Pada titik kenangan tertentu kita akan menjadi orang asing bahkan untuk diri kita sendiri.
Happy reading 🍁
___________________________◻️◽▫️
Namaku adalah CALLEA GABRIELLE ASH XAVIER. Teman teman biasa memanggilku Ash kadang juga Callea tetapi itu jarang banget kecuali kalau aku dirumah. Mempunyai seorang kakak perempuan yang baiknya luar biasa, dia belom menikah dan masih kuliah. BRIANNA CRISTELLE AYDAN XAVIER Itulah namanya yang entah kenapa orangtuaku memberi kita nama sepanjang ini, keren sih tapi tetap aja terasa lain.
"Wahhhh, anak siapa lagi yang kamu curi dek?" Si sulung bermulut ember ini meneriakiku dari teras rumah yang kutebak sedang duduk bersama pacarnya. Sitampan bermata biru itu adalah pacar yang kesekian dari sekian banyak pacar yang pernah dipacarinya. Player? Banget malah. "Eh bule, dap.." huss, diam. Sini bantuin, angkat dia dipunggung aku." Teriakku tertahan takut gadis yang sedang tidur di punggung ku ini terbangun. Butuh tenaga ekstra bagiku untuk mengimbangi berat badan kami berdua saat satu tanganku memegang tangannya erat untuk berjaga-jaga siapa tahu kita kehilangan keseimbangan saat berkendara tadi.
"Anak siapa sih" tanyanya bingung, akupun juga bingung. Aku tidak tahu dia anak siapa, yang aku tahu aku hanya ingin mengantarnya pulang, tetapi berhubung dia tertidur maka aku memilih membawanya ke rumahku.
"Kagak tau" jawabku dengan suara tertahan karena aku sedang berusaha untuk membawanya ke kamarku.
"Diam disitu dan jangan coba-coba untuk membuat keributan" kakakku membelalakkan matanya tidak percaya dengan ancaman yang baru saja aku layangkan padanya. Lalu aku menutup pintu setelah memastikan dia tidur dalam posisi yang nyaman didalam kamarku.
Huuuh, pegal banget rasanya. Berat banget dia. Keluhku dalam hati dan kembali perhatian ku menuju pintu kamar yang telah tertutup itu. Pikiranku menerawang jauh, tentang siapa dan mengapa anak seumur dia harus menyimpan beban sebanyak itu.
Akupun turun kebawah mendapati kakaku duduk termenung didepan layar televisi yang masih menyala. Keningnya mengerut seperti sedang memikirkan hal yang paling berat. aku hanya duduk memperhatikannya tanpa berniat untuk mengganggunya. Di tengah diamku aku menemukan tanda merah di lehernya dan juga diatas dadanya, ck, pacaran orang dewasa ganas banget. Mau pulang aja harus ada goodbye signs nya gitu.
"Eh bocah, liatinnya biasa kali. Jangan mupeng,." Senyumnya mengejekku dengan jelas. Aih siapa pula yang mesum sih.
Menjelang jam tujuh Etain terbangun. Aku baru saja selesai mandi dan muka bangun tidurnya menjadi pemadangan yang menakjubkan membuat setan setan dikepalaku mengajakku untuk menggapainya. Hal hal liar dalam pikiran mendadak terbangun. Hell no, she is just beautiful as you imagine. Wajah kebingungannya terlihat jelas di mataku, lalu iris mata abu kebiruannya menelitiku dari ujung kaki sampai kepala, akupun bingung dan dengan kecepatan kilat aku menutup tubuhku dengan handuk. Danm it. Aku malu njir. Wajah ku bersemu merah. Mengingat kebiasaanku yang hanya memakai dalaman saja tanpa memakai penutup badan sebelum memakai baju.
Setelah memakai baju dengan kegesitan penuh aku kembali menghadapnya hal yang ku dapatkan selanjutnya adalah tatapan itu tidak lagi kearah ku tetapi menuju keluar jendela kamar. Tidak ada yang menarik di luar sana bahkan bintang sekalipun tidak menampakkan diri Mereka sepertinya satu suara dengan gadis jangkung itu. Kesunyian ini terasa aneh. Benar benar hening.
"Pernahkah kakak merasa hidup tetapi semuanya terasa hampa, kosong yang paling menghimpit" dalam keheningan suaranya menjadi backsound, begitu lembut tetapi membuat hatiku bergetar bukan karena aku sedang jatuh cinta tetapi lebih ke perasaan sedih yang paling pedih. Suaranya rendah seperti sedang menjelaskan padaku bahwa tidak ada lagi tempat baginya untuk sekedar menapak.
"Pada titik kenangan tertentu kita akan menjadi orang asing bahkan untuk diri kita sendiri". aku tahu jawabanku tidak memberikan apa-apa tetapi melihatnya membalikkan badannya membuatku punya keberanian untuk terus berbicara. "Tapi lebih dari semua itu kita harus mensyukurinya. Ketika setiap sudut sudah kamu jelajahi dan bahkan untuk tersenyum pun sudah tidak ada lagi tempat kosong bagi mu, maka bersyukurlah pada sunyi yang masih memberimu kenyamanan" aku membawanya ke dalam pelukanku, mengusap punggungnya berharap rasa sakitnya segera memudar bersama hujan yang mulai berjatuhan.
Di penghujung Desember, musimnya untuk hujan, waktunya para petani berbahagia karena telah tiba waktunya untuk bercocok tanam. Dan gadis didalam pelukanku ini juga harus berbahagia dalam menyambut kelahiran sang juru selamat menyabut hari Natal dan merayakan tahun baru dengan suka cita.
"Kedepannya aku pastikan kamu akan selalu baik baik saja. You have my word"
"Thank you Lea" suara seraknya juga bibirnya yang sedang menempel tepat di bawah telingaku menghantarkan gempa bumi dengan tempo magnitude pada tubuhku ahh... Aku sudah ditawan.
Dengan tangan gemetar aku mengangkat wajahnya lalu menyatukan kening kami berdua "wanna go out for din.." belum selesai aku berbicara dia memotongnya duluan "play a date?. Sure" sebuah kecupan juga ikut menyusul di pipiku.
Fuck..aku jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
E T A I N
Romance"Entah dalam wujud apapun, asal itu kamu. Maka aku bersedia mencarimu pada wajah lusuh, pada ranting kering, pada musim dingin. Asal itu kamu"