Bagian 3

11 2 4
                                    

Hari pertama sekolah telah dilewatkan setelah mengalami hal-hal yang buruk, sekarang seperti hari-hari pada umumnya mulai Lita jalani sebagai anak kelas 11 sekolah menengah atas. Sudah siap dengan sepedanya Lita menunggu Satya di depan gang tak jauh dari rumah mereka. Ada hal yang terlintas di pikirannya pagi ini, jadi cepat-cepat dia pergi lebih awal.

Sambil menunggu makhluk itu di atas sepeda, Lita menatap pantulan dirinya di cermin sepeda, merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan karena angin. Oh iya, hari ini ada yang beda dengan penampilan Lita. Sebuah jepit rambut dengan angsa kecil di ujung jepitannya, terpasang rapih di rambut Lita yang masih terkuncir setengah. Wajahnya pun merah berseri seolah ada hal di sekolah yang ia nanti, sampai-sampai tidak sabar menunggu Satya yang datang lama sekali.

Setelah sudah kesal menunggu akhirnya pria jangkung dengan lekukan bibir sempurna datang sambil membunyikan lonceng sepedanya. Satya berhenti tepat di samping Lita, pandangannya langsung tertuju ke arah jepit rambut baru itu. Sedangkan Lita yang sedari tadi menyambut Satya dengan senyuman membuat Satya sedikit risi, karena senyum Lita terlihat menyimpan banyak hal dibaliknya.

"Ganti gaya jadi doraemon?"

Tarik nafas... buang... Itulah yang Lita lakukan untuk menahan emosinya yang mulai Satya pancing.

Lihat kan? pria ini memang tampan tapi sifat dakjal nya sungguh sulit di hilangkan.

Dari pada merusak pagi dengan amarah lebih baik Lita langsung meminta hal yang dari tadi dia tunggu. Lita menadah tangan kanannya. "Mana roti gue?"

Satya membuka kantong plastik di tangannya dan mengambil satu roti lalu diberikan pada Lita.

"Lo pikir gue tukang roti? hah?!" katanya sambil memberi roti.

Lita terkekeh kecil sambil membuka bungkus rotinya. "Ibu gue pergi pagi-pagi ke tempat kerja jadi gak sempet masak. Tolong pengertian dikit ya" setelah itu dilanjut melahap roti slay strawbery favoritnya.

"Terus jepitan jelek ini apa?" Satya yang mencoba menyentuh jepitan di rambut Lita, tapi dengan cepat tangan gadis ini langsung menebasnya.

"Etss! Jangan sembarangan. Ini gue beli dari pasar malem" sambil merapihkan rambutnya Lita bergaya sombong.

"Angsa melambangkan kecantikan, dan gue mau jadi kaya angsa yang putih, bersih, suci dan cantik" lanjutnya diakhiri senyuman dan jarinya yang membentuk v diletakan di pucuk mata.

"Tapi lo malah kaya bebek"

Hilang senyuman Lita. Bibir yang semula tersenyum senang dan bangga kini harus tertekuk karena Satya.

Ah, sudahlah percuma juga kalau kamu berbicara pada alien. Ingat ya teman-teman jangan sekali-kali berbicara dengan dengan alien.

"Denger ya Satya Abraham, mulai hari ini gue mau damai sama lo. Gue mikir kalo gue harus punya citra baik di hadapan dunia. Jadi hari ini kita sudahi peperangan kita" Lita yang mengulurkan tangan. Sungguh dia harus menjaga citranya di hadapan 'dia' yang menjadi tokoh utama dihatinya kini. Lita tidak boleh terus terlihat konyol dan memalukan.

Sebelum menyetujui perkataan Lita, pria ini menganalisa secara cepat. Ada hal magic apa sampai wanita ini melakukan perjanjian yang seharusnya tidak pernah terjadi di dunia.

"Wah dunia persilatan akan gempar. Ok! di terima" Satya menjabat tangan Lita dan menyetujui perjanjian mereka. Bak pembisnis sungguhan Lita tersenyum sambil menggoyangkan jabatan tangannya.

"Dengan begini lo juga harus berhenti jadi buntut gue dan berhenti jadi pembunuh kebahagiaan masa muda gue" Lita menambahkan.

Mendengar kalimat tambahan itu Satya melepas jabatan tangannya. "Yang itu gak termasuk"

Kambing Alien [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang