Menghindar

320 71 6
                                    

Antares Na (@naratamares) has requested to follow you.

Antares Na: Hai
Antares Na: Gita?

...

Ini benar-benar di luar dugaan Gita. Ia bahkan tak berekspektasi bahwa Antares akan mem-follback instagramnya hingga mengirimkan pesan. Alhasil dengan air muka penuh keterkejutan, ia mematikan ponselnya dan memasukkannya kembali ke dalam tas.

Balas nanti aja, lah. Lagian juga udah waktunya masuk, pikirnya.

Ia menyiapkan buku LKS fisikanya—milik Antares—dan segera mengganti nama pada cover bukunya selagi ingat.

Kejadian pagi ini benar-benar suatu keajaiban, menurutnya. Hampir saja ia berniat pura-pura sakit hingga membolos di UKS. Ia sungguh tidak yakin ada yang bersedia meminjamkan LKS-nya. Untung saja hari ini tidak ada jadwal pelajaran fisika di kelas Antares. Kalaupun misalnya ada, mungkin ia tak 'kan dipinjami buku, karena besar kemungkinan Pak Surya—guru fisika—akan memberikan tugas yang sama seperti kelasnya. Sedangkan, di kelas Gita, hari ini latihan soal tersebut akan dinilai.

Ah, terlalu banyak memikirkan Antares membuatnya sulit berkonsentrasi.

"Nam, gue ke toilet bentar, ya." Ia berbisik pada Gita di tengah pembelajaran.

Namira yang sibuk memperhatikan penjelasan Pak Surya dan tidak ingin diganggu pun hanya mengibaskan tangannya, bermaksud mengusir Gita.

Dengusan kesal dari hidung Gita keluar begitu saja setelah mendapat respons buruk dari temannya itu. Dengan segera ia beranjak dari tempatnya dan berlalu menuju toilet.

Tidak, ia tak berniat membuang air. Ia hanya ingin mencuci muka untuk menjernihkan pikirannya.

Baru saja ia hendak kembali ke kelasnya, tiba-tiba Bu Dian menghampirinya.

"Eh, Nak, sini sebentar," panggilnya.

Gita menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa, Bu?" tanyanya.

"Tolong panggilkan Antares sebelas IPA lima, ditunggu Bu Dian di ruang guru," perintahnya.

Sepersekian detik Gita bergeming, berusaha mencerna perintah Bu Dian sebelum membalas, "O-oh, iya, Bu, saya panggilkan."

"Makasih, ya, Nak." Bu Dian melemparkan senyum lebar sebelum berlalu meninggalkannya.

Setelah punggung Bu Dian menghilang dari pandangannya, barulah ia melepaskan helaan napas pasrah. "Antares lagi, Antares lagi," keluhnya.

Dengan sedikit terpaksa, ia melangkahkan kaki menuju ke lantai dua, tempat kelas IPA lima berada.

Tok tok tok

"Permisi." Ia menyapa sembari mengintip ke dalam kelas.

Pak Hedi yang sedang menulis di papan pun menoleh dan menghentikan kegiatannya. "Iya, ada perlu apa?"

"Mau manggil Antares, Pak, ditunggu Bu Dian di ruang guru," jelasnya.

Setelah mendengar jawaban dari Gita, Pak Hedi membalikkan tubuh dan menyampaikan, "Yang namanya Antares, ditunggu Bu Dian di ruang tunggu."

Sosok yang merasa terpanggil itu pun beranjak dan memberi salam sebelum keluar dari kelas.

Buru-buru, Gita berlalu menjauh ketika merasa sosok itu akan keluar kelas. Namun nahas, belum sempat ia turun tangga, Antares memanggilnya.

"Gita!"

Si pemilik nama langsung panik. Ia menolehkan kepala dengan takut-takut. "S–sorry, gue buru-buru, dicariin Pak Surya," alibinya.

Ia langsung turun dengan tergesa-gesa tanpa menunggu balasan dari Antares.

Antares yang melihat gelagat aneh Gita pun hanya mengangkat bahu dan berlalu santai menuju ruang guru. Ia merasa aneh, seperti sedang dihindari olehnya. Buru-buru ia membuang perasaan buruk itu dan tidak mengambil pusing.

ㅇㅅㅇ

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya bel pulang berbunyi.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Gita langsung memesan ojek online seperti biasa. Bedanya, hari ini ia sedikit terburu-buru, seperti sedang dikejar sesuatu.

"Buru-buru banget, sih?" tanya Namira heran saat melihat temannya memberesi barang-barangnya dengan terburu-buru. "Ojeknya juga pasti nunggu, kali."

Tanpa memedulikan perkataan Namira, ia tetap fokus pada barang-barangnya sembari menatap layar ponselnya.

"Eh, udah sampe. Gue duluan, ya, bye!" pamitnya pada Namira tanpa menoleh sedikit pun.

Bukan tanpa alasan ia berlagak seperti menghindari Antares. Ia hanya masih merasa malu akan kejadian kepencet tadi. Ia takut Antares akan bertanya macam-macam, padahal belum tentu juga. Entahlah, hari ini pikirannya seakan-akan dihantui oleh sosok bernama Antares itu.

Ia kira, setelah jam sekolah usai, hidupnya akan lebih tenang. Belum ada satu jam setelah ia menginjakkan kaki di rumah, tiba-tiba ponselnya berbunyi dan menampilkan sebuah notifikasi baru.

Antares Na: Udah pulang?
Antares Na: Kok blm dibales

Keadaan Augita Minara saat ini: pusing.

Akhirnya setelah kurang lebih sepuluh menit menimang-nimang, ia memutuskan untuk membalasnya.

naratamares
|Hai
|Gita?
|Udah pulang?
|Kok blm dibales

minaragita
Halo.. antares|
Maaf baru bales|
Udah pulang kok|

naratamares
|Tadi kenapa nggak bales?

minaragita
Anu, paketanku nipis hehe😅|

...

Awalnya biasa saja, Gita masih membalasnya dengan lumayan santai. Namun, belum sempat ia melepaskan rasa leganya, ia dikejutkan lagi dengan sebuah pesan masuk.

naratamares
|Pindah wa aja gimana?

Aduh, udah terlanjur kebaca. Gimana, dong?

ㅇㅅㅇ

Author's Note :

Hhh akhirnya sampai chapter 3 /pukpuk
Makasih udah terus baca sampe chapter ini^____^

Kritik saran boleh komen aja ya!!

Fisika | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang