Bagian 5

14 2 0
                                    

Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, kini Lita dan Lala tengah menikmati bekal yang mereka bawa di bawah pohon besar samping lapangan. Pagi ini Lita di bawakan bekal tempe bacem beserta temannya yaitu tahu, ditambah telor gulung favorit Lita. Dan Lala, di bawakan bekal ayam kecap dengan sayur kentang.

Siang itu karena habis hujan di malam hari jadi banyak awan yang menutupi matahari. Di tambah lagi mereka berlindung di bawah pohon johar untuk menghalang sinar uv. Bekal yang mereka bawa hampir habis, kini saatnya menikmati es doger yang tadi sempat Lita beli di depan sekolah.

Saat sedang mengemas kembali tempat bekal kedalam tas bekalnya tiba-tiba saja, sebuah tangan menyambar es doger milik Lita.

"Eh! es dogernya!" Dengan cepat Lita menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
Tidak lain dan tidak bukan, Satya. Pria yang datang tiba-tiba seperti hantu ini selalu mencari masalah dikala kehadirannya.

Tanpa merasa bersalah setelah kejadian pagi tadi, sekarang Satya menyeruput setengah dari es doger Lita. Bibir gadis ini langsung mengerucut melihat es nya yang hampir habis di telan oleh alien. Lita baru menyendok 3 suap dan setengahnya malah merosot ke tenggorokan Satya

"Enak" ujar Satya sambil mengembalikan es doger nya.

Dengan cepat disambarnya es donger miliknya dan memberi tatapan tersinis yang dia punya ke arah Satya.

"Enaklah gratis! dasar alien gak modal!" sewotnya lalu menyendok cepat hingga habis menggunakan sendok yang sama. Takut jika Satya akan mengambilnya lagi. Satya yang melihat itu nyaris tertawa tapi untungnya dia bias mengontrol.

"Beli sono, di depan masih ada noh" kata Lala yang tak tega melihat temanya.

"Yang gratis lebih enak" balas Satya.

"Astagfirullah Satya, jangan bikin orang ambigu!" kini Lala yang sewot.

Satya terlihat bingung, karena dia tidak bermaksud demikian. "Lo aja pikirannya kotor"

"Mana ada!" Lala menggertak kesal. "Lita liat noh!" Lala mengadu pada temannya.

Langsung Lia memukul lengan Satya. "Lo yang salah! Makanya kalo ngomong pikirin dulu biar orang gak ambigu! Pokonya lo salah!"

Makin menjadi-jadi ya mereka berdua ini. Satya menggeleng sambil memutar mata. "Terserah kalian!"

Satya menaruh buku tulis di pangkuan Lita, yang sedari tadi dia bawa di tangannya. "Tugas Bahasa inggris"

Lita membuka buku itu dan langsung menemukan tugas yang Satya maksud. Tertulis dengan rapih dialog Bahasa inggris di atas kertas tanpa ada terjemahannya. Tugas Lita hanya tinggal menghafalnya saja.

"Loh tapi kan gue belom ngasih tau lo tentang diri gue yang lebih rinci, terus rencana masa depan gue, sama impian gue" Lita yang bingung karena Satya asal saja menulis dialognya.

Satya menghela nafas malas. "Lita Ganina, tinggi badan 164 berat 49. Cuci kaos kaki dua minggu sekali, cuci sepatu dua bulan sekali, keramas lima hari sekali, makan tiap detik kalo bisa. Lo pengen belajar gambar setiap hari dan berharap bebas dari pelajaran lainnya di masa depan. Impian lo pengen jadi komikus terhebat sedunia perkambingan" jelas Satya.

Perkataan Satya terakhir membuat Lala tertawa. Memang semua yang Satya katakan benar. Sudah dari kecil mereka bersama jadi bukan hal aneh jika Satya mengetahui banyak hal tentang Lita. Sampai pada kata terakhir membuat Lita naik darah. Spontan tangannya memukul lengan Satya.

"Jadi komikus terhebat sampai terkenal hingga kampung halaman lo! Planet pluto!" Lita yang gemas memajukan wajahnya untuk memojokkan Satya balik. Terlihat Satya yang terpancing dengan Lita hampir menyahuti kembali perkataan Lita, tapi pria ini bisa mengontrol mulutnya yang akhirnya menjadi helaan nafas berat.

"Hafalin sampe bel masuk" katanya lalu berlalu pergi meninggalkan Lita dan Lala.

"Sinting! Sebentar lagi juga masuk!" serunya yang tak di hiraukan Satya.

Lagi-lagi Satya memancing emosi jiwa Lita. "Satya ihhh!"

Disaat temannya kesal, Lala justru malah tertawa masih menertawakan perkataan Satya. Kini Lala yang mendapat tatapan tajam dari Lita. Lala yang menyadari hal itu langsung merapatkan bibirnya rapat-rapat.

Waktu berjalan dengan cepat, sepertinya baru sedetik lalu Lita di beri tugas untuk menghafal paragraph nya tapi baru dua paragraph yang bisa dia hafal. Memang belajar Bahasa asing sungguh sangatlah sulit. Lita sampai kewalahan hingga menggaruk kepala yang tak gatal.

"Alien sialan itu emang sengaja kayanya bikin dialog sendiri. Liat nih paragraph gue panjang banget, mana susah-susah lagi. Paragraph Satya malah singkat-singkat" Lita menyilang kan tangannya di depan dada kesal.

Lala mengambil buku itu untuk melihat perbedaan bagian Lita dan Satya. Benar saja, dibandingkan dengan paragraph milik Satya, paragraph bagian Lita memang panjang dan ada beberapa kata yang susah di ucapkan.

Lala berdecak, menarik nafas sebelum berbicara. "Cowok itu cukup picik, dia bikin dialog gak adil kaya gini. Kayanya lo harus bales dia pake cara yang picik juga"

Lita menoleh. "Cara picik?" Lia mengangkat bola mata ke atas sambil membayangkan hal picik untuk membalaskan dendamnya pada Satya. Oh! sebuah ide terlintas di benaknya dan itu membuatnya tertawa.

Lala sedikit mengerutkan alis melihat temannya yang tiba-tiba tertawa. Akhirnya bel masuk berbunyi. Lita dan Lala hampir meloncat karena suara nyaring itu. Mendengar tanda pelajaran akan kembali di mulai Lita langsung panik tujuh keliling.

"Wala, wala, belum hafal!!" jeritnya frustasi.

Lala menepuk punggung Lita. "Udah gak ada harapan"

Lita menjatuhkan kepalanya di meja depan yang mengeliling pohon-dengan wajah lemas nya. Sedangkan pelajaran Bahasa inggris ada di jam terakhir. Dari awal memang Lita tidak niat untuk mengerjakan tugas bahasa inggris bersama Satya, tapi sekarang berhubung Satya sudah memberi dialognya mau tidak mau dia harus menghafalnya. Andai saja dialog yang Satya bikin tidak sebanyak ini dan mudah, mungkin akan lebih mudah bagi Lita untuk menghafalnya.

Lala mengerutkan wajah serta bibirnya. "Menderita banget lo, harus berurusan sama alien kaya Satya"

Lita menoleh dengan tatapan sendu.

"Yaudah ayo ke kelas" ajak Lala, menarik tangan Lita agar cepat bangkit dari duduknya.

Keduanya berjalan ke kelas. Lita yang masih lemas karena belum sempat penghafal banyak paragraph. Ucapkan selamat tinggal untuk nilai Bahasa inggrisnya Lita.

"Dimasa depan siapa yang mau sama lo dengan kehidupan menderita kaya gini" kata Lala dengan maksud bergurau.

"Selagi Satya gak ada gue bakal selamat" sahut Lita masih dengan tubuh yang lemas.

Sesampainya di kelas Lita tak berani untuk melirik ke arah Satya, dia tahu pasti Satya akan menceramahi nya dengan berbagai topik yang sudah di sediakan oleh alam.
Tanpa di suruh Satya datang dengan sendirinya menghampiri meja Lita, dengan tatapannya yang datar seperti biasa.

"Ayo latihan" ajak Satya, berhubung guru mata pelajaran belum datang.

.
.
.
Sengaja banget up 2 part, karena kalo disatuin takut kepanjangan, tapi klo part duanya mingdep atau besok takut gak enak bacanya. Jdi yaudah up 2 part aja.

Lanjut ke part selanjutnya yuk.

Happy reading!!

Kambing Alien [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang