22. Rahasia yang Terungkap

4.6K 739 63
                                    

Perkataan Lidya benar-benar mengganggu Fira hingga membuatnya sering melamun. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia pun memutuskan menghampiri Lidya di saat suaminya dan suami perempuan itu sudah berangkat kerja. Sementara ia dan Arden memang bertahan di rumah mertuanya sampai Kafka pulang nanti.

"Lidya... Aku mau bicara."

"Sorry, gue lagi ribet. Anak gue rewel soalnya," sahut Lidya cuek. Wanita itu pun melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.

Fira mencoba bersabar menunggu Lidya meski sebenarnya sudah sangat penasaran. Ia bertanya-tanya mengapa Lidya bisa berkata yang seperti itu tadi malam? Memangnya Raihan cemburu kalau ia bermesraan dengan Kafka? Padal ia dan Raihan sudah tidak ada hubungan apa pun. Dan Fira masih ingat, kalau Raihanlah yang menceraikannya dengan berkata sudah tidak mencintainya lagi.

Seharusnya Raihan tidak merasa cemburu padanya karena mereka memang sudah bukan siapa-siapa. Lagipula Raihan juga sudah memiliki Lidya.

"Arrghs."

Fira mengusap wajahnya karena merasa bingung dengan banyak pertanyaan yang terasa memenuhi kepalanya. Bagaimanapun caranya, ia harus berbicara dengan Lidya agar semuanya jelas. Agar ia tidak lagi memikirkannya.

***

Kesempatan untuk berbicara dengan Lidya akhirnya tiba juga. Fira bisa melihat wanita itu duduk santai di depan televisi. Tanpa berlama-lama lagi, langsung saja Fira menghampirinya.

"Lo itu bodoh apa gimana sih?"

Alis Fira bertaut karena mendengar ucapan Lidya. Mengapa wanita itu mengatainya seperti itu?

"Maksud kamu?"

"Gue capek ada di antara kalian. Gue capek!"

Kebingungan Fira semakin bertambah. Mengapa Lidya yang marah padanya? Karena seharusnya ialah yang marah sebab dulu Lidya sudah merebut Raihan darinya.

"Kamu kenapa sih? Yang harusnya marah itu aku! Karena kamu yang udah ngerebut Mas Raihan dariku dulu," ujar Fira tak terima.

"Oh ya?"

"Ya. Aku bahkan gak nuntut apa pun dari suami kamu, padahal dia ayah dari anakku juga. Tapi kenapa tiba-tiba kamu negur aku, buat gak mesra-mesraan sama Mas Kafka di depan suami kamu? Kenapa?"

"Lo emang bodoh banget tau gak? Mas Raihan gak pernah nganggep anak lo, karena dia emang bukan ayahnya! Dia bukan ayah kandung dari anak lo, Fira!" gemas Lidya menahan kesal.

"Apa kata kamu?"

"Mas Raihan bukan ayah dari anak lo! Belum puas juga? Asal lo tau, dia gak pernah menghamili lo! Lo hamil sama laki-laki lain!"

PLAKKK

Fira yang tak terima dengan perkataan Lidya pun langsung menampar wanita itu. "Jangan bicara sembarangan ya, lo! Gue bukan wanita murahan yang bisa tidur sama sembarang laki-laki. Dan cuma Mas Raihan yang pernah nyentuh gue, sebelum gue nikah sama Mas Kafka!"

"Tapi kenyataannya lo emang pernah hamil anak laki-laki lain. Bukannya anak Mas Raihan. Lo mungkin bertanya-tanya, kenapa Mas Kafka bisa sayang banget sama anak lo? Kenapa mereka berdua bisa terlihat punya ikatan batin yang kuat? Ya karena emang mereka ayah dan anak!" ujar Lidya disertai senyuman sinisnya.

"Lo jangan ngarang cerita ya, Lid!"

"Come on, Fira. Coba pake otak lo. Kenapa Mas Kafka mau nikah sama lo, di saat lo baru aja bercerai dari adiknya? Ya itu, karena dia mau tanggung jawab karena sudah pernah nyentuh lo. Dan dia sayang sama anak lo, ya emang karena dia ayah kandungnya Arden. Kalo gak percaya juga, silakan tanyain ke suami lo, atau tes DNA sekalian."

Marriage with My Ex Brother in Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang