Eleven

858 143 5
                                    

Siapa yang tidak ingin mewujudkan mimpinya?

Semua orang juga ingin mimpinya terwujud, bahkan rela melakukan apapun. Berani mengambil resiko, menahan segala kepedihan dan kepahitan. Memperjuangkan diri sendiri tanpa peduli pandangan orang lain.

Itu semua sudah Ni-Ki lakukan. Lalu apa yang kurang?

Materi.

Hanya materi lah yang menghalanginya mewujudkan mimpi. Dia bisa apa? Toh dia hanya seorang anak kecil yang baru terjun ke dunia pekerjaan dengan keyakinan yang sebenarnya hanya setengah hati. Dengan kata lain terpaksa demi bertahan hidup.

Mungkin sebagian orang akan berpikir, mengapa dia tidak menabung gaji hasil pekerjaannya, dan menjadikan itu sebagai materi untuk nya mengejar mimpi?

Itu jelas tidak mudah.

Selain karena dia menyayangi orang-orang tempatnya tinggal sekarang, yang telah memberikan di tempat tinggal secara cuma-cuma. Dia tetap memiliki otak dan hati, di mana dia berpikir dia harus membalas Budi setidaknya dengan menambah kebutuhan.

Ni-Ki sebenarnya bisa saja menabung uangnya untuk mendaftar di kursus dance, tempat impiannya berlatih hobi nya sejak dulu.

Tapi seperti yang diketahui, harga kursus itu tidak murah. Ingin belajar otodidak, Ni-Ki tidak memiliki ponsel atau orang yang dapat mengajarinya. Jadi cara satu-satunya adalah mengikuti kursus. Kembali lagi, dia tidak memiliki uang untuk itu. Uangnya diberikan untuk membantu orang-orang yang berada di panti. Karena dia sudah mendedikasikan diri, dia kan berbakti pada Panti itu yang telah memberikan dia tempat tinggal.

Lantas, apa yang Ni-Ki lakukan untuk menangani hal itu?






















...


















"One two three go! One and two and three and four!! Gerakan kaki memutar! Atraksi! Jump! Oke good! Sekian dulu latihan hari ini. Sampai jumpa besok!!"

Terdengar suara grasak-grusuk dari studio dance di depannya yang membuat Ni-Ki seketika panik dan berlari menjauhi studio latihan, tanpa sadar sedari tadi dirinya diperhatikan dari dalam.

Iya, yang bisa dilakukannya hanyalah mengikuti latihan dari luar kaca studio yang terhalang tulisan-tulisan. Hanya itu satu-satunya cara yang dilakukan agar dapat mempelajari tarian itu. Mungkin memang dasarnya punya darah dance, sangat mudah baginya mempelajari gerakan-gerakan baru walau dari jarak jauh dan tidak dilatih secara langsung sekalipun. Telepon dilakukan hanya dua atau tiga kali seminggu, dan hanya 1 jam di kala ada waktu luang sebelum dan setelah bekerja.

























"Dia berbakat dan hebat. Tapi kenapa sudah berkali-kali aku melihatnya hanya di luar saja? Kenapa tidak mendaftar di kursus ku saja? Ah, aku perlu bertanya sebelum dia lari lain kali."
























































"Ni-Ki!!!"

"Hah?!"

Bruk

"Kamu membuatku terkejut saja."

Daniel tertawa tanpa dosa. Memilih untuk merangkul teman barunya dan berjalan di trotoar. Daniel kebetulan berjalan-jalan ke pusat kota dan menemukan Ni-Ki jalan lesu di trotoar.

"Kamu kenapa? Aku sepertinya kamu sedang sedih? Ada yang menyakitimu? Katakan saja akan aku beri bogem pada wajahnya."

Ni-Ki tertawa kecil, "kalau dia preman berotot besar dan berwajah seram, apakah kamu tetap akan memberi bogem pada wajahnya?"

"Aishh apa yang kau katakan. Tentu saja tidak.. Hahahahahah.."

Entahlah. Mungkin memang Daniel orangnya mudah tertawa dan berbakat mencairkan suasana. Itu membuat Ni-Ki merasa sedikit lebih baik.

"Emm, Daniel.. apa aku boleh bertanya?"

"Tentu."

"Bagaimana.. kalau suatu saat aku pergi?"

Daniel bingung maksud pergi dari ucapan Ni-Ki. Pergi ini memiliki arti yang banyak. Bisa saja artinya pergi ke sekolah atau semacamnya yang melakukan aktivitas.

"Pergi? Maksudnya? Pergi ke sekolah? Aku sangat senang jika itu memang terjadi. Aku senang temanku pintar dan berprestasi. Aku jauh lebih senang kalau kamu dapat bersekolah lagi dan bukannya bekerja seperti ini. Begitu kamu bisa membantuku belajar kan? Kamu bisa berbagi ilmu padaku, benar kan?"

Ni-Ki tersenyum miris. Andai saja perkataan Daniel barusan terwujud. Dia juga ingin kembali bersekolah. Tapi keadaan seolah tidak mengizinkan nya.

"Bukan itu maksudku Daniel."

"Lalu?"

"Coba tebak."

Daniel menyentuh dagunya berpikir keras, "Ha! Aku tau! Mungkin maksudmu pergi atau keluar dari keadaan yang kejam ini dan beralih ke kehidupan baru di mana kamu bisa memulai semuanya dari awal dengan keadaan yang baik. Begitukah?"

Lagi-lagi perkataan Daniel begitu menyentuh. Ni-Ki lagi-lagi berharap yang dikatakan Daniel benar-benar terjadi. Dia ingin lepas dari semua yang menyiksa nya sekarang ini.

"Hahh semoga yang kamu katakan benar-benar terjadi."
Gumamnya amat pelan.

"Hah? Apa? Aku tidak mendengar nya."

"Hahah sudah tidak ada. Aku hanya bergumam omong kosong tadi. Sudahlah. Ayo membeli minuman dingin. Aku traktir."

"Wah... Benarkah?"

"Tentu."

"Kamu baik sekali!"

"Kamu juga baik padaku. Jadi ayo!!"

"Ni-Ki yang terbaik!"

"Daniel juga yang terbaik."










...










"Ni-Ki.. istirahatlah sebentar. Kasihan badanmu sudah terlalu lelah mencuci pakaian sebanyak itu."

Ni-Ki hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Melanjutkan acara mencuci nya dengan ditemani Kei yang membilas pakaian.

"Tidak usah kak. Biarkan aku mencucinya. Kasihan Kak EJ terluka di tangan saat bekerja. Biar aku yang menggantikan. Dia butuh istirahat."

Kei menatap Ni-Ki khawatir. Peluh di badan anak itu bahkan sudah dapat disamakan dengan basah saat mandi. Sudah-sudah benar-benar banjir keringat.

"Tapi kamu juga butuh istirahat Ni-Ki.."
Kei memperingatkan pelan.

"Tapi aku tidak terluka. Tanganku masih dapat kugunakan untuk membersihkan pakaian ini. Lagi pula Kak EJ suka membantu ku mencuci pakaian."

Kei menghela nafas berat. Memang sangat susah menghentikan anak yang dari sananya sudah berambisi untuk membantu orang. Hatinya benar-benar baik tanpa ada unsur lain di dalamnya.

"Baiklah. Ayo cepat kita selesaikan ini dan ikutlah dengan ku. Aku ingin berbicara hal penting denganmu."

"Baik Kak."

Kedua orang terpaut usia jauh itu melanjutkan acara mencuci pakaian nya, diselingi senda gurau yang membuat mereka melupakan sejenak rasa lelah mencuci pakaian yang banyak.












































































































To Be Continue

Don't forget to vote and comment chingu-deul

Thank You.

Hurt, but It's Okay | Ni-Ki (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang