Aku menyayangimu dengan penuh dan seluruh.Dan akan selalu begitu.
________________________________________
◻️◽▫️
Semenjak 'pengakuan'ku beberapa waktu lalu, aku memilih kembali ke Denpasar sementara keluarga ku masih harus di Labuan Bajo hingga tahun baru.
Ayah sempat menanyakan keputusan ku yang tiba-tiba berubah karena mengingat akulah yang paling senang saat mengetahui kita akan menghabiskan tahun baru disana. Bukan apa-apa hanya saja tempat itu mendadak masuk dalam black listku sekarang. Aku sendiri tidak mengerti kenapa perubahan moodku yang begitu cepat hanya karena perempuan itu. Ini tidak mudah sebenarnya mengingat tahun baru sebelumnya selalu dirayakan bersama lalu pertanyaan nya adalah apakah aku mampu menghabiskan waktu malam tahun baru sendirian? Tanpa ayah bunda dan kak Cristelle? Sendirian dirumah atau kelayapan sendiri ke pantai Kuta dan tenggelam diantara lautan manusia yang penuh dengan trompet dan segala bentuk kebisingannya. Ah, aku tidak sanggup sendiri.
"Hey,. Holla Sanur kebakaran..." Aku terperanjat ketika seseorang sedang berdiri dengan muka datar tanpa rasa bersalah sama sekali. Dan semakin kaget karena Vienna Laverde yang menjadi pengganggunya.
"Vienna Laverde, calon kakak ipar kamu" belom hilang kekagetan yang sebelumnya ditambah ucapan absurdnya beberapa detik lalu.
Kebingunganku semakin bertambah, ada apa dengan perempuan blonde ini?
"Haish.. masih idupkan?, Diem Mulu mbok, kesambet baru tau rasa" nah, nah makin aneh dia. Sebab seluruh penghuni sekolah dulu tau bahwa dia terkenal pendiam sampai ketelinga sekolah lain lalu sekarang?... Cerewet banget."Aduh, kok di getok sih. Sakit ini" aku kesal setengah mati sekarang. Maksudnya apa coba. "Ngomong makanya Lea" lah?
"Ish, ekspresi kamu, pengen bungkus bawa pulang aja. Lucu banget hahah"
"Eng.. sa.. saya bingung aja kakak tau nama aku darimana, ya maksudnya aku dipanggil Lea cuma oleh orang terdekat doang, em,, ya a.. aduh gimana jelasinnya sih hadeh" aku makin gelegapan gak jelas, mendadak gagu. Arghh. "Hahhaah, kamu,.. ah itu dia udah datang. Baik baik ya kalian jan kabur dulu kamu ntar.." siapa yang datang, tanyaku dalam hati dan serba kebingungan. "Eh pinjem kunci kamu dong, ntar kamu bareng dia aja". Baru beberapa langkah dia kembali lagi dan aku dengan bodohnya memberikan kunci motorku gitu aja. "See you around" katanya lagi sambil mengacak-acak rambutku lalu pergi dan digantikan oleh orang yang cetakannya mirip dia tadi."Nih, tadi aku kedepan dulu beli ini, liat kamu bengong sendirian tadi kasian banget jadi aku berinisiatif membelikan kamu ini..." Hadeh makin tidak mengerti aku, kenapa mereka tidak memulai percakapan secara normal aja sih, harus gitu muter muter memabwaku pada kebingungan maha tinggi seperti ini.
"Stop, aduh aku gak ngerti kalian ngomong tanpa memberi ku ruang untuk mengerti dan mencerna dengan gampang, bingung banget aku, tadi kak Vienna ngomong panjang lebar dan sekarang kamu, aduhh ish... Eh, tuh kan malah senyum senyum. Mending pulang dar..." Ditariknya tanganku dan menuntunku duduk kembali "boleh peluk dulu gak. Kangen banget ini?" Tanyanya sambil menatap mataku begitu dalam. Oke, ini bukan lagi bercanda dia makin tidak jelas sekarang "Lea, may i..? Yess,, jantungku malah bergetar gak jelas hanya karena tatapan dan senyuman maha lembutnya. Aku hanya pasrah dan mengangguk dengan lemah."Sekarang aku tau, rindu ini ternyata milik kamu" ish😏..
Mendapati diriku yang sepertinya sedang dirayu begini membuatku melepaskan pelukannya dengan cepat "katakan padaku berapa hati yang telah kamu patahin kerena mulut manismu ini. Player banget pasti" dia hanya berdiam diri dengan senyum yang begitu menyebalkan "padahal belom kamu coba tapi udah dibilang manis, aduh jantungku ribut ini" dia mengambil tanganku dan diletakan di dadanya, dan benar saja " kamu juga ternyata, lebih nendang, hehe" dengan kurang ajarnya tangan itu nangkring dengan santai disana. "Taaa, aduh.. kamu lagi mabuk ia, kemarin aja diem saat aku bilang suka sama kamu dan sekarang kamu gak jelas gini.then tell me" raut wajahnya berubah menjadi serius "pinjam tangan kamu dong, bentar doang" aku hanya menyerahkan kedua tanganku kepadanya tanpa bertanya apa yang akan dia lakukan. Guess what?"Nah udah tuh, pas banget. Pacaran yuk"
Grugggggkkk..
Aku tiba-tiba berdiri membanting tangannya dengan kasar dan kopi yang baru dibelinya untukku ikut tumpah bersamaan dengan emosiku. Aku seperti dipermainkan. Kurang ajar dia. "KAMU,.." aku dengan penuh marah menutup mukaku dengan kedua tangan dan bersiap untuk mengatai dirinya, belom tau aja segalak apa aku ini "..jangan mempermainkan aku seperti ini, aku tau aku dah salah karena berani suka dan sayang sama kamu tapi.. tidak begini caranya ETAINNNN, Mending tidak ada kamu aja daripada seperti ini ak..."
"Sttt,. Stop!. I do love you. More than anything. Dengerin aku dulu Lea, please.. aku tidak pernah memohon seperti ini bahkan kepada orang tuaku sekalipun. Skarang aku nanya, kenapa waktu itu tidak memberiku kesempatan untuk menjawab perasaanmu, kenapa?. Aku udah suka kamu dari lama Lea, kamu emang tidak mengetahuinya, Vienna itu sepupu aku, dan dia cinta sama kakak kamu udah dari lama yang walaupun sepupu bodohku tidak pernah mengakuinya karena dia takut kakak kamu tidak mau menerima dia sebagai seseorang yang menyayangi dia sebagai pasangan, bukan hanya sebagai sahabat doang. Aku tau dia masih dan akan selalu cinta sama kakak kamu. Aku beberapa kali ke rumah kamu bareng Vienna dan mungkin karena kamu jarang dirumah, saat kita baru sampai kamu udah mau pergi juga, jadi tidak pernah sempat ngobrol kita. I know you for sure. Gak bohong aku Lea.." wow, aku tidak bisa ngomong apa-apa sekarang pantas aja si Cristelle seperti mengenal dia. Ternyata begitu. "But wait,, kamu single kan sekarang, aku gak mau dibilang perusak ntar" ucapnya sepelan mungkin ada raut sedikit kecewa disana, mungkinkah dia tahu ah pasti tahu deh, secarakan setiap kali keluar pasti aku selalu dijemput Varon Jaxon (my ex). Sebenarnya kita hanya beberapa kali jalan dan hanya terjadi begitu saja tidak ada yang istimewa.
"Lea, maukan?. Aku menatap tanganku yang ada dalam genggamannya, semua terasa pas. Cincin ini, ini bukan lamaran kan? Pikirku dalam hati. Aku mendongak menatap matanya, aku menemukan diriku sendiri disana, matanya berbinar jujur menanti jawaban dariku. Aku kembali menunduk memegangi cincin di jari manisku ini"cincin ini, jelaskan apa maksudnya, and do it for me" aku kembali menatapnya dengan lembut. Sebuah kecupan mendarat di bibirku dengan cepat jadi gak sempat nolak, but enak. Hehe. Kembali tangannya mengelap bibirku dengan ibu jarinya "Enak.." ucapnya sembari tersenyum. Ishh..
"Aduh..iya,,iyaa galak banget. Heran." Kan? Bukannya ngomong yang bener malah.. ckck. Aku kepalang kesal jadi beranjak lalu pergi meninggalkannya. "Syg, aduh tunggu dulu, hadeh" ucapnya ngos-ngosan.. dan apa katanya sayang. Uh pipiku kok panas gini rasanya.
"Aku ingin kamu sama aku, berdua kita melakukan banyak hal, melalui sesuatu bersama sama, kissing, coddling and h..."
"Ok stop.. argh kamu tuh ya..aku kesal setengah mati, sumpah "hehhe.. dan cincin ini sebagai bentuk keseriusan aku. Tapi ini tidak akan mengikat kamu kok tenang aja, kamu bisa melakukan apapun yang kamu senangi. Kalau kamu emang mau aku nikahin sekarang.. ayok.." aku memeluk manusia jangkung di hadapanku ini dengan penuh sayang, menghirup aroma tubuhnya meletakkan kepalaku tepat di dadanya, mendengar detak jantungnya memberiku energi lebih. Sayang banget aku sama manusia ini."Jangan pernah pergi ninggalin aku Lea, apapun alasannya. Kalau nanti kita punya masalah harus diselesaikan dengan baik, tahan emosi dan Jan lari dari tanggungjawab atau kamu tidak akan pernah bisa menemukanku lagi. Aku hanya punya mama dan Vienna dan sekarang ada kamu. Hidupku penuh luka, aku selalu menderita Lea, apa kamu sanggup nerima aku yang serba kekurangan?. Kita harus selalu saling terbuka tentang apapun, janji." Hangat bibirnya dikepalaku membawa rasa bahagia ke seluruh tubuh dan pikiranku. Aku seperti sedang dipelukan bunda dan ayah, nyaman dan begitu damai. Merasa dilindungi dengan baik.
"Kita jalanin bareng-bareng ya, hanya ada kita" aku berani menciumnya walau aku harus berjinjit agar sampai pada bibirnya dengan lembut menyampaikan rasa bahagia dan terimakasih ku padanya "dan anak kita. Hehe" lanjutnya sambil terkekeh. Aku mencubit pipinya dengan gemes lalu kembali menciumnya.
Berasa habis dinikahin ya. Haha.
Bahagia banget pokoknya.Semoga hal-hal baik selalu menanti kami kedepannya. Amin.
"Mari kita pulang dalam damai Tuhan" dia tersenyum dan menggenggam tanganku dengan erat menuntunku pulang dengan perasaan penuh akan dirinya"
Senja kini sepuhnya tenggelam, dan sekarang bahagiaku yang mencuat kepermukaan. Aku menyayangimu dengan penuh dan seluruh. Dan akan selalu begitu.
🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
E T A I N
Romance"Entah dalam wujud apapun, asal itu kamu. Maka aku bersedia mencarimu pada wajah lusuh, pada ranting kering, pada musim dingin. Asal itu kamu"