"Rin, ayo pergi ke mini market sekarang!" sorak Caitlin menghampiri Arin.
Arin menarik lengannya kembali, "masih hujan. Aku gamau pergi ah," katanya.
"Cuma gerimis kok. Ayo lah," jawab Caitlin sambil tertawa, saat ia terus mencoba menarik Arin keluar dari parkiran sekolah.
"Ca," panggilnya. "Kita harus berteduh dulu, kita gak bawa payung lho."
"Ah, gapapa. Ayo!" Caitlin bersorak, masih mencoba menyeret teman sekelas nya keluar.
Namun, Arin tetap diam. keras kepala seperti biasa. Dia tidak ingin sakit flu nya kambuh, akibat bermain di tengah hujan terlalu lama.
Arin tidak mau mengikuti keinginan Caitlin yang mengajaknya bolos saat jam istirahat.
"Yaudah, gue akan pergi sendiri," tutur Caitlin dengan kesal tanpa melirik Arin lagi.
Gadis itu menyerbu keluar menuju hujan yang dingin. Dan dalam beberapa saat, seragamnya menjadi basah dan rambut nya yang basah kuyup menempel di sisi wajahnya.
Tapi dia tidak peduli. Jika Arin tidak datang ke mini market dengannya, maka ia sebaiknya pergi sendiri saja.
Caitlin berjalan dengan susah payah di sepanjang trotoar, hujan terus turun dengan deras. Tapi gadis bersurai coklat itu sama sekali tidak terpengaruh olehnya.
Nyatanya, ia merasa hujan cukup menenangkan. Itu menenangkannya dan berhasil membuat gadis itu menyunggingkan lengkungan pada kedua sudut bibirnya.
Dan satu-satunya suara yang memenuhi indra pendengarannya adalah hujan. Segala sesuatu yang lain diam, karena tidak ada orang lain di sana. Tiba-tiba sesuatu terlintas pada benak Caitlin,
menari dalam hujan.
Tidak ada orang di sana untuk melihatnya. Tidak ada orang di sana untuk mengganggu nya. Itu adalah ide yang brilian. Ide yang menyenangkan.
Memutar-mutar. Melompat. Melewati. Bahkan bernyanyi. Tidak ada yang menyaksikannya.
Hanya gadis itu dan hujan. bebas dari semua kekhawatiran dan masalah. Terbebas dari beban stres.
Tiba-tiba, entah dari mana, tangan seseorang menggenggam pergelangan tangan Caitlin dan ia sedikit tertarik dengan itu.
Tangan itu sangatlah dingin. Seolah-olah Caitlin sedang digenggam oleh hujan yang tak kalah dingin. Dia menengadah untuk melihat bahwa itu adalah Jake, lelaki itu menggenggam tangan mungilnya.
"Jangan berlari kesana, nanti kamu bakal jatuh," gumamnya.
Caitlin terkekeh, "ah, Jake? Lo gak perlu khawatirkan gue, hehe."
Jake menatap Caitlin singkat, "lalu apa yang kamu lakuin di sini?" Lelaki itu bertanya.
"Gak ada..." jawabnya berbohong.
Saat itulah Jaje melepaskan kaitan tangannya, menatap mata Caitlin dengan seksama. Tentu saja, dia melihat gadis itu menari di tengah hujan. Dia bahkan mendengarnya bernyanyi.
Tapi semua itu tidak terlalu mengejutkannya. Antusiasme Caitlin yang terus-menerus di sekitarnya cukup banyak menjelaskan segalanya. Dan itulah yang paling dia senangi dari gadis itu.
"Lalu mengapa menari dan bernyanyi di tengah hujan?" Jake bertanya lagi.
Caitlin terdiam, wajahnya memerah karena malu. Saat gadis itu menutupnya dan mencoba perkataan, tawa gugupnya menjadi cukup banyak.
Ini menyenangkan. Caitlin terkekeh malu,"i—iya."
"Tapi di tengah hujan—" perkataan Jake terpotong.
"Hei, Lo juga harus menari juga sama gue!" Itu adalah ide brilian lain yang tiba-tiba muncul di benaknya.
Tanpa menunggu tanggapannya, Caitlin meraih tangan Jake dan memutarnya di tengah hujan, tertawa gembira.
Dia sama tegang dan kaku seperti biasanya, dan tidak bisa benar-benar memahami apa yang sedang terjadi.
"Jake, lakuin aja hal gila sekali ini!"
Jake mengangguk cepat.
Setelah berputar-putar di tengah hujan entah untuk berapa lama, Caitlin jadi pusing. Dia mulai merasa pusing, seolah-olah semua lingkungannya berputar tak terkendali di sekitar mereka.
Tapi sebelum Caitlin tersandung ke trotoar, Jake menangkapnya dalam pelukannya. Dengan ekspresi setengah khawatir, setengah bingung di wajahnya.
"Menurutku cukup menari untuk hari ini, Ca."
Dia melepaskan pelukan itu dengan cepat, membiarkan Caitlin terdiam tak berkedip. Dan setelah pusing di kepalanya berhenti, ia memegang tangan dingin itu saat mereka masih melewati Hujan.
"Tangan lo dingin. Izinin gue buat ngehangatin lo," kata Caitlin tanpa melihat ke arah Jake.
Jake mengangguk, dia tak tersenyum. Lelaki itu membalas genggaman tangan Caitlin.
"Makasih karna udah nolongin gue tadi, Jake."
Jake menangguk lagi, mengayunkan tangan Caitlin kedepan dan kebelakang.
"Jangan jatuh lagi, oke?" Dia bertanya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.