1.17

1K 163 14
                                    

Xiao kembali ke pelukan kawan-kawannya, walau dengan mata sembab. Setelah itu, mereka duduk di restoran bawah hotel.

"Bentar, lo nemu gw di mana?" tanya Xiao sambil makan almond tofunya dengan lahap.

"Lo kalo ga di sini, pasti di Guili Plains atau Liyue atas. Kalo ga di Mt. Nantianmen. Tapi lo jarang sih ketemu di sana." kata Zhongli menjelaskan. "Seinget gw ke Mt. Nantianmen cuma pas sama Ganyu dehh!"

"Xiao banyak ceweknya deh.." kata Kaeya iri, (Y/n) sudah siap menapok Kaeya pake sandalnya. "Gw timpuk mampus lo Key." Xiao ikut menimpuk Kaeya. "Ganyu jie jie gw anjeng."

Kaeya memalingkan wajahnya, sok polos dia. "Daripada itu lo tau? Tadi (Y/n) sama Venti gelud tuh aowkwk!"

"Eh jan cerita goblok!" kata Venti ga terima.

flashback

"Iya, sejak hari Minggu Xiao nggak mau makan atau keluar kamar. Kenapa ya?" kata Verr memberi konfirmasi kepada (Y/n) dkk.

Kemudian Zhongli menjelaskan ke Verr kejadian beberapa hari yang lalu. "Lah, emang ngapain juga kalian ke Mondstadt?

"Lo, mbak Verr dah tau?" tanya Venti dan (Y/n) binggung. "Orang gw yang nyuruh mereka berempat ga ketemu Xiao."

Sebelum (Y/n) atau Venti bertanya "kenapaa?", Verr sudah menjawabnya. "Gw.. gamau Xiao depresi lagi. Waktu Alatus nggak ada, gw nyesel banget sebelumnya ga bisa ngadopsi Xiao sama Alatus. Kata wasiat orang tuanya, biar bajingan itu aja yang ngurus."

"Ternyata malah dia yang nyengsarain Xiao! Liat aja. Kalo dia dah keluar penjara, gw potong titit nya!"

Yang mendengarnya bergidik ngeri dengan perkataan Vera. Tapi, siapa yang tidak marah? Xiao dan Alatus sudah bagaikan adik Verr sendiri. Diperlakukan bagaikan budak oleh sahabat karib orang tuanya. "Mana ternyata surat wasiat ortunya buat ngadopsi Xiao itu bohongan! Pen gw pites."

"Oiya mbak, itu nampan buat siapa?" tanya Ganyu sambil menunjuk senampan almond tofu dan makanan lain. "Lo mau nganterin?" tanya Venti ke (Y/n).

"Ya gw mau sih.. Tapi lo dulu yang bikin Xiao semangat lagi kan? Gw takut ga bisa bahagia in dia." "Lo pacarnya (Y/n)! Gw yakin Xiao pasti mbalik lagi!"

"Lo cinta pertamanya!"

"Tapi lo dunianya!! Lo tau? Tiap hari dia muji lo, bukan gw! To be honest, gw nyesel dulu gw ga peka sama perasaan nya. Tapi tiap sama lo, Xiao bisa senyum tulus. Mending gw ngalah daripada Xiao kesakitan lagi."

"Aiyaaa!! Kalian gelud, nampannya dah dibawa mbak Verr tuh!" kata Hu Tao mencerahkan (?) suasana. "Sesama mantan gebetan dan pacar ga boleh tengkar lahh." kata Kaeya sambil memegang kedua pundak mereka.

"Kaeya bacot." "Ngintip in Xiao skuy!" kata Tatang sambil membuka pintunya sedikit.

Karena posisi Xiao membelakangi pintu, Xiao pun nggak tau kalo dia diintipin.

"Lah anjirt- Xiao nangis beneran tuh?" tanya Scara kaget. "Ya lo kira nangis dibuat-buat apa? Bocah setan." Scaramouche dan Venti adu bacot  ga berhenti-berhenti. Walau agak rame, untungnya Xiao ga kedengeran.

flashback end

"Lah anj- lo liat gw?"

"Tatang tuh! " kata yang lain sambil menunjuk Childe. "Lah bgst- lo pada juga ga ngelarang  tuh?"

Ganyu melerai Hu Tao dan Tatang untuk kesekian kalinya. "Aish.. Kalian juga dilarang bakal tetep mbuka pintunya kan?"

Ganyu capek ges :')

"Lagian kan kita bestai mu!" kata Hu Tao sambil memeluk pundak Xiao. "Aiyaa! Gw lupa lagi kalo Xiao dah punya pacar.. Maap ya (Y/n) !"

(Y/n) menghela nafasnya dan memegang pipi Xiao. "Cuma 1 yang mau gw bilang, bangun Xiao.." 

🥀

"Ughh.." kata Xiao memegang kepalanya. "Gw di mana?" Xiao bangun di sebuah ruangan gelap. Dia memegang lantai dan melihat telapak tangannya yang penuh darah. Dengan perasaan binggung, dia berdiri dan mencari saklar untuk menyalakan lampu. 

"Xiao." Suara berat itu berhasil membuat Xiao bergidik ngeri dan merinding. "Bonanus?" katanya sambil menoleh belakang.

Tiba-tiba orang bersimbah darah dengan luka gorok di lehernya memegang pundak Xiao "INI SEMUA SALAHMU!" katanya sambil mengguncang pundak Xiao.

"Lihat? Kalo lo nggak ada, kita ga bakal mati." Xiao menoleh ke kursi dengan tali gantung diri di atasnya. Alatus berdiri dari kursinya dan menyuruh Xiao naik ke sana.

"Ambil talinya  Xiao. Kita bisa bahagia sama-sama." kata Menogias sambil tersenyum.

Bagaikan terhipnotis, Xiao naik ke atas kursi dan menggambil talinya. Saat dia berdiri di atas kursi, dia sudah tidak bisa merasakan apa pun. Yang ada di dalam dirinya hanyalah penyesalan. Dengan mata kosong, dia mengalungkan tali itu di lehernya.

"Bagus Xiao.. Ayo ikut kita."

Sebelum lompat dari kursinya, terlintas ingatannya bersama (Y/n) maupun sahabat-sahabatnya. 

"See you my light. I wish I could return to your arms."

🥀

𝓡𝓮𝓭 𝓢𝓽𝓻𝓲𝓷𝓰 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang