. Kemudian aku meninggalkan area hotel untuk menaiki taksi menuju ke flat.

Aku ingin sesegera mungkin untuk pulang. Aku ingin menghindari Jungkook dan pergi menjauh darinya. Kalau bisa, aku ingin menghilang detik ini juga.

Saat aku sudah naik ke dalam taksi, ponselku bergetar. Ada satu pesan masuk. Dan itu dari Jungkook.

Jungkook: I’m sorry.

Lalu aku menangis. Entah kenapa hatiku sakit sekali untuk melepasnya seperti ini? Padahal tidak pernah terjadi apa pun di antara kami.

Jika ditanya apakah aku suka pada Jungkook, tentu saja jawabannya iya. Tapi aku tahu jika bersamanya, aku yang akan terluka.

Sudah empat tahun berlalu dan aku masih tidak bisa melupakan semua kenangan yang terjadi di antara kami. Semuanya—termasuk di bagian di mana dia menyakitiku. It was all crystal clear to me.

THE PROBLEM IS YOUWhere stories live. Discover now