Selection

659 112 33
                                    

Selamat membaca, maaf telat, karena ada pemadaman listrik, jadi sinyal juga ikut ngilang kaya DIA




V menatap kaget Arion yang sudah di atas kasurnya. V segera mengunci pintu takut ada yang masuk dan melihat Arion ada di kamarnya. Bagaimana bisa Arion tahu rumahnya? Bagaimana bisa Arion masuk ke dalam kamarnya? Bukankah di luar banyak bodyguard Max? V segera menghampiri Arion yang masih santai setelah menyapanya. 

"V, Jodoh Gue sudah di depan mata!"  Ev membuyarkan lamunan V, Itu artinya Arion benar ada di depan matanya, di atas kasurnya.

V mendengus kesal, padahal sudah beberapa hari Ev tidak hadir di pikirannya, tapi sekarang saat melihat Arion, Ev sangat bersemangat sampai kepalanya pening mendadak. "Arion kok ada di kamar V?"

"Nangis Lagi?"

V menggeleng "Enggak."

"Bohong!"

V menunduk takut.

Arion turun dari kasur lalu berjalan mendekati V, Arion mengimpit ke dua pipi V di sela-sela jari jempol dan telunjuknya. Menatap bibir merah alami gadis di depannya dengan penuh minat.

"Jawab!"

V kembali menangis "Ayah marah karena V pergi, Ayah enggak mau liat V, semua-" V menghentikan ucapannya, apa dia boleh berbicara semua itu pada Arion? Tentang Novel-novelnya? Impiannya? V memejamkan matanya bingung dan takut.

Dia tidak pernah berbagi masalah dengan siapa pun sebelumnya, dia tidak punya teman untuk berbagi.

"Semua apa?" Arion kembali bertanya.

V menggeleng masih setia menangis. Arion menghembuskan nafas kasar, cowok itu menggendong V seperti koala. Membawa gadis itu ke balkon kamar, lalu mendudukkan V di atas pagar pembatas.

"Arion mau apa? V takut." V mencengkeram kaos hitam Arion.

"Menurut Lo?" Arion tersenyum miring.

"V mau turun, V takut."

Arion dengan tanpa perasaannya mendorong V lalu kembali meraih tangannya "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa." V berteriak histeris, dia kembali menangis dengan kuat. Tapi anehnya semua bodyguard tidak ada yang mendengarnya.

V melirik ke bawah, semua bodyguardnya sudah tergeletak tak sadarkan diri. Arion menarik kembali tubuh V, mereka kembali berhadapan. V sudah pucat pasi karena ketakutan, siapa yang tidak takut jika di dorong sampai tubuhnya terjungkal ke belakang, tapi Arion menahannya, lalu menariknya kembali.

Refleks V memeluk leher Arion, V ingin memaki Arion gila, tapi dia takut jika Arion benar-benar mendorongnya hingga jatuh tewas. V menangis sesenggukan dengan tubuh gemetar hebat.

"Kalo Lo bohong, Gue bakal dorong Lo kaya tadi, mengerti?!" Arion memeluk pinggang V.

V mengangguk masih menangis memeluk Arion.

"Lo nangis?" Arion mengusap punggung V yang bergetar.

"Hiks iya." ucap V parau.

"Kenapa?"

"Ayah marah karena V pergi, terus Ayah sama yang lainnya enggak mau liat wajah V hiks hiks."

"Terus?"

"Novel V semuanya di bakar, data di laptop juga enggak ada."

"Lo suka nulis?"

"Iya, tapi Ayah enggak suka, Ayah lebih suka V jadi dokter. Tapi V takut, hiks."

This MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang