Ketinggalan

752 82 3
                                    

Gita masuk ke kelasnya dengan terburu-buru. Pagi ini ia telat bangun karena orangtuanya pergi ke luar kota dan alarmnya tidak bunyi. Alhasil ia pergi ke sekolah dengan penampilan lumayan berantakan karena tak sempat menyisir rambut. Bahkan, mandi saja tidak sampai lima menit. Untung saja, perjalanannya dengan ojek online lumayan lancar sehingga ia tak perlu berdiri di tengah lapangan berpanas-panasan.

"Tumben telat," ucap Namira, teman sebangku Gita.

"Ortu gue ke lurkot, Nam, gak ada yang bangunin. Gue lupa nge-set alarm juga," jelas Gita masih dengan napas tersengal-sengal.

Tangan Namira tergerak merapikan rambut Gita yang lumayan acak-acakan. "Huh, pasti nggak sisiran," cibirnya.

Gadis itu terkekeh mendengar cibiran temannya. "Gue bahkan hampir gak mandi, tau. Untung aja sempet pake deodorant, tapi nggak sempet pake parfum." Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Oh iya, gue punya parfum sisaan di tas."

Gita merogoh tas bagian depannya, mengambil parfum yang di maksud dan langsung menyemprotkannya di beberapa bagian tubuhnya.

"Eh, lo gak lupa bawa LKS fisika, 'kan?" tanya Namira.

Gita terbelalak. "Astaga! Ketinggalan di meja belajar!" serunya panik. "Semalem gue pake belajar, trus lupa naroh lagi di tas. Aduh, gimana, dong?"

"Sepuluh menit lagi masuk kelas. Coba lo cari ke kelas lain, pinjem LKS. Tapi pastiin soal-soalnya belom dinilai. Mapel fisika, tuh, abis istirahat pertama, jadi gak bakal nutut kalo lo nyari pas istirahat," saran Namira.

Gadis berambut sebahu itu mengangguk panik, kemudian berlari ke luar kelas.

Ia bingung mau mencari ke kelas mana dulu. Namun, feeling-nya berkata bahwa ia harus ke kantin terlebih dahulu.

Dewi Fortuna, tolong bantu aku hari ini, batinnya.

Ia celingak-celinguk mencari sesuatu yang bahkan ia tidak tau pasti. Pandangannya terlempar ke seluruh penjuru kantin, berharap ada suatu keajaiban yang datang tiba-tiba.

Bagai air di tengah padang pasir, matanya menangkap beberapa sosok orang dengan buku yang ia cari.

"Buku lo ketinggalan di perpus kemaren. Untung gue ketemu lo di sini. Nih, bukunya," ucap seorang gadis sembari menyodorkan sebuah buku.

Sesosok laki-laki menerima sodoran buku dari gadis dengan senyum merekah. "Pantesan gue cari gak ada. Makasih, ya. Nanti istirahat pertama bareng gue, ntar gue jajanin."

"E–eh, enggak usah, gue ikhlas. Lagian buku doang," tolak gadis itu. "Gue duluan ya, Res, mau ngerjain tugas. Bye." Ia melambaikan tangan dan berlalu sebelum sosok laki-laki itu membalasnya.

Sebelum laki-laki itu berlalu, Gita dengan sigap mengambil kesempatan.

"Permisi," sapanya.

Laki-laki itu menoleh. "Iya? Ada apa?"

Gita menatapnya takut-takut. "E ... anu ...," ucapnya ragu-ragu. "Gue ... gue boleh pinjem LKS fisika lo nggak? Hari ini ada tugas, tapi buku gue ketinggalan di rumah. Kalo lo nggak keberatan, mau minjemin buku lo nggak?" lanjutnya dengan menunduk. Ia takut akan dimaki-maki oleh laki-laki ini, walaupun jika dilihat-lihat, laki-laki ini tidak seekstrim itu.

"Oh? Boleh, kok. Pinjem aja, nggak usah takut," balasnya. "Tugas lo halaman berapa? Takutnya udah dinilai punya gue."

Kepala Gita terdongak, wajahnya sontak berseri. "Eh? Serius?" tanyanya tak percaya. "Tugas gue halaman 38 bab titik berat. Udah belom?"

"Bentar." Laki-laki itu membuka halaman yang disebutkan. "Belom, kok. Tapi udah gue kerjain yang pilgan, tinggal yang isian. Nih." Ia menyodorkan bukunya.

Gita menerima sodoran buku dari tangan laki-laki itu. "Besok gue tuker pake buku gue, ya. Sekalian gue kasih jawaban uraiannya, oke?" tawar gadis itu.

Suara gelak tawa keluar dari mulut lelaki bersurai hitam itu. "Santai aja kali," balasnya. "Lo di kelas mana?"

Gita yang tersadar belum memperkenalkan diri pun menjawab, "Ya ampun, gue lupa belom kenalan, sorry. Gue Gita kelas IPA dua. Lo?"

"Antares IPA lima." Ia melirik arlojinya sebelum melanjutkan, "Udah mau masuk. Gue duluan, ya."

"E–eh, iya. Makasih, ya. Have a nice day," ujar Gita penuh spontanitas.

Lelaki itu sedikit terkejut, tetapi berhasil menyembunyikan keterkejutannya dengan senyuman manis sebelum berlalu meninggalkan Gita di tempat.

"Heuh ...." Gita menghela napas penuh kelegaan. "Pengen nangis, deh, gue."

ㅇㅅㅇ

Antares Naratama, XI IPA 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Antares Naratama, XI IPA 5

Antares Naratama, XI IPA 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Augita Minara, XI IPA 2

Namira Ayudia, XI IPA 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namira Ayudia, XI IPA 2

ㅇㅅㅇ

Author's Note :

Hai, makasih udah nyempetin baca karya pertamaku!! Kritik saran boleh komen aja ya!!^___^
Terima kasih <3

Fisika | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang