15. Behind The Secret

171 17 3
                                    

Val menatap Alisa dan Raya, kedua putri Paman Jiko yang usianya tidak jauh dengannya. Meski tidak ada hubungan kekerabatan, saat masih kecil dulu, mereka sering bermain bersama. Val selalu memperlakukan mereka seperti teman, bukan anak pelayan. Mereka sering memetik bunga dan mencabuti rumput di Sekolah Perempuan bersama almarhum Ibu. Tapi itu sudah sangat lama. Karena sesudah Ibu meninggal, Ayah mengirim Val ke luar pulau.

Wajah kedua putri Paman sembab, dengan baju terusan longgar berwarna hitam panjang, membuat Val merasa dirinya berada dalam acara pemakaman sekte sesat. Dia menyesal terlambat sampai di Pallar, sehingga tidak sempat bertemu dengan Paman Jerikho di detik-detik terakhir hidupnya. Beruntung dia masih sempat melihat jasadnya, dan menaburkan bunga terakhir di petinya. Ini karena Dixon yang terus menahannya agar tidak pergi ke mana-mana, dan menyebabkan Ratu salah sangka.

"Putri Maya, Bapak titip surat ini, katanya harus langsung disampaikan ke Putri," ucap Raya. Val berusaha terlihat tenang meski hati kecilnya sangat terluka. Ping yang melihat wajah masygul gadis itu ikut tersentuh. Dia mengusap punggung Val agar tidak hanyut dalam perasaannya.

"Terima kasih," ucap Val. Tangannya yang dingin menerima surat itu dengan gemetar, sehingga Ping cepat-cepat mengambil alih surat itu agar tidak jatuh. "Aku ikut berduka," ucapnya dengan suara bergetar. "Paman Jiko sudah seperti keluarga, dan kalian selalu menemaniku di saat-saat sulit, termasuk waktu Ibu dan Ayah meninggal. Selama ini, Paman sudah mengurus Pallar dengan baik. Jadi, aku bisa tenang di istana. Tapi sekarang ... aku belum tahu harus bagaimana."

Val tak tahan lagi. Dia memeluk Alisa dan Raya, sehingga tangisan ketiganya pecah, tak tertahankan. Ping yang tidak mengenal Paman Jiko, juga ikut menangis. Ini adalah kematian ketiga orang terdekat Val. Menurut kebiasaan daerah Pallar, mereka akan mengadakan acara berkabung selama tujuh hari, dan Val memutuskan menggunakan kesempatan itu untuk sekedar menjauh dari istana. Hari berkabung adalah alasan yang sangat masuk akal, meski sebenarnya Val tidak wajib turut serta.

"Putri mau tinggal selama tujuh hari, kan? Kami bereskan dulu rumahnya," ucap Alisa. Dia mengajak Raya segera ke rumah Val. Val sendiri masih berdiri di makam Ayah dan Ibu, ditemani Ping.

"Kenapa Pangeran nggak mau ikut?" Tanya Ping. Val mengangkat bahu. Dia sendiri tak mengerti ada apa dengan suaminya. Sejak mereka pulang dari Palung Benaya, Dixon tak pernah datang lagi ke istananya. Bahkan, saat Val datang ke tempatnya, pria itu menyambut dengan dingin.

"Ayo, Ping. Kita ke Sekolah Perempuan!"

Val menarik tangan Ping agar berjalan lebih cepat. Mereka melintasi padang tandus yang hanya berisi tumpukan batu bara. Sepanjang jalan, Val tak bicara apa-apa. Dia masih memikirkan cara terbaik untuk bisa membuka kembali sekolah itu.

"Kenapa kamu ngotot banget buka Sekolah ini lagi, Val? Bukannya sekolah ini sudah ditutup waktu Ayahmu meninggal? Seharusnya kamu nggak usah cari-cari masalah. Kamu bisa hidup tenang dan bergelimang harta. Apa yang kamu harapkan dengan sekolah ini?" tanya Ping. Tapi Val tidak menjawab.

Mereka melintasi kebun jeruk, lalu tiba di sebuah bangunan yang sedikit terpencil. Bangunan itu penuh dengan tanaman rambat yang menutup dinding-dinding tinggi, berfungsi sebagai pagar.  Ada sebuah pintu batu yang pernah dilihat Ping. Val mengajak Ping kemari saat mereka baru tiba di Herts, tapi gadis itu sepertinya tidak terlalu memperhatikan.

"Seharusnya ini tempat rahasia," ucap Val pelan. "Tapi kamu sudah kuajak ke sini dua kali." Val mendorong pintu batu, dan tiba di pekarangan gedung itu. Dia menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma humus dan tanaman liar yang berserakan mengelilingi jalan setapak. Seharusnya bangunan itu dipenuhi tanaman gantung mawar musim panas dengan warna keemasan, kini hanya terlihat bangkai tanaman yang coklat dan kusam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengantin Idaman Sang SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang