19. Menunggu Waktu yang Tepat

4.1K 672 28
                                    

Thank you buat 500+ vote di part sebelumnya. Jangan lupa vote dan komen juga part ini❤️

Aku baru sadar kalau judul part ini selaras sama judul part Anya yang kemarin dipublikasi😂 Menunggu Waktu yang Tepat vs Waktu yang Tidak tepat🤣🤣🤣

***

Fira menitikkan air matanya karena merasa terharu saat memandangi putranya yang berada di ruang inkubator. Rasanya campur aduk antara senang dan sedih. Ia merasa senang karena anaknya telah lahir, tapi juga merasa sedih karena bayi mungil itu belum bisa berkumpul bersama mereka.

Arden yang lahir saat umurnya belum cukup harus mendapat perawatan intensif terlebih dahulu. Barulah saat perkembangannya stabil, mereka bisa bersama.

Fira menoleh pada Kafka yang mengelus pundaknya. "Sabar ya, kata dokter kita lihat perkembangan Arden dulu beberapa hari ini. Kalo sudah makin membaik, nanti dicoba perawatan metode Kanguru. Biar suhu tubuh anak kita bisa cepat stabil dan bisa keluar dari ruang inkubator," ujar Kafka memberitahu.

"Iya, Mas."

Kafka mengecup puncak kepala Fira. Ia merasa sangat bersyukur karena bisa memiliki istri sesempurna Fira yang kini telah memberinya seorang anak.

"Arden anak Mama... Kamu yang sehat ya, Sayang. Kamu harus kuat biar nanti bisa keluar dari sini. Biar bisa main sama Mama dan Papa," ujar Fira. Ia memasukkan tangannya ke lubang yang ada di tabung kaca itu lantas menyentuh bayinya.

"Mama sama Papa sayang banget sama kamu, Nak. Kami pengen bisa berkumpul sama kamu. Kamu harus cepat sehat ya, Sayang."

"Anak kita pasti cepat sehatnya, Sayang," sahut Kafka seraya mengelus rambut Fira. Kemudian dikecupnya kening istrinya itu. "Kita kembali ke kamar kamu dulu yuk. Soalnya kamu masih lemah dan perlu istirahat."

"Tapi anak kita, Mas-"

"Ada perawat yang jagain. Kamu istirahat dulu aja," bujuk Kafka lagi yang diangguki Fira.

Keduanya melangkah dengan Kafka yang merangkul pinggang Fira agar tidak jatuh. Sebenarnya tadi Kafka menyarankan agar Fira menggunakan kursi roda saja  Tetapi istrinya itu menolak karena masih bisa berjalan sendiri. Apalagi dokter menyarankan untuk melakukan pergerakan kecil agar peredaran darah dan sistem pencernaannya kembali lancar pasca operasi.

Sebelum tiba di kamarnya, tanpa sengaja Fira melihat ruang rawat Lidya yang pintunya sedikit terbuka. Di dalam sana, Raihan tampak mengagumi bayi perempuan mungil itu. Sementara anaknya tak mendapatkan perhatian apa pun dari Raihan. Meskipun begitu, ada Kafka yang selalu menyayangi anaknya dengan tulus. Sehingga harusnya Fira tak merasa ada masalah.

"Mau mampir?" tawar Kafka pada istrinya.

"Gak usah, Mas. Aku mau langsung istirahat aja," tolak Fira yang langsung diangguki sang suami. Mereka pun kembali melangkah menuju ruang perawatan Fira.

***

Hangat. Begini ternyata rasanya bisa memeluk buah hatinya sendiri. Setelah beberapa hari berlalu, Fira diizinkan untuk merawat anaknya yang prematur dengan menggunakan metode Kanguru. Sehingga saat ini ia sedang berbaring di ranjang rumah sakit dengan anaknya berada di atas dadanya.

"Anaknya Mama sama Papa harus cepat sehat ya, Sayang. Biar gak masuk inkubator lagi," gumam Fira seraya mengelus rambut tipis anaknya. Ia ingin bisa segera merawat anaknya sendiri seperti kebanyakan ibu-ibu lainnya.

"Mama sayang banget sama kamu, Nak. Papa juga sayang kamu," ujar Fira lagi. Tentu saja papa yang dirinya maksud adalah Kafka. Bukannya Raihan. Andai saja Arden anaknya bersama Kafka, mungkin Fira akan semakin merasa bahagia. Tapi pada kenyataannya Arden adalah anak Raihan. Sebab ia tak pernah berhubungan dengan Kafka saat mereka belum menikah.

Marriage with My Ex Brother in Law (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang