Present Time
Sifra Maree
“From now on, I am your boyfriend!”
Aku memutar bola mataku saat mendengar Jungkook mengatakan itu. Yang benar saja. Kenapa dia tiba-tiba bersikap seperti ini hanya karena Jaemin membawakan pancake untukku?
Dia tidak benar-benar cemburu, bukan? Well, of course not. Jeon Jungkook tidak mungkin cemburu. Bahkan dia saja tidak suka padaku.
Then why? Ugh, he is so annoying.
Aku menghela nafas. “Tidakkah kau ingat apa yang terjadi denganmu semalam? Kau mabuk dan kau meneleponku. Lalu aku membawamu ke sini. Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan justru ikut campur dalam kehidupanku, Jeon Jungkook.”
“Jangan mengubah topik pembicaraan, Sifra.”
“What are you even talking about?” ujarku dengan nada yang tinggi. “Lalu kenapa jika Na Jaemin datang ke sini dan memberikan pancake padaku, dan fakta bahwa kami sering sarapan bersama? Kau cemburu?”
Jungkook mengacak rambutnya. “Why did you even ask?”
“Because you confused me, Jungkook. Aku tidak mengerti apa yang sedang kau lakukan padaku. Jika kau ingin kembali pada permainan masa lalu, then I’ll pass. Aku tidak ingin apa pun dalam masa lalu untuk terulang kembali, oke? Kau bisa pergi sekarang. Kelihatannya kau sudah benar-benar sadar dari mabukmu.”
“Sifra. Please.”
“Aku sibuk, Jungkook.”
“Well, kalau begitu aku ingin bertanya. Kenapa kau datang ke T.G.I dan menemuiku, lalu membawaku pulang ke flat-mu?”
“Because you called me.”
Jungkook tertawa sarkas. “Aku yakin aku hanya menelepon saja. Tidak memintamu datang. Lalu, kenapa kau datang?”
Sial. Kenapa juga dia harus mempertanyakan itu? Dan kenapa juga semalam aku langsung mendatanginya di T.G.I? Ugh, aku tidak tahu harus menjawab apa.
Jungkook mengatakan, “Tatap mataku dan jawab pertanyaannya, Sifra. Why did you come?”
Aku tidak bisa menjawabnya. Lebih tepatnya, aku tidak mau.
“Akui saja bahwa kau datang karena kau khawatir padaku. Kau khawatir jika sesuatu terjadi padaku saat aku mabuk. Bukan begitu?”
Itu benar. Aku memang khawatir. Tapi aku tidak akan mengakui itu padanya.
Sebagai wanita, aku punya sesuatu yang dinamakan PRIDE. And I really care about my pride.
“Sifra.”
“Ugh, apa?”
“Answer me, darling.”
Aku membasahi bibirku dan aku mencoba memikirkan apa jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan bodoh dari Jeon Jungkook itu.
“Aku—well, sudah waktunya aku untuk membersihkan diri lalu bersiap-siap pergi ke kantor. Hari ini pekerjaanku banyak, oke?”
“Are you serious?”
“Ya,” jawabku. “Aku sibuk sekali untuk hari ini, besok, lusa, hingga dua bulan ke depan. Ada baiknya untukmu tidak menggangguku, Jungkook.”
“Whatever.”
“Ah, satu lagi. Saat aku sudah selesai mandi, aku harap kau sudah keluar dari flat-ku. I want privacy.”
Kemudian aku meninggalkannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diriku.
Sebenarnya, hari ini aku tidak terlalu terburu-buru. Meskipun pekerjaanku banyak, tapi aku sudah menyelesaikannya sedikit demi sedikit semalam. Jadi, aku punya sedikit waktu luang.
YOU ARE READING
THE PROBLEM IS YOU
Fanfiction[🔞] Aku dan Jeon Jungkook itu tidak akan pernah menjalin hubungan. Well, bahkan kami saja tidak bisa berada dalam satu ruangan yang sama tanpa bertengkar. Aku benci Jeon Jungkook. Sangat, sangat membencinya.