Mantan?

217 33 3
                                    

Gita berjalan menyusuri koridor sekolah untuk sampai ke kelasnya. Senyumnya mengembang tiap kali berpapasan dengan siswa yang ia kenal, diikuti dengan sapaan lembut, tentunya. Kedua netranya selalu memancarkan tatapan penuh antusias pada beberapa siswa yang menyapanya lebih dulu. Meski hanya segelintir siswa saja yang ia kenal, ia tetap merasa senang karena setidaknya lingkup pertemanannya tak hanya dari dalam satu kelas saja.

"Eh, Gita," sapa seorang gadis berkuncir kuda. "Lu lagi deket sama Antares gak, sih, ya?"

Pertanyaan gadis itu membuat Gita menghentikan langkahnya. Degup jantungnya terasa lebih menusuk sesaat setelah mendengar nama pemuda yang sudah dua minggu ini tak berhubungan dengannya. Namun, sebaik mungkin ia mengontrol ekspresinya tatkala menoleh ke arah gadis itu, teman satu gugus Gita saat kelas sepuluh dulu, serta teman kelas Antares.

"H–hah?" Entah berapa banyak kalimat tanggapan yang telah ia siapkan di benaknya, tetapi yang keluar hanyalah sepatah kata dengan mulut ternganga.

Gadis itu—namanya Odite—mendenguskan tawa kecil melihat ekspresi lucu Gita. "Sorry, sorry. Gue tau kalian udah lama gak bareng, sih. Tapi gue kasih tau, ya, beberapa hari ini, tuh, dia nganter-jemput mantannya. Namanya Azura, anak SMA kompleks. Entah lo tau orangnya ato enggak, yang jelas, dia anak famous gitu, deh."

Gita mendengarkan ucapan Odite dengan ekspresi yang sulit ditebak. Kalau boleh jujur, ia sedikit sedih mendengarnya. Namun, di sisi lain, pikirannya berkata bahwa perasaannya tak valid. Antares hanyalah temannya, mengapa ia harus sedih mendengar bahwa pemuda itu dekat dengan mantan pacarnya?

Dengan cepat, ia tersadar dan mengubah ekspresinya. Ia mengesampingkan perdebatan antara batin dan otaknya. Bingung harus berekspresi seperti apa, ia hanya manggut-manggut dengan mata yang berkedip beberapa kali.

Tepukan di bahunya yang tiba-tiba sedikit mengejutkannya. "Gak usah sedih, Antares orangnya emang gitu, plin-plan. Malahan, ya, sebelum deket sama lu, dia lumayan deket sama Rania. Kalem-kalem buaya juga ya, ternyata."

"E–eh, hehehe. G-gue sama dia temenan doang, kok, santai." Gita tertawa canggung. "G–gue ke kelas dulu, ya. Bye."

ㅇㅅㅇ

Selama pelajaran berlangsung, Gita tak dapat fokus memperhatikan penjelasan dari gurunya. Matanya terus menatap ke arah luar jendela, seolah-olah ada pertunjukan menarik di luar sana. Bahkan, materi matriks yang cukup ia sukai pun tak diindahkan olehnya.

"Gita? Lu kenapa?" Begitu kelas matematika wajib selesai, Namira menggoyang pelan pundak teman sebangkunya.

Dengan cepat, Gita tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Namira di sebelah kirinya.

"Lu kenapa? Dari tadi gue perhatiin, lu gak fokus pelajaran. Lu ada masalah apa sebenernya?" Namira menuntut penjelasan dari Gita yang menjadi penyebab tak fokusnya gadis itu.

Sementara, yang ditanyai mah menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pandangannya terlempar ke segala arah, seperti orang linglung.

"Ta? Lu oke gak, sih?" tanya Namira sekali lagi.

"G–gue…." Gadis itu kini menunduk, tak berani menatap lawan bicaranya. "… Gue gapapa. Cuman … kepikiran sesuatu aja."

"Kepikiran apa?" Namira meminta penjelasan lebih lanjut mengenai jawaban ambigu yang diberikan oleh Gita.

"G–gue, tuh, sebenernya naksir Antares gak, sih?" Raut muka gadis itu tiba-tiba murung. "Perasaan baru beberapa hari aja deketnya, itu pun karena keperluan waktu itu. Tapi …, abis denger cerita dari Odite, gue malah ngerasa sedih. Padahal, gue tau kalo gue gak berhak."

Fisika | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang