Datang saja seperti pencuri, dan bersembunyi seperti pecundang. Dengan begitu kau tidak akan merasa gusar lagi.
--------------------------------
Hitunglah bintang di angkasa ketika sepi menyerang sisi hati. Seseorang pernah mengatakan hal itu kepada telinga. Memintanya berlari di atas tanah basah, sembari menghitung jumlah kerlip. Tapi sejujurnya apa yang menjadi keinginan hanya sebuah bualan omong kosong. Tawa menerjang gendang telinga seperti tiupan sangkakala. Bahkan jeritan kematian menjadi lebih baik dibanding cemooh bibir wanita.
Gadis ini bergerak menjauh. Mendorong wadah kosong dari bawah telapak tangan. Rasa tidak nyaman hadir setelah beberapa orang masuk ke dalam ruang makan. Waktu yang ia habiskan selama satu jam menenguk segelas susu panas dan dua potong roti membuat lensa-lensa mata menatapnya dengan pandangan curiga.
Jauh di lubuk hati Shine tidak akan memikirkan pandangan orang lain. Tapi sebaik apapun ia menyembunyikan gurat kekesalan, tetap saja desisan itu terlontar dari bibirnya.
Para wanita seolah tidak perduli pandangan selidik mampu merusak ketenangan. Bisikikan yang terdengar bahkan seperti berbicara tepat di gendang telinga.
Selama satu hari berada di kota orang, Shine merasa dunia berkali-kali mencemoohnya. Menertawakan kebodohan dimana ia mabuk dalam keadaan terancam, hingga membuatnya terbuang dari kediaman orang tuanya sendiri. Kata menyedihkan mungkin menggambarakan keadaannya saat ini. Ia tidak berteman dengan siapapun, dan bahkan tersisihkan oleh para pelayan.
Berjalan di antara pilar tinggi Shine memandang takjub setiap lukisan yang melekat di atas dinding. Pola dari bunga besar dan burung berwarna kebiruan bersaing indah di sana. Seolah guratan-guratan kasar tengah berlomba memperlihatkan kecantikan masing-masing. Monthana, itu adalah nama yang Elia berikan.
Tiga puluh menit yang lalu wanita itu meninggalkannya bersama Jinny. Tanpa pembicaraan lebih jauh atau sekedar perkenalan singkat. Kecuali pemberitahuan arah kaki dan nama tempat yang tengah ia tinggali. Wanita itu juga menyempatkan diri memerintahkan dirinya untuk menghabiskan sarapan. Kemudian meminta ia untuk menemui kembali di bangunan penimbang.
Melewati jalur pembatas bangunan timur. Berjalan di antara ilalang kering dimana di sekitar terdapat ladang cabai rimbun yang menyejukkan mata.
Shine bergumam tidak habis pikir. Dunia ini seperti alam terbuka yang belum pernah terjamah. Di kelilingi hutan lebat yang hijau, Shine masih bisa mendengar sesekali suara hewan berbunyi nyaring. Apa itu suara kuda? Shine menajamkan pendengarannya.
Suara mesin penggiling padi ikut serta memeriahkan siang. Matahari cukup tinggi, tapi sengatan rasa panas tidak terasa membakar kulit. Shine melanjutkan langkahnya mencari bangunan yang Elia maksudkan. Melewati siring kecil, sembari menutupi matanya dari cahaya matahari. Sekali Shine menyapa seseorang dan menanyakan tembok besar serigala hitam.
Entah bagaimana rupa tembok besar itu. Tapi Ellia mengatakan itu adalah batas teritorial castle dan gudang penyimpanan kota. Shine tersenyum miring. Dua ratus meter dari pijakan kakinya Ellia terlihat sedang berbincang dengan seorang lelaki tua. Jika diperkiraan menggunakan pemikiran logika, pria itu berusia antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Tapi siapa perduli?
Ketika melihat kedatangannya, Ellia melirik sesaat dan memberikan kode dengan memainkan bola matanya. Sayang, ia bukan pakar penelitian kode. Ia hanya mengerti cibiran kecil sarat akan kemarahan. Setidaknya seperti yang Arthur pernah lakukan. Shine mengangkat bahunya. Memberitahu Ellia jika ia tidak mengerti dengan gerakan bola mata.
Bahkan Jinny dapat melakukannya dengan baik. Aroma tumbuhan hijau begitu terasa segar. Shine menarik napasnya dalam. Menikmati wangi clorofil dari campuran alam gilingan padi. Lalu kembali menatap sekeliling. Dominic ternyata memiliki pemikiran yan luas. Tempat ini tidak terlalu buruk, meski Shine tetap tidak menerima penghinaan yang pria tua itu lakukan kepadanya.
Memandang kegiatan para pekerja, Ellia mencoba menghentikan pembicaraan. Dari ekor matanya Shine dapat melihat wanita itu mencoba memperingati. Entah apa yang keduanya perdebatkan. Tapi saat pria tua berjenggot tebal itu menatap dirinya senang, Shine berjalan memasuki ruangan.
Ia terbiasa menerima pujian. Pandangan menggoda atau sekedar rayuan busuk. Shine juga menyadari tatapan bingung para pekerja lain, tapi ia memilih tidak perduli. Tidak ada yang perlu ia sampaikan, karena kedatangannya hanyalah untuk memenuhi panggilan Ellia.
Arthur sempat mengatakan seorang pelayan akan menjelaskan kegiatan. Dan untuk itulah ia mengalah berada di tempat ini. Ellia nampak terganggu, dan berusaha mengejarnya. Shine memperlambat langkah kaki.
Wanita tua itu mungkin kesulitan mengejarnya, maka sebelum tulang kaki lemah itu terjatuh di atas tanah Shine berhenti satu atau dua kali. Ia juga suka menikmati suara gilingan padi, sembari memandangi pekerja wanita yang membungkukkan tubuh menyapa kehadirannya.
"Bukankah Jinny memiliki tugas untuk mengawasi anda?"
Sepertinya tidak semua manusia di tempat ini membenci kehadiran. Shine melemparkan senyum manis membalas sapaan para teman baru. Pemandangan kuda pacu di area lain membuat kekehan Shine spontan melayang keluar. Ellia berdecak mendengar suara itu. Tapi meski berwajah menyeramkan wanita itu tetap mengikuti langkah sembari memeluk pergelangan tangan di balik tubuhnya.
"Kenapa? Bukankah kau yang memintaku datang kemari?"
"Anda tidak seharunya keluar dengan berpakaian seperti ini. Desa ini dipenuhi pria sinting, dan keamanan wanita menjadi prioritas utama. Apa anda tidak melihatnya? Para wanita menggunakan pakaian hingga menutupi pergelangan kaki."
Suara Ellia terdengar dingin dan tak bersahabat, Shine menahan punggungnya. Tidak membalas tatapan jengah yang wanita tua itu lemparkan. Ia lebih memilih melanjutkan langkah menyelidiki setiap ruangan untuk mengingat jejak dikemudian hari.
Ia akan tinggal cukup lama. Bersisian dengan orang-orang yang tak dikenali. Jadi sebisa mungkin Shine berusaha mengingat kawasan kediaman Arthur, sebagai antisipasi ketika ia tersesat.
Terdapat sekitar sepuluh ruangan besar yang berbeda. Shine menundukkan kepalanya singkat. Memperhatikan pakaiannya dan kembali mengangkat kepala memandang seorang wanita pembersih padi. Well, Ellia sepertinya benar. Sekat papan kayu memisahkan setiap ruang, dan Shine terkekeh salah tingkah.
Bangunan ini tidak seperti castle Arthur. Ini hanya bangunan penukaran jasa dan uang.
"Seharusnya kau memperingatkanku saat itu. Aku baru datang pagi ini, jadi tidak terlalu memahami penggunaan pakaian gadis desa."
"Untuk itulah saya menempatkan Jinny bersama anda. Nona seharusnya mendengarkan penjelasan, sebelum berpikir lebih jauh untuk datang ke tempat ini."
Hembusan angin menerbangkan anakan rambutnya. Ellia berjalan ke sisi tubuh Shine, lalu menarik gadis itu ke dalam satu ruangan yang mana hanya terdapat sekumpulan meja di dalamnya. Jika Shine tidak salah menebak, ruangan ini adalah ruang rapat kepala pekerja. Shine dapat melihat serakan kertas di atasnya. Abu rokok tercecer tidak beraturan, dan kaleng minuman keras. Shine hampir saja melayangkan tangannya untuk menepis kaleng itu dari atas meja. Namun Ellia lagi-lagi menarik, dan mendudukkannya paksa di atas satu kursi di sudut ruangan. Lebih tepatnya di dalam ruangan lain, yang berada di ruang rapat tersebut.
"Ruangan apa ini? Mengapa kau membawaku kemari? Kau tidak sedang berniat melakukan kejahatan, bukan?"
-----------------------------------------
Note ????
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship
FanfictionShaun Arthur tidak pernah berpikir jika diusianya yang menginjak dua puluh delapan tahun, ia justru harus menghadapi seorang gadis kecil nan pembangkang.