Bagian 8

12 1 0
                                    

Happy reading!!
.

Hari semakin sore, Lita berjalan menyusuri jalan menanjak setelah selesai jajan diwarung.

Es kiko yang ia cucupi sedari tadi sambil berjalan sekarang tinggal setengah. Dibawanya plastik hitam berisi berbagai cemilan untuk mengganjal perut begitu sampai rumah.

Teringat kembali beberapa jam yang lalu saat seorang Arsan mengajaknya kencan. Ah, tidak-tidak kata kencan hanya dipakai Lita karena terlalu berharap pada Arsan. Lebih tepatnya itu bukan kencan, mungkin bisa di bilang langkah awal untuk memulai hubungan lebih dekat. Dari semenjak kembali ke sekolah selepas makan di luar, senyuman tak pernah hilang dari wajah Lita. Saat ini pun masih dengan es kiko dimulutnya, senyuman tetap terlihat.

Flashback

"Ta, kita makan disini aja ya"

Keduanya berhenti di depan warung bakso. Cukup ramai pengunjung hari ini. Dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang sepertinya baksonya cukup enak.

Lita menyetujui ajakan Arsan, dan keduanya turun dari motor. Lita langsung duduk di bangku kayu panjang dekat tembok. Sedangkan Arsan masih menunggu untuk membuat pesanan. Tak perlu menunggu lama Arsan langsung menghampiri Lita dan duduk di sebelahnya.

Ya Tuhan, seperti mimpi rasanya bisa duduk berdampingan dengan pria yang di idam-idamkan satu sekolah. Lita gugup setiap kali pupil matanya bertemu bola mata hitam Arsan.

Kata orang ketampanan atau kecantikan seseorang akan terlihat dari samping. Dan benar saja. Lita melirik ke arah Arsan yang sibuk merapihkan meja dengan lap. Hidungnya yang persis seperti perosotan anak tk dan matanya yang selalu menjadi hal favorit Lita terlihat sungguh luar biasa dari samping sini.

Lita menggigit bibir bawahnya, malu sendiri memperhatikan Arsan diam-diam. Tentu saja lama-lama Arsan menyadari tatapan itu.

"Di muka gue ada badak?"

"Ha? Iya tuh" Interupsi Arsan membuat Lita linglung.

Tawa gurih terdengar dari Arsan setelah Lita mengiyakan hal yang tak mungkin terjadi. Sudah terlihat jelas bahwa Lita ketahuan memperhatikan Arsan.

Lita langsung tertunduk malu karena hal itu. Sedangkan Arsan yang masih dengan sisa tawanya memegang dagu Lita, menaikkannya dan tentu saja gadis ini menoleh.

"Kalo mau liat, liat aja. Yang lama juga boleh"

Bom! Bagai ada bom bunga terjadi di hatinya. Terlalu berdebar hati Lita sampai tidak bisa digambarkan betapa merah pipinya. Cocok sekali jika dibilang mirip tomat rebus.

Flashback end

Ingin sekali rasanya mengulang hal itu berkali-kali. Tatapan mata Arsan saat mengatakan kalimat terakhir masih terpampang jelas dibenak. Seolah ada film yang sama diputar berkali-kali dikepalanya.

Lita terkekeh menutup mulut mengingat salah satu hal membahagiakan dalam hidup.

Ngomong-ngomong, mendadak Lita jadi pendiam saat bersama Arsan, ya teman-teman. Begitulah rata-rata wanita yang akan menjaga tingkahnya di depan pria yang mereka suka.

Langit semakin gelap, Ibu Lita pun sudah pulang beberapa menit lalu. Tia, selaku sang Ibu, langsung bergegas menyiapkan makan malam. Sedangkan Lita sebagai anak, bukannya ikut membantu sang Ibu justru sedang asik dengan lamunan yang sama di depan televisi menyala. Sofa krem ini menjadi tempat singgah Lita sementara untuk menata haluan masa depannya bersama Arsan.

"Lita buka pintu noh!" Seru Tia yang geram melihat anak gadisnya termenung di sofa sampai tak sadar akan ketukan pintu.

Lita terperanjat dan langsung berlari membuka pintu.

Kambing Alien [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang