Seven

847 162 11
                                    

Ni-Ki tidak tau kalau hidup tanpa pendampingan dari orang dewasa itu sangat sulit bahkan bisa bertahan saja sudah sangat bagus.

Ni-Ki, anak kecil berusia 10 tahun itu sejak 30 menit yang lalu turun diam-diam dari atas pick up sangat kebingungan memikirkan apa yang harus dilakukan.

Ni-Ki sedih sekali harus berjuang keras. Di depannya hanya ada jalanan lempang yang kosong. Jalanan ini begitu sepi. Tapi Ni-Ki bisa melihat di depan sana sepertinya pusat kota. Ni-Ki tidak tahu pasti dia berada di kota mana sekarang. Satu yang pasti, dia sangat asing dengan kota ini.

Ni-Ki memutuskan mengeratkan ransel kecil yang dipakainya. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ni-Ki mulai berjalan. Dia tidak tahu kenapa rasanya sangat jauh. Entah karena dia yang memang sudah sangat lelah atau tidak terlalu konsentrasi.

Ada sedikit penyesalan dengan keputusannya yang kabur. Tapi dia yakin pasti akan lebih menyesal kalau dia tidak memutuskan untuk kabur dari rumah itu.

Entah kenapa rasanya sangat jauh menyusuri jalanan untuk sampai di pusat kota yang masih jauh dari pandangan nya.

Selang 10 menit, Ni-Ki sudah sangat merasa lelah. Pusat kota yang masih jauh dari pandangan belum juga berhasil dicapai. Ni-Ki memutuskan untuk duduk di pinggir jalan dekat pohon. Membuka ranselnya dan mengeluarkan sebotol air minum dan sebungkus roti tawar tanpa olesan. Ni-Ki meraba saku celananya dan mengeluarkan selembar uang 50 ribu dari sana.

Hanya itu yang dapat Ni-Ki bawa. Karena keadaan begitu genting dan dia tidak memiliki persediaan apapun. Itupun hanya uang hasil pembayaran dari dia yang mengerjakan tugas temannya yang anak orang kaya.

Walaupun masih kecil tapi Ni-Ki pahqm dengan uang segitu paling lama dia hanya dapat bertahan 2 hari.

Apalagi dia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa di tempat yang sangat asing baginya.

Ni-Ki roti tawar dan meminum air minum itu dalam diam. Pikirannya berkecamuk memikirkan harus bagaimana caranya untuk bertahan.

Walaupun Ni-Ki tau sangat kecil kemungkinan dia bisa bertahan sendirian, tapi dia masih memiliki pengharapan Pada Tuhan. Dia yakin Tuhan pasti melindungi nya.

Ni-Ki kembali membereskan tasnya dan menggendongnya kembali. Dia hendak berdiri dan kembali melangkah menuju pusat kota yang masih jauh dari pandangannya. Tapi seketika langkahnya berhenti kalau melihat sebuah motor yang sangat familiar di ingatannya.

Tidak.

Jangan lagi.

Itu motor milik pamannya.

Dengan cepat Ni-Ki berlari untuk bersembunyi. Untungnya ada satu seperti gerai penjual air kelapa di dekatnya. Kebetulan juga pemiliknya mungkin sedang pergi entah kemana. Hanya ada motor di situ.

Ni-Ki segera berlari ke balik gerai itu, tepatnya ke bawah meja sehingga orang tidak dapat melihatnya.

Ni-Ki bersembunyi di bawah meja itu dengan keadaan ketakutan dan tubuh gemetar. Tapi dia berusaha meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ni-Ki semakin tercekat saat mendengar langkah kaki dan suara yang begitu familiar di telinganya mendekat ke gerai penjual air kelapa tersebut.

"Halooo! Tidak ada penjual nya?! Haloo! Niat berjualan atau tidak?!"

Itu suara Bambam. Pamannya. Ni-Ki yakin pamannya tengah mencarinya sekarang.

"Haisss aku harus kemana mencari anak nakal itu?! Jika tidak menemukannya aku bisa kena marah Nayeon."

Ni-Ki terus bersembunyi di kolong meja itu menahan beberapa bagian badannya yang ikut bergetar dan tremor akibat ketakutan yang dirasakannya sekarang.

Hurt, but It's Okay | Ni-Ki (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang