Three

1K 191 66
                                    

"NI-KI!! KELUAR KAU!! APA KAU TIDAK BISA MELAKUKAN HAL YANG BERGUNA SELAIN BERMAIN BOLA?! APA YANG KAU DAPATKAN DARI PERTANDINGAN BOLA?! PIALA?! UANG?! MASIH UNTUNG KALAU DIBERIKAN UANG! KAU HANYA DIBERI PIALA YANG TIDAK ADA HARGANYA!! KELUAR KAU NI-KI!!"

Ga ada harganya ndasmu, Tan :)

Brak

Brak

Brak

"KELUAR ATAU KU PATAHKAN PINTU INI?!"




Cklek

Ni-Ki keluar dengan takut-takut. Peluh yang membasahi dahinya belum kering, dan sekarang peluh nya semakin banyak karena melihat tantenya murka.

"Kesini kau!!"

Tante menarik tangan Ni-Ki dengan kasar. Ralat, bukan menarik lagi, tapi mencakar sambil menarik tangan anak kecil yang menahan sakit itu.

Tante menyeret Ni-Ki ke gudang tempat penyimpanan barang.











Brukk

"Akh!"

"Kau! Kau ingin sekali rupanya dipukuli? Ini maumu hah?!"
Tante mengambil tongkat pel dan menggenggam nya erat.

"Enggak Tante..."
Lirih Ni-Ki sembari mengusap tangannya yang memerah, yang sebentar lagi akan membiru tangannya karena cakaran tidak main-main tantenya.

"Enggak?! Tapi kenapa kau selalu mengulangi kesalahan yang sama Nishimura Riki?! Aku sudah memperingatkan mu agar jangan lagi ikut pertandingan sepak bola! Lebih baik kau dirumah membereskan yang berantakan dan membantuku mengurus laundry. Sudah 3 kali aku memperingatkan mu! Tapi kau selalu membantah! Apa maumu anak nakal?! Jawab!!"

"Aku... Aku cuma mau membanggakan sekolah Tante. Hanya satu kali setahun."


Dug

"Akh!"

"Satu kali?! Waktu yang kau pakai untuk bertanding itu sudah bisa mendatangkan uang untuk keluarga ini! Sama sekali tidak berguna! Kau selalu melakukan hal bodoh! Tidak berguna! Dasar anak tidak tau diri!"

"Akh! Ampun Tante..."
Lirih Ni-Ki lagi saat tongkat pel ditangan tantenya dilibas kan ke kaki dan tangannya. Sungguh itu sangat sakit dan perih.

"Tidak ampun bagi anak nakal seperti mu! Kau tau kan konsekuensi jika kau melanggar aturan yang kubuat?!"

Dug

Dug

Dug

Tiga kali pukulan di tangan kanan sekali, kaki kiri dua kali, sukses membuat badan Ni-Ki memar dan air matanya merembes keluar walaupun sudah ditahan sekuat mungkin.

"Hiks..."

"Nangis! Cengeng!"

"JUNHO! AMBIL!"

"Ja... Jangan Tante... Aku mohon jangan...'

"Tidak ada jangan bagimu!"

"Ini ma."

Tante menerima hanger dari Junho dan kembali menutup pintu. Tidak mengizinkan anaknya melihat kekerasan yang dilakukan nya.

"Tante... Aku minta maaf, aku mohon jangan..."

"Diam kau anak nakal!!"

"Jangan--AKH! hiks... Sakit Tante... Aku mohon jangan hiks..."

Plak

Plak

Plak

Plak

Hurt, but It's Okay | Ni-Ki (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang