18. EDELWEISS

54 11 3
                                    

Andre pulang lebih awal hari ini, memang terbilang tidak seperti bisanya. Namun ada sesuatu yang mengganjal dihatinya membuat dirinya ingin cepat-cepat pulang.

Pria itu hanya melewati sang anak dengan tatapan datarnya, tak ada senyuman diwajah itu. Kirei hanya tersenyum tipis ketika ingin menyapa sang ayah malah ditepis olehnya.

"Jalan-jalan yuk!" ajak Nathan seakan tahu apa yang dirasakan Kirei saat ini.

Tadi, hampir saja dirinya keceplosan mengenai siapa orang yang dirinya suka. Dan untungnya, Andre tiba-tiba datang melewati keduanya.

"Gak usah ganti baju, gitu aja." Nathan menarik pergelangan tangan gadis itu dengan lembut.

Detak jantung gadis itu terpacu dengan cepat, ia tersenyum haru ketika dirinya tengah bersedih masih ada Nathan yang selalu bersama dengan dirinya.

"Ke danau aja ya?" tawar Kirei langsung diangguki oleh Nathan.

Nathan membawa motornya pulang, lalu keluar dengan sepeda yang selama ini selalu ia pakai bersama dengan Kirei.

"Ayo naik!" seru Nathan.

Keduanya tertawa bersama dengan Kirei setia memegangi pundak Nathan. "Aku seneng banget Atan, tapi sayangnya bentar lagi mau hujan," ujar Kirei sedih ketika melontarkan kalimat terakhirnya.

"Nggak papa, udah lama nggak bersepeda sambil hujan-hujanan bareng lo," ucap Nathan dan Kirei mengingat adegan demi adegan yang telah mereka lalui bersama.

Angin berhembus kencang menerpa wajah gadis itu. Senyuman masih mengembang diwajahnya, sedari tadi memang Kirei tak berhenti mengoceh apa saja.

"Atan tahu gak? Kiki tadi dapet nilai merah lagi," ucapnya disertai tawa.

"Dapet nilai merah kok ketawa?" tanya Nathan masih tetap fokus mengayuh sepedanya dengan santai.

"Buat apa aku sedih? Toh juga aku nggak terlalu mikirin nilai aku berapa, yang penting aku bahagia sama Atan." Nathan hanya mengangguk, lebih baik dirinya menurut saja dari pada nanti kena semprot. Kan nggak lucu.

***

Disinilah mereka, didepan danau yang luas disertai dengan mendung masih menghiasi langit sore. Keduanya berdiri didepan danau itu seraya memejamkan kedua matanya, sedikit menghirup udara segar dengan tenang. Melepas rasa stress yang mengguncang kepala gadis itu.

"Atan, Atan, naik pohon yuk!" ucap Kirei. Nathan menahan pergelangan tangan Kirei lalu berkata, "jangan, Ki. Dibawah aja, gue nggak bisa manjat."

"Aku aja yang naik, kamu dibawah. Oke?" ujar Kirei langsung naik keatas pohon yang tidak terlalu tinggi.

Nathan berdecak kesal, pasalnya Kirei yang naik lebih dulu dan meninggalkan dirinya seorang diri dibawah. Mata tajam pemuda itu menatap dengan intens sahabatnya diatas sana.

"Ihh kamu ngapain liat aku begitu? Kamu mesum!!" pekik Kirei sambil menutupi pahanya.

"Lo nggak pake rok dodol!" ucap Nathan memutar bola mata malas.

Kirei cengengesan lalu turun dari pohon dengan cara melompat. Membuat Nathan dengan sigap menahan tubuh Kirei agar tidak jatuh, namun karena kehilangan keseimbangan tubuh Kirei ambruk menimpa tubuh Nathan.

"Aduh ... sakit.." ringkis gadis itu menahan perih dibagian lututnya yang terluka bercampur dengan tanah basah dibawah sana, sebab celana olahraga yang dirinya kenakan terbilang hanya sebatas lutut saja.

"Lo nggak papa?"

"Udah tahu kaki aku luka, masih aja nanya," cibir Kirei.

Nathan menghela nafas pelan sebelum dirinya menarik keatas celana olahraga yang Kirei kenakan.

EDELWEISS [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang