14. Palung Benaya

182 16 0
                                    

Perjalanan kali ini sangat menyenangkan buat Val. Bahkan semua perjalanan yang akan dia jalani bersama Dixon, seharusnya akan jadi kenangan indah seperti ini. Val bukan hanya merasakan bulan madu, tapi setiap hari rasanya jadi hari madu.

Dia bisa saja meminta Dixon untuk tinggal di istana tanpa melakukan apa-apa. Tapi sebagai pangeran, Dixon harus mengutamakan tugas, dan sejauh ini, semua berjalan sesuai keinginannya. Yang lebih menarik lagi, pria itu tidak pernah menolak membawa Val ke mana saja. Meski harus bepergian karena tugas, mereka melakukannya sebagai pasangan pengantin baru yang dimabuk cinta.

Mereka tidak lagi membutuhkan dua mobil. Cukup Anton, alias pengawal Pangeran, dan Ping. Gadis itu sudah resmi menjadi pelayan ke mana pun mereka pergi, termasuk ke Palung Benaya.

"Seharusnya, kalian membuat bendungan di sini," ucap Val kepada Kepala Daerah Palung Benaya. Dixon mengangguk setuju. Hari itu memang mereka habiskan bersama penduduk Palung Benaya, dan memberi banyak bantuan.
Semua penduduk berkumpul di aula untuk membicarakan langkah yang harus mereka lakukan selanjutnya, dan kali ini Val ikut hadir di dalam ruangan.

"Itu bisa dilakukan sekarang, kan?" ucap Dixon. Dia sendiri yang memutuskan untuk berbicara langsung dengan para pekerja sambil membagikan bantuan. Sementara Dixon dan Anton sibuk, istri Kepala Daerah mengeluh tentang biaya kehidupan yang terus meningkat kepada Val.

Mayoritas penduduk Palung Benaya adalah petani, jadi banjir ini memang sangat merugikan warga. Terlebih lagi, para wanita di sini tidak pernah belajar mengatur keuangan. Jadi, saat Kepala Daerah mengundang mereka untuk makan di rumahnya, Val dan para wanita belajar menghitung biaya pengeluaran dan pemasukan sehari-hari. Hal ini jadi lebih sulit karena tidak ada satu pun perempuan yang bisa membaca dan menulis.

Beberapa bangsawan yang ikut hadir dalam jamuan tersebut terkejut menatap Val yang bisa dengan mudah membimbing istri-istri mereka. Yang lebih membuat mereka terkejut, Val juga bisa menginvestigasi penyebab banjir dan memberi solusi untuk menanganinya.

Sebagai penduduk Herts, Val tahu, pengetahuannya adalah pelanggaran. Tapi dia tak perduli. Mereka juga membutuhkan pengetahuan, bukan sekedar makanan dan pakaian. Mereka berhak mengetahui apa yang harus dilakukan untuk kehidupannya agar bisa sejahtera. Val tidak pernah setuju peraturan kerajaan yang mengecilkan peran para perempuan. Dan dia terbiasa untuk tidak merasa perlu menuruti peraturan yang tidak masuk akal seperti itu.

Setelah semua pekerjaan selesai, Val dan Dixon bisa bernapas lega. Namun, sepanjang perjalanan mereka kembali ke istana, Dixon tak banyak bicara. Val tahu, ini pasti ada hubungannya dengan apa yang dia lakukan di Palung Benaya.

Val duduk di samping Dixon, menyandarkan kepala ke bahu pria yang menggenggam tangannya itu, seolah mereka akan berpisah jauh. Sementara Ping duduk di samping Anton, pengawal yang merangkap sebagai sopir itu. Sesekali gadis blasteran itu mengintip mereka dari kaca spion, tapi Val tak perduli.

"Aku ingin punya anak," ucap Val lirih. Tapi suaranya cukup Jelas, sehingga membuat Ping terbatuk dan Anton menginjak rem mendadak.

"Bisa kita usahakan," jawab Dixon. Sekali lagi Ping terbatuk dan mobil berhenti mendadak. Val membelalakkan mata, sementara Dixon terkekeh. "Kalian ini kenapa? Putri mau punya anak, berarti tugasku sebagai Raja jadi lebih cepat, dan dia bisa mengatur kerajaan. Bukannya itu maksudmu, Val? Kamu bersedia menikah karena kekuasaan?"

Val terperangah. Tubuhnya menegang dan wajahnya memucat. Dia terdiam cukup lama dan berkata, "Sebenarnya apa maksudmu?" tanya Val. Dia berusaha terlihat tenang. "Baiklah. Itu hanya kalau kamu memang ingin punya anak," ucapnya pelan. "Tapi aku nggak punya niat apa-apa kok, hanya ingin punya seseorang yang bisa kujaga, dan aku urus."

"Aku tahu, Val. Masalahnya, Ibuku pasti nggak akan setuju," ucap Dixon. "Aku memang mencintaimu, tapi masalah anak, kita bicarakan lain kali saja, ya."

Val mengangguk dan merebahkan kepalanya kembali di bahu pria itu. Saat ini memang bukan waktunya bertengkar tentang anak. Tapi, sepertinya Dixon memang sedikit berubah. Dia mulai terlihat curiga kepadanya, dan ini bukan hal yang bagus.

Pengantin Idaman Sang SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang