Bagian 1

73 2 0
                                    

2018

Pagi hari yang indah di sudut kota. Karena udara yang cukup dingin beberapa orang menggunakan jaket untuk menghalangi udara yang hampir menusuk kulit. Sekolah di mulai kembali setelah melewati waktu libur panjang sehabis ujian kenaikan. Di perjalanan mengendarai sepeda menuju sekolah seperti anak-anak lain, dalam hati gadis ini memanjatkan doa yang sedari subuh dia pinta.

"Tuhan, tolong kasiha aku, jangan sampai alien sialan itu satu kelas lagi denganku" gumamnya dengan sedikit umpatan.

Lita Ganina. Gadis berambut pendek yang dikepang setengah di bagian belakang menjadi ciri khasnya. Dia ini sangat-sangat menyalahkan nasib sialnya karena harus berurusan setiap tahunnya dengan seorang pria jangkung. Dari semenjak duduk di bangku sekolah dasar pria ini selalu mengikutinya kemanapun dia pergi, bahkan saat kelas 4 SD karena terlalu terbiasa mengikuti Lita pria ini hampir ikut masuk ke dalam kamar mandi wanita. Memang awalnya Lita tidak keberatan dengan adanya dia yang terus menjadi buntut, tapi setelah tahun demi tahun lamanya pria yang mendapat gelar Alien ini mengikuti Lita seperti seorang fans amatiran, tentu saja Lita merasa terganggu.

Kring kring!!

Suara lonceng sepeda datang tiba-tiba dari belakang cukup membuat keseimbangan Lita terguncang. Dengan kesal Lita menoleh, siapa kira-kira yang hampir membuatnya kecelakaan.

"Lewat, tinggal le-" kalimatnya terpotong begitu wajah pria yang dari subuh ingin dia hindari ini muncul. Hancur udah pagi hari yang indahnya.

Nah, ini yang dari tadi kita bicarakan. Alien menyebalkan yang datang dari luar angkasa. Tidak-tidak, itu hanya penyebutan untuknya dari Lita, dia bukan alien sungguhan. Namanya Satya Abraham. Kini, pria berkaki panjang bak jerapah sedang tersenyum penuh maksud kearah Lita. Biasanya Satya menunggu Lita di parkiran sepeda depan rumah mereka, tapi Lita pikir hari ini adalah hari beruntungnya karena tidak melihat Satya dengan sepeda hitamnya, ternyata dia salah. Saat hampir sampai pada gerbang sekolah, mendadak pria ini muncul dan menghancurkan suasana hati.

Satya melambaikan tangan sambil menyapa. "Selamat pagi teman kelas"

Sontak mata Lita melotot dan tangannya langsung menarik rem. "Apa? Lagi?!" serunya.

Yang benar saja, bahkan Lita belum sampai sekolah tapi kabar buruk sudah menimpahnya. Sedangkan Satya yang tak merasa bersalah masih menyunggingkan senyum lebar.

"Roti, mau gak?" tawar Satya.

Lita dengan nafas beratnya melirik tajam Satya yang menyodorkan plastik hitam berisi dua roti yang dia beli di warung depan rumah. Perut Lita memang belum di isi pagi ini karena dia harus buru-buru pergi ke sekola sebelum Satya melihatnya. Ah sial, dia malah bertemunya dan kini harus menahan ego demi menerima roti Satya untuk perutnya yang bunyi di waktu tak tidak tepat seperti sekarang.

Satya terkekeh kecil mendengar suara rengekan perut Lita. Lebih terdengar seperti meledek.

Semakin menjadi-jadi kekesalan Lita pagi ini. Dengan kasar Lita menyambar plastik hitam itu, mengambil roti yang ada di dalam lalu memberikan sisa plastik hitamnya pada Satya. Cepat-cepat Lita merobek satu bungkus rotinya dan memberikan sampahnya pada Satya. Roti yang harusnya menjadi bagian Satya dibawa dua-duanya oleh Lita, yang satu di masukkan kedalam keranjang dan satunya dia makan sambil melanjutkan perjalanan.

"Satunya punya gue woi!" seru Satya yang masih diam memperhatikan Lita yang kian menjauh.

"Makan aja sampahnya!" balas Lita tak kalah menggelegar.

Satya yang tak mau kalah langsung melempar asal sampah ini dan mengejar Lita, tak perduli dengan sampah yang mengotori lingkungan kini tujuan utamanya adalah mendapatkan kembali roti miliknya.

Kambing Alien [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang