Aroma rindu🍂

163 14 1
                                    

I used to wonder, why she couldn't ever be happy.
___________________________________________

◻️◽▫️

Dalam hening, siluet wajah sendunya seperti kaset rusak memenuhi isi kepalaku.
Sejak makan Malam beberapa waktu lalu, Aku tidak lagi mengetahui kabar Etain. Dia di jemput oleh seorang perempuan yang sangat aku kenali. Vienna Laverde adalah alumni sekolahku, ketua osis yang baru tamat tahun kemarin. Semua masyarakat sekolah tahu siapa Vienna Laverde. Perempuan  pendiam itu punya cetakan wajah seperti Etain dan She's a lesbian. Smart and again she's sexy as an angel. Okay, lesbi memang bukan hal tabu dalam lingkungan sekolah ku. So let's skip this out.

Entahlah, aku hanya tidak ingin memikirkannya terlalu jauh. Berharap dia dalam keadaan baik.

Kopi adalah minum favoritnya, itu yang paling kuingat dari beberapa topik yang Kita bahas saat ngedate (kata Etain) pertama kami. Tidak Ada yang istimewa saat itu selain sunyi yang menemani.
Membangun percakapan dengannya lumayan sulit, apalagi berharap dia bisa memebuka diri mengenai banyak hal.

Banyak hal rumit yang di perlihatnya, entah itu mengenai kehidupan, atau mungkin urusan perasaan yang tidak pernah kelar.

Dan sekarang, kopi yang ku pandangi tidak lagi mengeluarkan uapnya. Aromanya tidak lagi sekuat tadi. Aku berandai, barangkali aroma kopi ini membawaku pada wajah sendu itu, berharap rinduku sedang merajut temu yang walaupun sebatas bertamu. Asal itu kamu. Tidak masalah bagiku menghabiskan lebih banyak cangkir lagi hingga yang kudapati hanyalah wajahmu. Pada cawan rindu ini aku berharap kabar, sebab pada lembung kosong itu aku kau tenggelamkan.

Siapapun dimasa lalu yang mengukir kenangan pahit itu, kamu harus tetap tegak untuk menapak pada setapak yang kau anggap berhak. Aku mengagumimu dalam bentuk apapun, sekalipun Kita hanya bertemu dalam sekali pertemuan, tetapi kamu telah meninggalkan banyak jejak yang membuatku tidak mampu untuk mengelak. Semahir itu kah kamu dalam menyihir atau Aku yang telah tergelincir pada takdir hingga akhir?

Ah, sudahlah sebentar lagi hujan, dan kamu akan ku undang lagi dalam imaji ini.

"Kak, kopinya satu lagi" ini adalah gelas yang ketiga, wajah terkejut pramusaji itu membuatku tersenyum geli, "ini yang terakhir deh kak, tapi gak tau kalau hujan belum reda. Heheh" si pramusaji itu menatapku sejenak, lalu tertawa kecil, wajah manisnya menjelaskan padaku bahwa dia juga berasal dari bumi bagian Timur negeri ini. "Ade darimana, orang Timor juga ka?"  Tanyanya sambil meracik kopi untukku, "kalau menurut zona waktu sih kak Indonesia tengah, tapi tidak apa apa kalau dibilang Timor juga. Kakak orang Timor?" Aku mencoba untuk bertanya, sebenarnya aku sudah tahu darimana dia berasal, dialek Bahasa yang digunakannya membuatku yakin tetapi tetap ingin bertanya. Bukan apa apa hanya ingin memperjelas saja. "Iya sa dari kupang, tapi benar Ade orang Timor ka, ko pu dialek sperti orang sini begitu ka" aku hanya tersenyum, sudah lama rasanya tidak mendengar orang2 ngomong seperti ini. Terdengar kasar tapi tidak seperti yang terdengar. "Karena mungkin udah terbiasa sih kak" jawabku sembari menyeruput kopi buatannya. "Enak ka rasanya kopinya, pas ka ato bemana?" Ingin sekali rasanya aku berbicara dengan lantang "Karena rindulah yang membuatku menikmati kopi hingga tiga gelas ini. Berharap dengan begitu Aku bisa terjaga cukup lama hanya untuk memikirkannya.

Setelah gelas ketiga tinggal menyisakan ampas dan hujan mulai reda, Aku bergegas keluar dari cafe. Penciumanku disuguhkan dengan aroma tanah yang menyenangkan "ini adalah aroma rindu" monolog ku dalam hati. Udara bergerak dalam hening, pelan dan tentram, menyisakan rindu yang sama besarnya dan hanya terpusat pada satu nama  Etain. Hanya menyebut namanya saja jantungku bergetar hebat.

Aku benci itu. Tapi begitu menyenangkan.


Ku rapatkan tangan dikedua saku jaketku, menengadah ke langit yang masih menyisakan mendung menyelimuti seluruh permukaannya dan ku edarkan pandangan ke setiap sudut tempat ini, barangkali kamu berada diantara dedaunan, ranting2 atau orang-orang yang berlalu lalang di seberang lampu merah sana . Kurasakan udara menerobos masuk ke rongga dada tetapi belumlah cukup untuk menghilangkan sesaknya.

Barangkali ini yang dibilang rindu sampai ke akar-akarnya. Haha

Dalam pelukan petang  menuju senja, Aku telah menemukan dunia sekaligus orang baru yang walaupun nantinya antara pertemuan dan selamat tinggal, setidaknya kamu membuatku merasakan hariku di isi oleh keceriaan.

"Ta, selamat Hari Minggu ya. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan.
_________________________________________



















E T A I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang