Dari kejauhan Amina melihat interaksi antara Nathan dan putri kesayangannya, sejuk di hatinya mulai tumbuh bahkan ketika melihat senyum Kirei. Setelah cukup lama memandangi, Amina memutuskan untuk bergabung dengan Girald di ruang keluarga. Mempercayai semuanya kepada Nathan.
"Sambelnya mana?" tanya Kirei ketika soto ayam kesukaannya baru saja selesai dipanaskan.
Nathan tidak menanggapi pertanyaan Kirei, ia hanya menatap tajam. Seharusnya dari tatapan itu Kirei bisa mengerti. Tetapi, bukan Kirei namanya jika tidak keras kepala.
"Atan mah gitu banget padahal nggak enak kalo nggak ada sambel," ucap Kirei berdecak saat Nathan tidak menjawab dan menyodorkan sesendok soto ke arahnya.
"Ntar lo sakit perut, ribet urusannya kalo lo sakit lagi. Makan ini aja," balas Nathan. Tidak ingin menolak rezeki, Kirei langsung menyantap sotonya.
Selama menunggu Kirei makan, Nathan hanya menikmati wajah Kirei. Sudah lama dirinya tidak menatap seperti ini. Bahkan, beberapa kali ia mengucapkan kata maaf dalam hatinya. Cowok itu juga takut akan mengulang kesalahan yang sama lagi.
Nathan tersenyum tipis ketika Kirei melempar senyum manis. Namun, tidak bertahan lama karena kedatangan tukang rusuh, siapa lagi jika bukan Girald.
"Widih, bagi dong. Punya gue mana, Than? Masa Kiki doang yang dikasih," protes Girald tanpa merasa bersalah.
"Kak Girald pergi sana, jangan gangguin kita mulu," usir Kirei.
"Apaan sih emang kita kenal?" cibir Girald mendapatkan tabokan pada pantatnya.
Meski sudah diusir berkali-kali Girald tetap bertahan pada posisinya. Bahkan, ia sudah duduk di sebelah Nathan. Tidak memperdulikan ocehan dan pukulan dari Kirei.
Sesekali Girald merebut makanan Kirei lalu tertawa keras sebagai tanda ejekan kepada adiknya, kapan lagi bisa mengganggu Kirei dengan leluasa. Mumpung tidak ada Papa-nya.
"Betewe kok lo bisa tau rumah ini? Keren banget pacarmu, Ki, bisa langsung tau," tanya Girald disertai raut wajah jahil. Menggoda bocah friendzone memang mood sekali.
Nathan menoleh sebentar ke arah Girald sebelum berpikir kalimat apa yang pas untuk menjadi alasan dirinya bisa sampai di sini, tidak mungkin kan dia langsung bilang jika ia sempat mondar-mandir demi Kirei.
Baru saja ingin mengeluarkan suara, suara cerewet Kirei memotong suaranya, "tadi Kiki yang sharelok, kak Girald tuh ganggu banget. Kiki kan lagi kangen-kangenan sama Atan, lagian kayak nggak punya temen aja pake gangguin kita segala."
"Tumben pinter, biasanya bego," hardiknya. Sebelum sendok kayu mendarat di kepalanya, Girald buru-buru pergi dari dapur sembari mengoyangkan pinggulnya.
"KAK GIRALD! Ngeselin banget," teriak Kirei hingga wajahnya sedikit memerah.
Melihat tingkah Kirei dan Girald, Nathan tersenyum tipis kemudian mengusap pelan kepala Kirei penuh sayang. "Dihabisin, jangan marah-marah mulu nanti cepet tua."
"Biarin. Kalo Kiki tua nanti, Atan masih mau nggak temenan sama Kiki?" tanyanya penuh selidik.
"Lo udah tau jawabannya kenapa masih nanya?"
"Soalnya umur nggak ada yang tau, siapa tahu nanti kita nggak ketemu sewaktu tua," jelas Kirei kembali mendapatkan jitakan dari Nathan.
"Gue sayang lo, Ki."
***
Sebuah mobil masuk ke dalam gerbang rumah Amina. Girald yang tengah bermanja dan melepas rindu bersama sang Ibu masih dapat mengenali siapa pemilik mobil itu. Andre; Papa-nya. Sebisa mungkin ia mengatur nafas agar tidak tersulut emosi seperti di rumah sakit kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
EDELWEISS [On Going]
Teen Fiction❝Kamu itu layaknya bunga Edelweiss, bisa kulihat. Namun, tak bisa kupetik❞ - Kirei Nashira - Kejadian menyakitkan itu terulang kembali ketika dirinya menginjak bangku SMA, kejadian yang menjadi trauma bagi seorang Kirei Nashira. Perjalanan cintany...