Sandwich -Namiraka

268 46 7
                                    

Sudah seperti rutinitas sehari-hari, Raka-kekasih Namira-menghampiri kelas pacarnya setiap istirahat pertama untuk mengajaknya sarapan.

"Good morning, Nami." Ia mencolek dagu kekasihnya yang sibuk melengkapi catatan.

Yang disentuh pun mendongak. Matanya menangkap raut wajah Raka yang tersenyum manis. Ditambah lagi dengan kacamata yang terpasang padanya melipatgandakan kesan manisnya.

Namira menggamit lengan sosok di sebelahnya dan memasang raut muka ceria. Kepalanya mengelus-elus lengan Raka bak seekor kucing manja.

"Ayo ke kantin," ajak Raka.

"Aku bikin sandwich tadi. Makan bareng di rooftop, yuk?" Namira memasang raut wajah memohon.

Raka terkekeh seraya mengacak-acak pelan rambut kekasihnya. "Ayo."

Setelah mendapat persetujuan dari si pemuda, Namira langsung beranjak dari duduknya. Ia menoleh ke arah teman sebangkunya yang belum selesai melengkapi catatannya.

"Ta, gue duluan, ya," pamitnya.

Si pemilik nama mengangguk tanpa menoleh ke arah sumber suara. "Duluan, gih." Ia mengibaskan tangannya, mengusir dua sejoli yang kerap kali membuatnya menjadi third wheel.

Namira tertawa mengejek. "Cari pacar makanya, biar bisa ngerasain," ledeknya.

Gita mendengus kesal seraya menatap tajam temannya. "Gue timpuk ya lo, kalo gak buru pergi."

"Ampun." Namira meringis seraya menyatukan kedua tangannya.

"Udah, ayo ke rooftop." Raka menarik pelan Namira menuju ke luar kelas.

Tak banyak hal yang mereka lakukan di sini. Pastinya, mereka sibuk menghabiskan sandwich buatan Namira dengan posisi Namira yang menyandarkan kepalanya di pundak Raka.

Rooftop sekolah ini memang sering sepi. Banyak debu di mana-mana karena memang dipenuhi oleh bangku-bangku tak terpakai. Ada pula AC dan lemari usang yang diletakkan di pojokan rooftop.

Hanya segelintir siswa yang biasa ke sini. Biasanya, sih, dengan keperluan ingin berduaan atau bahkan sedang ingin menyendiri. Kalau sudah begitu, mereka akan menggeret meja yang masih lumayan layak dipakai ke pinggir tembok pembatas untuk diduduki, sama seperti yang dilakukan oleh Namira dan Raka.

Karena sekolah ini terletak di pusat kota, pemandangan yang terlihat dari rooftop cukup bagus. Terlihat jalanan besar nan ramai serta gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi pinggiran jalan.

Raka mengusap-usap rambut Namira dengan lembut. Ia tersenyum manis seraya berujar, "Rambutmu alus banget. Abis keramas, ya?"

Namira mendaratkan dagu pada pundak kekasihnya seraya menatap manik si pemuda yang langsung beralih padanya.

"Iya. Harum nggak?" tanyanya.

Yang ditanya pun mengambil beberapa helai rambut dan mendekatkannya pada indra penciumannya.

Ia mengangguk pelan. "Bau stroberi."

Namira tersenyum puas karena kekasihnya berhasil menebak. Ia mengeratkan pelukannya pada lengan kiri Raka.

"Katanya makan sandwich. Kok, jadi pacaran," celetuk Raka.

Ia mengambil kotak bekal di pangkuan Namira, berniat mengambil sepotong sandwich dari sana.

"Aku suapin, ya." Pemuda itu mengarahkan sandwich di tangannya pada mulut Namira sebelum mendapat persetujuan.

"Aaaa." Ia membuka mulutnya lebar, menyuruh Namira untuk mengikutinya.

Fisika | JaeminjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang