senyummu mendatangkan luka, suka..

38 7 0
                                    

Kita sepakat bahwa,
rasa sakit itu sangat tidak Menyenangkan.

Kalau begitu,
Mari akhiri saja..
___________________________________

Vienna akhir-akhir ini, setelah hari penuh kehilangan itu menjadi lebih sensitif mengenai perkara yang dialami perempuan di zaman ini yang selalu mengalami ketidak adilan perihal berbahayanya janji manis kaum pria yang lebih suka mengoleksi anak dari ibu yang berbeda. Sekalipun tidak memiliki apapun, tetapi begitu berani meniduri anak orang.

"Orang jaman sekarang sepertinya lebih suka memperbanyak luka daripada menjaga nyawanya sendiri. Tidak memiliki model apalagi modal, menang penis doang. It's disgusting"

ini adalah semacam bentuk protes yang sedang dia dengar terhadap cerita yang baru saja selesai di ceritakan oleh  gee (Joanna Geeany Flores) si cewek pendiam berdarah Manggarai, si yatim piatu yang paling mesum di antara teman-temannya Etain, tidak menyukai dress, high heels dan segala macam tetek bengeknya mengenai perempuan. Rambutnya selalu dicat dengan warna silver disetiap ujungnya yang ikal dan Lil bit Curly ala ala purtugis (karena kakek neneknya orang sana) warna kulitnya paling eksotis dari mereka semua. Drop dead beautiful, tetapi pecinta Perempuan, eeew.

"Aku paling benci manusia modelan begitu, gak pernah tau apa rasanya ditinggalin" oh honestly, Etain udah paham apa yang membuat sepupunya ini hingga terlihat begitu marah sekarang. Sumbernya bukan karena ceritanya si Gee, mungkin sebagian kecilnya begitu tetapi Vienna merasa dia punya kesempatan untuk melampiaskan amarahnya karena ditinggal nikah. Ashiuuuu.

"Terasa banget ya yang baru ditinggal nikhhh... Oh yes darling down there, yeshhh....." Vienna mencubit perutnya dengan kuat menatapnya dengan marah "i've told you to do not say anything about that, then why you do it even again asshole.." vienna lalu mendorongnya begitu keras meninggalkan rona merah diwajah Geeany. Etain hanya mengangkat aslinya sedikit memandang temannya itu dengan perasaan kasihan.

"Masih suka sama modelan begitu?" Etain bertanya sambil menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh. Sementara Geeany hanya membuang pandangannya enggan memberi jawaban apapun. Sebab untuk  Perempuan itu adalah wajib untuk sebuah pengorbanan, sebuah keharusan dan dia sangat paham, untuk menggapai Vienna dia harus ribuan kali merasakan gagal meski kerap kali mendapatkan cacian darinya bagi Geeany itu belumlah apa apa dibanding luka yang dirasakan Vienna.

"Aku tidak punya alasan untuk tidak mencintainya. Meski hanya hal buruk yang dia lihat pada diriku, aku gak papa. Selagi dia belom menyuruhku untuk berhenti maka aku gakan berhenti" Gee bergegas memungut kaca matanya yang ikut terpental saat Vienna mendorongnya.

Etain memandangnya dalam diam, hatinya berkelana memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi jika saja dia belom melakukan pendekatan lagi pada Callea, Perempuan itu sudah punya pacar. Hanya itu yang ada didalam benaknya. Untuk memulai sesuatu yang baru lagi itu bukan perkara mudah. Lalu apa yang harus dia tunggu? Move on? Haha. Yang bahkan melihatnya dalam muka butek sekalipun jantung  Etain masih jumpalitan, apalagi melihatnya dalam keadaan bahagia. Bahagia yang mungkin bukan miliknya lagi.

"Kak, seriusan mau ikut kebajo?. Kalo masih sakit mending disini dulu"

Etain mencoba untuk membujuk sepupunya supaya beristirahat saja dirumah. Sejak kemarin sepulang dari Canggu, Vienna mendadak demam. Bukan apa-apa Etain paham bagaimana lelahnya kakanya itu, setelah penerbangan dan menghabiskan belasan jam dipesawat lalu paginya lansung ke gereja mengikuti misa pemberkatan di katedral. Atau mungkin dari semua itu yang paling melelahkannya adalah tidak mampu mengiklaskan Perempuan itu pergi memilih jalan hidupnya sendiri. Masih belom bisa menerima kenyataan bahwa besok dan seterusnya dia sudah tidak memiliki kesempatan lagi walau hanya bertatap muka dengan perempuan yang dicintainya itu. Mimpi mimpi yang selalu terbayang di kepalanya mengenai mereka dimasa depan menjadi suatu hal yang paling dihindarinya sekarang, sumber petakanya datang dari harapan yang terlalu tinggi menengai hidup bersama suatu hari nanti. Batinnya jauh lebih menderita dari semuanya.

Sementara Gee hanya memperhatikan dalam diam, sejak kemarin mereka belom bertegur sapa, rasa khawatirnya begitu terlihat dari tatapan matanya namun dia mencoba untuk membatasi diri agar vienna tidak merasa terganggu. Dia mencoba mencintai dengan sewajarnya saja, memahami persoalan hidupnya dengan tetap berada disisinya dalam bentuk apapun, sekalipun suatu hari nanti dia menemukan seseorang yang mencintai dia dengan baik lalu melupakannya juga maka Gee harus bisa menerima kenyataan itu.

Mungkin selama ini dia berlebihan dalam mengekspresikan perasaannya dan mulai sekarang dia mulai meredam egonya agar perhatian hanya sewajarnya saja. Lebih tepatnya mencintai dalam diam. Meski metode ini akan selalu menyakitinya tetapi dia mencoba untuk berlapang dada mengenai banyaknya kemungkinan yang kurang mengenakkan nantinya.

"Aku baik baik saja kok, lagian aku kangen banget sama mama Aleya, udah lama gak ketemu" Vienna menoleh berharap Gee memberinya respon apa saja seperti biasanya namun gadis itu hanya memperhatikan sekeliling nya tanpa memberi respon apapun dan Vienna merasa ada yang kurang dari gadis itu, Gee tidak bawel seperti biasanya tidak juga merecokinya dengan pertanyaan dan cerita nyeleneh lainnya.

Hingga mereka tiba di bajo pertanyaan perihal diamnya Gee berkeliaran dipikirannya. Ada yang salah kah atau masalah yang di Pante kemarin, tapi gak biasanya dia mendadak bisu begitu, biasanya dihina bagaimanapun dia tetap akan datang lalu membuatku marah hingga terus menerus dan sekarang? Udah berhenti berjuang? Segitu doang? Vienna memperhatikan punggungnya lalu sebuah rencana tersusun dikepalanya, buat dia sedikit cemburu mungkin. Haha.

"Em, Ta, aku kayaknya lansung ke rumah aja deh, ada  urusan penting banget soalnya. Sorry banget gak bisa kerumah kamu sekarang. salam buat Tanta Aleya ya"

"Ok, tapi nanti malam bisa kerumah kan, ada acara dirumah. Ah harus datang lah, anak anak udah pada tau juga. See ya"

"Tapi, ak..." Gee mencoba untuk menolak tapi rupanya Etain tidak akan mendengarkannya. Sementara Vienna hanya melotot tak percaya bahwa baru saja dia menolak untuk hadir yang biasanya selalu nempel padanya kemanapun.

"Bawel ah, urusan kau besok sajalah, sap acara ni penting ee, jadi harus datang nanti ee awas aja kalo enggak. Sa bakar kop rumah tu besok" vienna hanya memutar bola matanya dengan malas, keluar deh logat bajonya. Lagian  udah dibajo kan sekarang berarti wajar kalo ngomongnya pake logat sini juga, lagian kalo mereka menggunakan bahasa daerah lebih parah lagi.

"Ck, liat aja ee ntar, nanti sa ka..."

"No No. Nope. Just come in and the problem wont be long Kido. You have my word" jika begini apalagi yang dia harapkan, tatapan serius itu telah menunjukkan bahwa Gee harus ada di meja makan malam dirumahnya nanti.

"Ah, lasu kop muka tu ka macam ta'i skali ee" Vienna terbahak-bahak melihat ekspresi Gee yang begitu berbeda, anak itu lucu juga kalo lagi cemberut gitu, jarang banget nunjukin muka spt itu sepanjang yang dia ketahui apalagi logatnya yang kentara banget kalo dia lahir disini, suaranya gak sesantai biasanya.

"Ya udah deh sampai ketemu nanti malam" ucapnya sembari melengkah keluar dari banadara menuju mobil jemputannya sendiri. Vienna semakin merasa berbeda, memaksanya untuk berhenti mengharapkan sesuatu yang mungkin semacam memberinya senyum atau paling tidak mengacak-acakan rambutnya yang biasa Gee lakukan. Lalu sekarang kenapa ada sisi yang lain dihatinya tidak menyukai apa yang setelah dilakukan nya dan gadis itu berlalu begitu saja.

"Mungkin untuk memahamimu dengan baik

Aku juga harus merasakan sakitnya terlebih dahulu".

Andy  Grammer - don't give up on me🎶

E T A I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang