12. Deep As The Sea And High As Mountain

208 17 6
                                    

"Well, langkah pertama sudah berhasil kamu selesaikan, Val. Misi pertamamu berhasil dengan mulus. Apa syaratmu sebagai bukti kalau Pangeran mencintaimu?" tanya Ping dengan mata berbinar-binar.

"Nggak banyak dan nggak aneh-aneh, kok," jawab Val kalem. "Aku hanya memintanya mengusir semua selir dari istana."

"Wow! Terus dia mau?" Ping menatap takjub. "Belum pernah ada yang seperti itu, kan, di sini? Aku dengar, dari dulu nggak ada Ratu yang berani usir saingan-saingannya di sini. Bahkan sang Ratu Mama Dixon itu. Aku dengar dari pelayan-pelayan kalau Raja sempat jatuh cinta sama Selir, ya?"

"Cepat banget kamu dapat informasi! Iya, makanya aku harus usir para selir itu dulu, supaya nggak ada yang menghalangi kalau nanti aku menjalankan misi kedua." Val sedikit berbisik. Dia menempelkan jari telunjuk di bibirnya. 

"Betul juga. Tapi ... memangnya kamu bisa menyingkirkan mereka begitu saja? Mereka juga punya perasaan dan harga diri, loh! Apalagi keluarga mereka masih lengkap." Ping menyipitkan mata, seolah dengan begitu Val bisa menghapus rasa bersalahnya.

"Sekarang aku seorang Putri, Ping. Seharusnya aku bisa menyingkirkan siapa saja yang aku mau. Aku hanya butuh dukungan Dixon, semua akan berjalan lancar. Lagian, mau apa putri-putri itu di sini, kecuali Dixon yang minta. Lucu aja mereka jadi pengangguran belagu, berasa paling oke karena tinggal di istana."

"Betul juga," bisik Ping. "Kamu cinta Dixon, Val?" tanya Ping. "Selama kita di sini, kamu mulai berubah. Bukan cuma gaya bicara dan gayamu yang berubah. Kamu betul-betul terlihat seperti seorang putri. Kamu juga nggak polos lagi."
Val terkekeh mendengarnya. 

"Pertanyaan macam apa itu? Aku sekarang sudah menikah, Ping. Lagipula, apa kamu pernah tidur sama orang yang nggak kamu cintai?" tanya Val tenang. "Begini-begini, aku setia. Aku juga ingin memajukan perempuan-perempuan Herts. Pallar dan Bulbo sudah oke. Setidaknya bangsawan dan petinggi di sana sudah mengakui kalau aku istri Dixon yang nggak bodoh."

Ping manggut-manggut. "Sekarang kita ke mana lagi?" tanyanya.

Val belum sempat menjawab saat pintu kamar digedor. Ping melongokkan kepala keluar dan tertegun.

"Ratu mau bicara dengan Putri Maya."

Suara pria di luar itu membuat tubuh Val menegang. Apalagi yang dia minta? Seharusnya kan tidak seperti ini. Apa seharusnya dia memberi tahu Dixon?

Ping mempersilakan mereka masuk, lalu berbalik menatap Val. "Ada pesan?" ucap Ping kepadanya.

Val hanya berbisik lirih," Dixon."

Ping mengangguk tanda mengerti, dan membiarkan Val pergi mengikuti para pengawal. Sementara Val melangkah ragu memasuki istana Ratu. Jantungnya berdebar-debar, dan wajahnya terasa dingin. Mungkin terlihat pucat fan cemas. Kakinya gemetar, namun dia berusaha tetap tegar. 

Ratu keluar dari ruangan dengan pakaian warna emas dan merah menyala. Sekilas Val melihatnya seperti Santa Claus. Apalagi saat wanita itu  duduk di singgasananya yang tertutup semacam stola berwarna hijau dan emas. Val membayangkan pohon natal, dan wanita itu sebagai bintangnya.
 
Val menunduk. Pakaian terusannya yang ringan membantunya bergerak lincah. Meski dia harus beluut, rok mininya sama sekali tidak mengganggu.

"Selamat! Kamu sudah membuat kacau hubungan kerajaan dan daerah-daerah kekuasaan. Jangan mentang-mentang kamu seorang calon Ratu, bisa seenaknya mengusir semua perempuan itu."

Val tak berani mengangkat wajah. Dia harus memikirkan kata-kata paling sopan yang bisa dia keluarkan untuk membela diri. Gadis itu duduk bersimpuh di lantai dan mulai bicara dengan lembut.

"Maaf," ucapnya sangat pelan, sehingga nyaris tak terdengar. "Saya hanya tak mau membebankan kerajaan dengan biaya-biaya tidak perlu, seperti membiayai para putri di istana tanpa bekerja. Maksud saya, sebenarnya mereka bisa membantu memikirkan apa yang bisa dilakukan daerah mereka masing-masing untuk negara. Seperti Bulbo yang punya banyak ikan, sebenarnya mereka bisa menjual ikan ke negara ini sebagai tanda kerja sama, tak perlu menyerahkan putri-putri mereka di sini tanpa ada yang memperhatikan."

Pengantin Idaman Sang SultanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang