lembar 07

21 28 5
                                    



Mahesa bisa melihat tempat di mana Caitlin berada pagi ini. Caitlin adalah orang yang mendikte perasaannya, orang yang mengetahui semua ketakutannya, dan orang yang membuat Mahesa menyadari bahwa dia menyukai Caitlin apa adanya.

Tetapi apa yang tidak Caitlin pahami adalah bahwa dalam kenyataan ini dia bukan satu-satunya yang mendikte sesuatu, suka atau tidak.

Caitlin harus memahami bahwa agar segala sesuatunya berfungsi, dia harus sinkron dengan hati yang lain untuk menciptakannya, seperti melodi yang indah.

Mereka telah melalui ini sepanjang hidup mereka dan mereka masih belum memahami satu sama lain. Caitlin mengatakan putih dan Mahesa mengatakan hitam.

Mahesa mengatakan bahwa itu tidak mungkin dan Caitlin bersikeras untuk melanjutkan tanpa terkadang menyadari bahwa dia akan menyakiti Mahesa.

Pada akhirnya, mereka saling menyakiti karena aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Mahesa menyakiti Caitlin karena dia tidak berani mewujudkan keinginan gadis itu dengan tidak berusaha menjauhinya.

Sementara Caitlin menyakiti nya karena dia tidak menerima kurangnya karakter dari Mahesa.

Kadang-kadang Mahesa pikir Caitlin bernasib buruk ketika dia menolak cinta nya, tetapi kemudian Mahesa pikir itu bukan pilihan yang benar sama sekali, itu masalah takdir atau kebetulan.

Satu hal yang lelaki itu yakini adalah karena sejarah mereka bersama. Mereka hanyalah sebatas teman, tidak lebih.

Mereka sama-sama memiliki perasaan tapi kepada orang yang berbeda. Misalkan Mahesa yang mencintai Caitlin berusaha untuk mendekati gadis itu, tetapi jika dia tidak menerima Mahesa, mau bagaimana lagi?

Semua punya jalannya masing-masing dan semua juga tak harus dipaksakan sesuai kehendak mereka. Ada saatnya kita memilih diam, dan terbawa arus yang sudah ditetapkan.

Pukul 11:11 di kedai kopi Ny. Cecilia. Mahesa sedang berada di tempat, di mana cappucino terbaik ditetapkan pada kedai itu. Mahesa membuat keinginan seperti setiap kali dia beruntung melihat jam saat pukul 11:11.

Dia tahu ini terdengar murahan dan agak bodoh. Tetapi ia telah melakukannya untuk waktu yang lama dan meskipun tidak ada yang menjadi kenyataan, hanya dengan melihat jam pada saat itu memberi nya harapan bahwa sesuatu yang baik akan terjadi hari ini.

Ini adalah hari minggu, satu-satunya hari libur dalam seminggu. Dan jika kalian bertanya-tanya apa jadwalnya biasanya, kalian hanya perlu tahu bahwa itu terdiri dari duduk dan mendengarkan guru yang berbicara.

Jangan salah paham, Mahesa cinta jadwal belajarnya, hanya saja karena ini adalah akhir minggu, ia memutuskan untuk beristirahat.

Duduk di meja sudut seperti setiap hari lelaki itu datang ke kedai kopi. Orang yang akhir-akhir ini memiliki semua impian nya masuk melalui pintu, namanya Jake.

Dan bagaimana Mahesa tahu itu? yah, pada hari pertama dan satu-satunya saat dia duduk di sebelah nya, Mahesa secara tidak sengaja menumpahkan secangkir kopi ke seluruh tubuhnya. Sejak itu, setiap kali mereka bertemu, mereka memberi isyarat untuk memberi salam, tidak lebih.

Mereka tidak berbicara sama sekali. Terlebih lagi ketika Mahesa mengetahui jika Jake kerap kali bertemu dengan Caitlin di tengah jalan.

"Tuk!" bunyi cangkir, melenyapkan lamunan seorang Mahesa.

Lelaki itu menengadahkan kepala, melihat empunya cangkir yang meletakkan benda kaca itu di hadapannya.

"Ja—Jake?"

"Hai, Mahesa. Bagaimana kabarmu?"

Mahesa terdiam tak menjawab, dia memilih untuk meneruskan melihat area luar melalui jendela kedai.

"Hei bung, kenapa kamu tidak menjawabku?"

"Jangan ganggu gue," jawab Mahesa ketus.

Jake mengernyit heran, tak biasanya lelaki di hadapannya ini berperilaku aneh dalam sekejap. "Apa kau sedang galau? Ceritalah."

"Iya gue galau." Mahesa memutar matanya, "gue suka sama cewe, tapi dia suka sama orang lain."

"Haha, sadboy!"

Mahesa berdecih, "ck! Diam lo!"

"Hey, tenang bro, aku tidak akan mengejekmu lagi. Kalau aku boleh tahu, kenapa gadis itu tidak menyukaimu? Kau ini kan sangat tampan?"

"Entahlah, gue juga gatau. Dia malah suka ama cowo yang menyebalkan, kaya lo."

"Maksudmu?"

"Ah lupakan."

"Oke." Jake memilih untuk diam.

Mahesa melanjutkan kegiatannya dengan menatap keberadaan seorang gadis yang tak jauh dari posisinya. Gadis itu tampak sedang sendirian di halte, seperti... sedang menunggu seseorang?

Tidak... itu tidak mungkin.

Tapi kenapa gadis itu terlihat celingak celinguk seperti kehilangan seseorang? Apa Caitlin sedang dalam masalah?

Mahesa berkedip, dia menatap Jake yang berada di hadapannya. Lelaki itu sedang asyik menyeruput kopi dan sesekali melanjutkan bacaan bukunya.

Mahesa berdehem, "gue mau pergi dulu. Bye!" Jake tak menjawab, dia sedang fokus dalam bacaannya.










Tapi sesaat setelah Mahesa pergi dan meninggalkan nya seorang diri, dia tersenyum. "Kejarlah seseorang yang kau cintai itu, Mahesa."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PRIVILEGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang