35 | Past

494 40 2
                                    


Beberapa minggu kemudian, orang tua Sakha dan juga Kei sudah kembali ke rumah, mereka telah pulang dari liburannya.

Malam ini keluarga itu sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.

"Ayah, Ibu, gimana liburannya?" Tanya Kei pada kedua orang tuanya itu.

"Seru!" Jawab Ayahnya.

"Kei pengen juga deh liburan."

"Iya, kapan kapan aja ya, pas kalian berdua libur sekolah." Jawab ayah. "Oh iya, ayah baru tau kalau kalian berdua pernah satu sekolah? Soalnya ayah tanya ke ibu kalau smp Kei itu sama dengan smp nya Sakha."

"Iya yah, tapi kita ga pernah sekelas." Jawab Kei.

"Terus kalian pernah kenal ga?"

"Engga." Jawab Sakha tiba tiba, dan Kei hanya menatap nya seolah bertanya tanya.

"Sakha ke atas dulu." Ucap Sakha kemudian dia meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya.

"Yah, Sakha emang cuek gitu orangnya?" Tanya Kei penasaran.

"Dulu engga sih, semenjak ibunya gaada, dia jadi gitu." Jelas Ayahnya.

"Oo gitu yah. Yauda Kei ke atas juga, nyusulin Sakha." Kei pun juga ikut meninggalkan meja makan dan berjalan ke kamarnya.

Kei masuk ke kamar, dan dapat dilihatnya Sakha sedang duduk di kursi dan memainkan gitarnya. Rasanya sudah lama sekali Kei tidak melihat Sakha bernyanyi dan memegang girarnya itu. Kei pun duduk di tepi kasur.

"Sakha, mainin lagu dong buat Kei, satu aja gapapa." Ucapnya, sepertinya dia mencoba untuk lebih akrab dengan kakak nya itu. Tetapi, Sakha hanya diam tak menjawab ucapan Kei. "Kenapa si diem mulu, kalo orang ngomong tu di jawab Sakha." Ucap Kei lagi, tapi sama saja, si es batu itu tetap diam.

"Ihh Sakha mah ngeselin. Ga enak tau di cuekin."

"Udah ngerasain kan rasanya gimana?" Ucap Sakha. Kata kata tersebut sangat menusuk bagi Kei. Kei hanya diam, tak berani menjawab lagi. "Udah tau kan rasanya gimana, hm?" Sambungnya karena Kei masih diam.

"Gimana rasanya, huh?" Tanya Sakha lagi, sepertinya dia sudah terbawa emosinya.
"JAWAB!" Sakha pun membentak Kei. Air mata Kei tiba tiba jatuh karena dibentak oleh Sakha. Dia mulai menangis, kembali mengingat masa lalu nya dengan Sakha.

"Iya, gw yang salah! Gw yang udah jahat sama lu. Gw ngesel kha, gw nyesel sampe sekarang. Gw ngerasa bersalah sama lu, gw udah ngejauhin lu tiba tiba gitu." Jawab Kei. Sakha hanya diam, tak menjawab lagi. Sebenarnya dia tidak ingin mengingat masalah itu lagi, padahal dia sudah berusaha selama ini untuk melupakan hal tersebut.

"Maafin gw kha. Pas lu tiba tiba ngilang, gw baru sadar kalo cara gw itu salah. Harusnya gw bicarain dulu sama lu baik baik, bukan ngejauhin lu. Tiap hari gw selalu mikirin lu karena gw ngerasa bersalah, gw selalu berharap lu balik lagi, supaya gw bisa minta maaf sama lu. Gw........ gw kangen lu yang dulu kha."

"Gw tau lu marah sama gw, tapi gw pengen perbaikin ini semua, gw--"

"Terserah....... terserah lu mau ngomong apa." Ucap Sakha yang tiba tiba memotong ucapan Kei. Sakha pun keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Kei sendirian disana. Kei menangis, terus menangis. Hati nya terasa sangat sakit saat Sakha membentak nya. Dia hanya ingin memperbaiki hubungan nya dengan Sakha, Kei tidak ingin Sakha terus mengabaikan nya.

Sakha masuk ke ruangan musik nya, dan mengunci ruangan tersebut. Dia pun duduk di lantai dan menyandar pada tembok. Sakha mulai menangis, mengeluarkan air mata yang sedari tadi ia tahan. Andai saja tadi dia tidak emosi, pasti tidak akan begini jadi nya.

Crazy FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang