8. As The Time Passing By

279 23 4
                                    

Seharusnya Val duduk manis saja di istananya. Kehadiran Dixon di rumah orang tuanya memang menjadi awal yang baik bagi semua orang di daerah itu. Daerah yang dinamakan Pallar, sesuai nama Kakek buyutnya, salah satu pendiri kerajaan Herts. Penduduk Pallar terkenal dengan tambang batu bara, dan menjadi mata pencaharian utama mereka.

Biasanya, para penambang itu tidak banyak bicara. Namun, karena Pangeran Dixon ikut bersamanya, mereka jadi berani mengeluhkan hal ini dan itu yang selama ini tidak berani mereka ucapkan pada Ayah. Ada jembatan yang rusak, tengkulak di pasar yang semena-mena, perbaikan jalan raya yang berlubang karena banyaknya truk penambang batu bara, dan lain sebagainya. Untungnya, tidak ada seorang pun yang membahas Sekolah Perempuan selama mereka di situ.

Mau tidak mau, Dixon tinggal beberapa hari dengannya untuk mengurusi hal-hal yang bisa dia lakukan. Kesempatan itu juga digunakan Val untuk menolong pemerintah daerah membuat program administrasi dan peraturan baru sesuai ilmu ekonomi yang didapatnya dari sekolah. Karena kesibukan mereka yang berbeda dan menyita waktu, Dixon tak banyak bicara dengannya. Jadi, sementara ini Val aman, meski dia masih was-was dengan perubahan sikap para penduduk terhadapnya.

Val meminta para penduduk menyisihkan pemasukkan mereka untuk membayar pajak kepada negara. Dengan begitu, warga Pallar juga bisa menerima fasilitas-fasilitas penting dari kerajaan. Seperti peralatan di bidang kesehatan, pangan, pebdidikan, dan lain-lain. Val berusaha memikirkan apa langkah terbaik bagi daerahnya agar semua memperoleh kesejahteraan, dan itu membuatnya senang, karena merasa dibutuhkan.

Tingkah Dixon beberapa hari ini memang tidak lagi menyebalkan, atau mengancam, meski terkadang masih tetap dingin dan sinis. Tentu saja sikap sinisnya akan jadi manis saat berduaan di dalam kamar bersama Val, dan itu juga akan berubah lagi keesokan harinya setelah Dixon mengenakan pakaian kebesarannya.

Seorang Pangeran, tetaplah Pangeran. Val harus memakluminya. Begitu banyak masalah yang diletakkan di bahunya sudah membuat pria itu menjadi manusia robot, yang semua tindak tanduknya harus sesuai jadwal.

Kecuali saat dia bersama Val.

"Jadi kalian sudah benar-benar akur, ya?" tanya Ping. Val tak menjawab. Setelah beberapa malam Dixon tak mau meninggalkannya di istana sendirian, gadis itu jadi ragu. Apakah Ping akan mengerti bila dia mengatakan isi hatinya. "Apa kamu sudah tahu kenapa karyawan Ayahmu diam-diam datang ke istana?"

Val menggeleng pelan. "Ada banyak peristiwa menyedihkan di daerahku, di antaranya jembatan yang rusak, para pegawai di kantor pemerintahan yang nggak rapi, dan aku menemukan banyak pegawai yang korupsi. Aku akan kembali lagi ke sana untuk mengganti beberapa pegawi dengan yang lebih bersih, dan mengatur penghasilan daerah agar benar-benar tersalur ke tempat-tempat yang seharusnya."

"Kamu bicara kayak seorang Putri," ucap Ping geli. "Mungkin sebaiknya beberapa hari ini kalian berpisah," lanjut Ping. "Aku juga sempat dengar kabar kalau Ratu marah kepadamu karena Pangeran tidak pulang beberapa hari."

"Aku juga bingung bagaimana menyuruhnya pulang," ucap Val. "Dia betul-betul ke Pallar hanya untuk menunjukkan tanggung jawab sebagai seorang pangeran, dan bekerja untuk memajukan sebuah daerah, terutama daerah istrinya. Dia mengagumkan, Ping. Sebenarnya kami juga selama di sana nggak banyak bicara selain masalah-masalah daerah dan ... kegiatan khusus sebelum tidur. Kamu tahu sendiri, kan." Val tersipu.

"Kamu dan dia benar-benar hanya melakukan itu tanpa bicara apa-apa?" tanya Ping sambil menatapnya lekat. "Aku nggak percaya!"

"Ping, dia itu pangeran, apa yang harus kubicarakan dengannya?"

"Gimana tentang Sekolah Perempuan?" tanya Ping setengah berbisik. "Sepertinya Ratu nggak suka kamu karena ayahmu membuka Sekolah Perempuan."

"Kata Dixon, itulah yang membuat Ayah dicap sebagai penghianat." Val mendesah. "Awalnya kukira jadi istri Pangeran bisa membuat kita bebas membuka Sekolah Perempuan. Aku nggak ngerti apa-apa tentang tanggung jawab menjadi seorang ratu sebelum ini. Tapi, aku bisa lihat kenapa Ayah dibenci di daerahnya."

Pengantin Idaman Sang SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang