Bagian 21

4.4K 372 47
                                    

Jam mengajar telah usai, anak anak sudah meninggalkan sekolah sedari beberapa menit yang lalu, aku yang telah selesai memasukkan barang barang ku kembali ke dalam tas berniat untuk segera pulang. Tapi lagi lagi Janu datang dengan senyuman yang tertarik indah di wajahnya dengan masih menggunakan setelan kantornya, melihatnya seperti ini kadang membuat hatiku menghangat seperti aku kembali melihat dirinya yang dulu. Tapi bedanya sekarang ia telah menjadi laki laki sukses, semakin tampan, gagah, dan suatu fakta yang sungguh mengagetkan yaitu ia mengatakan mencintaiku. Apakah ia benar benar mengatakan mencintaiku pagi tadi? Apa aku berkhayal?

"udah selesai ngajarnya?" tanyanya dengan senyuman yang masih belum luntur.

"iya udah selesai" balas ku tanpa berani menatap ke kedua matanya karena terlalu malu mengingat kejadian Janu menciumku pagi tadi.

"ayo masuk, aku anter pulang" Janu mengambil alih tas yang aku bawa sedari tadi dan membukakan pintu mobil untuk ku. Aku memasuki mobil diikuti Janu, ia meletakkan tas ku di kursi belakang dan tak lupa untuk memasang seatbelt. Sedangkan aku duduk kaku terdiam tak tau ingin berbuat apa, aku bahkan bingung dengan diriku sendiri yang beberapa jam yang lalu mengatakan tak bisa bersama tapi sekarang malah menerima tawaran Janu untuk mengantar pulang, aku bingung dengan hatiku sendiri, akupun masih bimbang sebenarnya apa yang hatiku benar benar inginkan untuk sekarang.

"jangan lupa pakai seatbelt nya" ujar Janu dan tiba tiba memasangkan seatbelt yang memang sedari tadi belum ku pasang.

"a–ah iya" ujar ku tergagap kaku.

"kenapa ngelamun hmm?" ujarnya lembut, menatap ku penuh perhatian dan tangannya mengusap surai ku pelan.

"g–gak papa" ujar ku gugup dan memalingkan wajah ku ke arah lain, perlakuan lembutnya benar benar membuat ku mati gaya. Sudah beberapa tahun aku tak melihat dirinya seperti ini dan sekarang benar benar membuat ku tak tau berbuat apa. Perlakuannya sungguh membuat ku semakin bingung dengan perasaan ku sendiri.

"jangan keseringan ngelamun" ujarnya dan tersenyum manis dan kembali mengelus kepalaku dan anehnya aku tak menepis tangannya yang mengelus kepala ku. Aku yang mendapatkan perlakuan manis seperti ini merasakan pipi ku memanas, dengan segera aku memalingkan wajah ku ke arah lain menatap keluar jendela tanpa menjawab ucapannnya. Hati ku berdegup kencang, dan aku menjadi kikuk tapi dari sebelah ku malah terdengar tawa kecil keluar dari bibir Janu entah apa yang ia tertawakan.

"kamu udah makan?"

"belum" jawab ku dengan masih menatap keluar jendela.

"kalau gitu kita makan dulu ya" ujarnya dan aku hanya mengangguk, entah kenapa dengan ku hari ini yang terus menurut dengannya.

Beberapa menit berlalu kami habiskan waktu untuk mengisi perut dengan percakapan yang tidak terlalu berarti karena aku yang kadang tidak membalas ucapan Janu yang ia lontarkan karena aku yang masih bergulat dengan isi kepala ku sendiri. Setelah makan Janu mengantar ku pulang ke kost an ku dan sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tapi sialnya ternyata ada Noval yang entah sejak kapan duduk di kursi yang ada di depan kost ku, membuat ku takut hal yang tidak diinginkan seperti waktu itu kembali terulang karena sekarang aku bersama dengan Janu dan Noval tidak suka itu.

"a-ah makasih, kamu bisa langsung pulang aja" ujar ku dan segera keluar dari mobilnya. Aku berjalan pelan menuju kearah Noval yang menyadari kedatangan ku dan tersenyum simpul.

"baru dateng Dik? Diantar siapa?" tanya Noval yang kini sudah berada tepat di hadapan ku.

"a-ah itu—diantar temen kerja, tadi makan dulu sebentar" ujarku yang sudah keringat dingin.

"Dika"

Mampus! Kenapa dia belum pulang dan malah keluar dari mobilnya? Dia akan membuat suasana menjadi keruh saat ada Noval disini.

It's Love! [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang