Six

818 164 5
                                    

The conflict is coming..

Alurnya aku cepetin biar langsung konflik.





































































"NI-KI!! KEMARI KAU! KAU BILANG APA TADI? MAU IKUT KOMPETISI DANCE YANG DI TV ITU?! JANGAN MIMPI! JANGAN LAKUKAN HAL TAK BERGUNA NI-KI!! KEMARI KAU ANAK NAKAL!!"

Ni-Ki dengan ransel dipunggung dan nafas yang terengah-engah mencoba menghindari Tante, Paman, dan kedua sepupu nya yang mencoba menghalangi nya keluar dari rumah.

Ni-Ki benar-benar tidak tahan lagi. Dia memutuskan keluar atau kabur dari rumah yang seperti tempat penyiksaan itu dengan modal nekat.

Dia tidak memberi tahu siapapun bahkan Om Hyunjin, Tante Yeji, dan nenek tidak diberitahu nya.

Ni-Ki terus berlari mengabaikan kakinya yang lelah. Tapi itu bisa diatasi nanti. Asalkan dia bisa bebas dari keluarga yang menyiksa nya.

Meskipun dia tidak yakin akan lolos begitu saja. Mereka pasti mencarinya. Tapi Ni-Ki hanya berharap dia tidak akan kembali lagi ke rumah yang seperti tempat penyiksaan itu.

Ni-Ki terus berlari tanpa arah mengabaikan kakinya yang mulai panas akibat sepatu yang menjepit kuat kakinya.

Ni-Ki menoleh ke belakang dalam larinya, terkejut saat melihat Tante Nayeon belum menyerah dan terus mengejarnya tanpa henti bahkan di tangannya membawa tali.

Oh tidak. Tantenya berubah menjadi psycho.

Ni-Ki panik. Tapi dia tetap berusaha konsentrasi dan memaksa otaknya berfikir cepat.

Baiklah.

Ni-Ki benar-benar panik.

Hanya ada gang sempit yang dia tebak pasti jalannya buntu.

Sebenarnya ada satu jalan keluar. Tapi Ni-Ki ragu.

Ni-Ki meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dengan cepat Ni-Ki melompat dan berhasil menggapai ujung tembok. Ni-Ki menghela nafas lega untuk sejenak.

Melihat tentunya yang kembali datang hampir menggapainya, Ni-Ki mengambil langkah yang sebenarnya ragu tapi harus diambil. Dia langsung naik ke atas atap, atap rumah warga dan berlari di atasnya dengan was-was karena takut jatuh atau tergelincir. Hingga pada saat melihat ke bawah dia seketika merasakan kepalanya berputar-putar. Sesungguhnya, Ni-Ki itu bukan anak yang tidak takut pada ketinggian. Sejujurnya dia takut bahkan sangat takut. Tapi apa boleh buat ini jalan satu-satunya agar dia benar-benar terlepas dari tanda jahat ralat dari keluarga tante jahat yang selalu menyiksanya. Ini sudah menjadi keputusannya sejak beberapa waktu lalu.

Tidak bisa seperti ini. Tidak bisa dia selalu diperlakukan sebagai robot yang tidak memiliki perasaan dan tidak memiliki hak untuk hidup bahagia.

Lebih baik dia merasakan bagaimana kerasnya hidup di luar sana dibanding disiksa di dalam rumah yang menurutnya adalah tempat penyiksaan.

Ni-Ki dengan nafas terengah-engah, dia memutuskan lompat ke bawah. Syukurlah setidaknya sekarang sudah cukup aman karena dia bisa menemukan jalan keluarnya, bagaimana cara agar dia dapat keluar dari gang itu dengan aman. Syukurnya tantenya memerlukan cukup banyak waktu mengitari jalan dari gang sebelumnya untuk sampai di gang tempat dia berada sekarang.

Ni-Ki menghela nafas lega saat dirasa sudah aman. Tapi kemudian nafasnya kembali tercekat kalah mendengar suara motor dan melihat tantenya naik motor untuk mengejarnya kembali.

Tidak.

Jangan lagi.

Ni-Ki sangat tidak ingin kembali ke tempat menyeramkan itu lagi.

Ni-Ki melihat-lihat sekitarnya berusaha menemukan sesuatu agar dia dapat lolos. Namun tidak ada apapun dia tidak dapat melangkah lebih jauh lagi.

Tinggal 20 meter lagi agar motor itu sampai pada tempatnya.

Keringat dingin mulai bercucuran dari badannya dan dalam hatinya Ni-Ki meramalkan doa pada Tuhan, agar kali ini diberikan jalan kali ini agar lepas dari Tante jahat itu.

Tuhan mendengar doa nya.

Keberuntungan kali ini ada di pihaknya.

Sebuah mobil pick-up lewat kencang membawa sayur mayur dari belakang motor yang ditumpangi tante jahat.

Seketika ide brilian muncul di benak Ni-Ki. Sebenarnya tindakan itu cukup berbahaya dilakukan anak bahkan yang belum mencapai usia remaja. Entah keberanian dari mana dan rasa percaya diri dari mana, Ni-Ki merealisasikan apa yang ada dipikirannya meskipun dia tahu itu berbahaya.

Saat mobil pick up itu melaju hampir melewatinya, Ni-Ki dengan cepat menggapai bagian belakang tepatnya pintu pick up belakang mobil, dan melemparkan badannya sendiri ke dalam bak mobil berisi sayur mayur itu.

"Akh!!"
Ringisnya sembari memegang punggungnya yang perih karena tergesek dengan permukaan lantai pick-up yang kasar dan juga benturan pada punggung bokong paha dan hampir semua badannya. Tapi, Ni-Ki tidak apa-apa. Karena biar saja dia merasakan sakitnya sekarang daripada dia terus berada di dalam jeratan tante jahat dan keluarganya yang jahat itu.

Apalagi dengan mobil yang melaju kencang, bisa saja dia jatuh atau malah terseret. Tapi keberuntungan kali ini sedang berada di pihaknya. Sehingga dia berhasil berada di atas mobil itu dan menatap dengan senyum tipis pada tante jahat yang kini turun dari motor dan mengejarnya dengan berlari. Beruntung musik keras yang diputar oleh pengendara mobil pick up itu, membuatnya tidak menyadari kalau ada anak kecil yang naik ke mobilnya dan tidak mendengar teriakan tante jahat itu.

"Ni-Ki!! Kembali kau!!"

"Anak nakal kembali!!"

Ni-Ki hanya mampu menampilkan senyum tipisnya. Senyum tipis dengan dua makna. Antara senang karena bisa lepas dari tempat penyiksaan dan orang-orang jahat itu, dan juga sedih karena merasa mungkin kehidupannya ke depannya akan lebih mengerikan dari ini.

Ni-Ki hanya berharap, kedepannya dia akan diberi kemudahan dalam menjalani hidup sendirian dan berjuang demi mempertahankan hidupnya.
















































To Be Continue

Hurt, but It's Okay | Ni-Ki (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang