5 years ago
Sifra Maree
Saat kami sudah sampai di flat, aku mengatakan pada Jungkook untuk duduk saja di sofa.
Jungkook bertanya, “Kau mau ke mana?”
“Membersihkan—kamar mandi.” Aku hampir saja mengatakan bahwa aku ingin membersihkan noda darah menstruasiku padanya. Ew, that’s gross.
“Oh, okay. Aku pesan makanan saja, ya? Kau mau apa?”
“Up to you.”
“Okay, Taco Bell.” Katanya. “Kau mau pesan yang mana?”
Aku menggelengkan kepalaku, “Apa saja. Terserah. Aku suka semuanya.”
Jungkook mengangguk. “Baiklah.”
Setelah itu, aku segera ke kamar mandi dan mulai membersihkan diriku. Karena memang aku juga merasa kulitku sedikit lengket, aku memutuskan untuk mandi juga.
Tenang saja, aku sudah membawa semua pakaianku bersamaku. Jadi aku tidak perlu keluar dengan memakai handuk untuk mengambil pakaian. Terlebih di sofa ada Jungkook.
Membutuhkan waktu lebih dari sepuluh menit untukku membersihkan diri, termasuk membersihkan noda menstruasinya. Kemudian aku memakai tampon dan pakaianku, lalu keluar.
Kulihat Jungkook sedang fokus pada ponselnya sembari tersenyum tipis. Apakah dia sedang melakukan chatting dengan wanita-wanitanya?
Aku tahu dia tidak punya kekasih. Tapi jelas dia punya banyak wanita yang dekat dengannya.
Eh, tunggu. Kenapa aku mengurusi hidupnya? Itu terserah pada Jungkook bagaimana dia akan menjalani hidup. Entah dikelilingi banyak wanita sekali pun, itu bukan urusanku.
“Sudah kau pesan?” tanyaku.
Jungkook mendongak dan melihatku. “Oh, iya. Sudah.” Katanya. “Aku tidak tahu apa yang kau suka, tapi aku pesan lumayan banyak.”
“Kau pesan apa?”
“Fully loaded chips, we can share it together. And then quesadillas, chicken fajita burrito, beefy meat griller, crunchy taco supreme, cheese quesadillas dan untuk minumnya, aku pesan four large pepsi can.”
Aku menaikkan alisku. “Kenapa banyak sekali?”
“Karena aku tidak tahu kau suka apa.”
“Tapi itu terlalu banyak. Siapa yang akan menghabiskan?”
Jungkook mengendikan bahunya. “Entah. Mungkin bisa kau simpan dalam lemari pendingin, lalu kau hangatkan di pagi hari. Anggap saja makanan yang lebih itu untuk sarapanmu besok.”
Oh, oke, benar juga.
Aku duduk di sebelahnya. Seketika, Jungkook menjauh sedikit. I don’t even know why.
“Berapa totalnya? Kita bisa membagi bill.”
Jungkook menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu. Ini aku yang beli, sebagai selebrasi hari pertemanan kita.”
“The heck.”
Kemudian kami berdua tertawa. Namun aku tidak menyadari ketika Jungkook bergerak mendekat hingga tidak adanya jarak di antara kami.
Terlebih saat tangannya berada di rambutku dan dia mulai menciuminya. Aku gugup. Jantungku berdebar sangat kencang dan rasanya hampir keluar dari tempat.
Lalu, Jungkook dengan lembut bertanya, “Shampoo-mu enak sekali wanginya.” Dia menutup matanya untuk menikmati aroma shampoo yang kupakai. “Strawberry scent.”

YOU ARE READING
THE PROBLEM IS YOU
Fanfiction[🔞] Aku dan Jeon Jungkook itu tidak akan pernah menjalin hubungan. Well, bahkan kami saja tidak bisa berada dalam satu ruangan yang sama tanpa bertengkar. Aku benci Jeon Jungkook. Sangat, sangat membencinya.