I'm Ev

1.1K 178 54
                                    

Mana yeuh yang nanyain up?
Aku up, kalian harus vote and comment ok




"Saya dengar adik Anda hilang?"

Ardi memicingkan matanya tajam, dari mana bocah sialan itu tahu jika adiknya menghilang? Padahal dia sudah menutup seluruh informasi agar para awak media tidak tahu kabar ini. Tapi sekarang? Anak itu tahu jika adiknya menghilang.

Dia tersenyum sinis "Adikku tidak hilang, dia ada di rumah." Ardi mengubah ekspresinya dengan cepat.

Arion tertawa pelan, ada di rumah katanya? Benar-benar pembohong yang unggul, bahkan para media masih tetap diam sekarang. Ah, dia hampir lupa jika keluarga Janson memiliki usaha di bidang IT.

"Pantas saja Ziva mudah di bohongi. Ternyata Anda pembohong yang unggul." Arion masih tertawa pelan.

"Apa maksudmu?"

"Ah, maksudku itu mudah. Mengalahlah dalam proyek ini, lalu adikmu selamat." Arion bangkit dari kursinya "Senang bisa kembali berbicara dengan Anda." Dia pergi meninggalkan Ardi yang terdiam.

Apa anak itu menemukan adiknya? Jika benar, ini berbahaya. Dia pasti akan membalaskan dendam lewat V, Max harus tahu ini. Akhirnya dia bisa menemukan titik terang, namun apa dia harus benar-benar mengalah dengan proyek besar ini?

Ardi meremas rambutnya "Benar-benar adik yang menyusahkan!"

****

Arion masih sibuk membaca berkas-berkas di tangannya, Ardi benar-benar melepaskan proyek ini untuk menyelamatkan adiknya. Tapi dia tidak akan membuat mereka mudah menemukan V begitu saja.

Tunggu saja, permainan baru saja di mulai.

"Tuan muda." Rex masuk setelah mengetuk pintu. Dia menghampiri Arion yang hanya bergumam untuk membalas ucapannya.

Rex menunjukkan sebuah video pada Arion. Dia menaikkan alisnya lalu menatap kotak bekal yang sama sekali belum dia sentuh dari pagi. Rex menarik i-pad berlogo Apple itu. Arion meraih handphonenya, menelepon seseorang yang jauh di sana.

'Halo?'

"Habisi ketua osis itu."

'Hah? Maksud Lo Raffa? Tap-'

Arion memutuskan panggilannya sepihak "Berani menyentuh mainanku sama dengan meminta kematian." dia tersenyum miring.

****

Farzan menatap lima temannya "Ah, sudah lama banget Gue ingin habisi itu ketos." Ezra merenggangkan tangannya tidak sabar.

Mereka tersenyum seperti iblis, Abrisam? Dia hanya diam saja. Mereka berlima duduk di pojokkan kantin yang ramai, termasuk V, lebih tepatnya yang duduk bersama mereka adalah Ev.

'Ev, apa maksud Ezra? Dia mau menyakiti Raffa? Kenapa? Apa Raffa buat masalah?' V mengeluarkan banyak sekali pertanyaan.

Ev diam tidak menanggapi. Dia tengah perang dengan satu titik kebaikan dalam dirinya, satu titik itu mengkhawatirkan Raffa. Namun iblis dalam dirinya menginginkan sesuatu terjadi pada pria itu.

Dia akan menunggu apa titik itu akan menjadi besar atau mungkin hilang bagai di telan bumi. Ev menoleh kala melihat Kalandra dan Delvin mendekati Raffa dan Tiffany yang tengah mencari tempat kosong untuk duduk.

Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi yang pasti Raffa dan Tiffany mendekati tempat mereka duduk. Lagi-lagi mata mereka bertemu, kali ini Ev tidak mengalihkan tatapannya sedikit pun.

This MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang