Chapter 19

4.8K 440 11
                                    

Aku merasa tak enak badan jadi aku memutuskan untuk tidak mengajar hari ini dan tak lupa menelpon Melly untuk meminta izin. Setelah kejadian semalam hati ku kembali sakit dan kenangan masa lalu kembali terputar di benakku membuat ku benar benar merasa sesak dan pilu, dan bodohnya aku kembali menangisinya semalaman tanpa tidur dan sekarang kepala ku berdenyut nyeri dan aku merasa tak enak badan.

Karena kepala ku yang terlalu pusing dan tubuh ku yang terasa lemah aku memutuskan untuk mengirim pesan kepada Noval, meminta bantuan kepadanya untuk membelikan ku makanan dan obat karena aku tak bisa melakukannya sendiri, berjalan beberapa langkah pun rasanya ruangan kamar ku ini terlihat berputar dan membuat ku ingin muntah, jadi pada akhirnya hanya Noval lah yang bisa ku mintai tolong.

Ketukan pada pintu kost ku terdengar, aku berjalan perlahan sambil berpegang ke dinding agar tak limbung. Saat membuka pintu begitu terkejutnya aku karena yang tadinya ku kira Noval yang akan datang dan ternyata Janu. Aku yang mencoba menutup pintu tapi dengan cepat di dorong cukup keras oleh Janu agar tetap terbuka, dan aku yang masih lemah untuk berdiri pun terjatuh ke lantai.

"maaf Dik aku gak bermaksud" ujarnya. Janu yang terlihat panik langsung menghampiri ku dan mencoba menolong ku. Ia menggapai tangan ku tapi langsung ditepis oleh ku.

"astaga Dik badan kamu panas!! Kamu sakit?!" ujarnya yang terlihat panik mengetahui aku yang sakit dan mencoba membantu ku berdiri.

"bukan urusan kamu, dan juga aku udah bilang kan gak usah temuin aku lagi!" ujar ku marah. Tak ada balasan dan tanpa menanyakan persetujuan ku Janu menggendong ku yang membuat tangan ku dengan spontan menggapai lehernya untuk berpegangan karena takut terjatuh.

"turunin aku" ujar ku dan memukul dada Janu yang aku yakini tak terasa sakit karena aku yang tak memiliki tenaga sama sekali. Setelah sampai dikamar ku Janu membaringkan diri ku di atas tempat tidur ku.

"kamu udah makan? Udah minum obat?" tanya Janu dan mengelus kepala ku.

"udah aku bilang bukan urusan kamu. Lebih baik kamu pulang" ujar ku dan menepis tangannya yang mengelus kepala ku. Janu terlihat tidak marah waktu aku menepis tangannya tapi tiba tiba ia berjalan keluar dari kamar ku yang aku kira ia berniat pulang, tetapi ternyata ia kembali masuk ke kamar ku membawa sebaskom kecil air dan handuk untuk mengkompres.

Aku mendudukan diri ku di pinggiran ranjang dan Janu kembali menyuruh ku untuk tetap berbaring, aku yang muak dengan sikapnya pun merasa marah dan menepis baskom air yang ada di tangannya hingga jatuh dan membuat basah lantai kamar ku.

"gak usah ikut campur hidup aku! Pergi dari rumah aku. Kamu gak perlu merasa kasihan sama aku karena aku gak butuh!" ujar ku mendorongnya yang kembali mencoba mendekat.

"aku gak kasihan sama kamu. Aku ngelakuin ini karna aku peduli!" ujarnya meninggi dan mencengkram kedua bahuku.

"gak usah peduliin sampah ini! Tinggalin aja aku kaya dulu! Kenapa sekarang kamu harus peduli?!" ujar ku dan mencoba mendorongnya, entah kenapa aku jadi melow dan air mata ku kembali mengalir tanpa ku sadari.

"kamu harus istirahat!" ujarnya tanpa menghiraukan ucapan ku.

"aku bilang lepasin aku! Kenapa kamu harus peduli! Lapasin aku hiks!"

Dan suara dobrakan pintu membuat ku terkejut, tiba tiba Noval masuk dan dengan cepat memukul Janu tepat di wajah nya. Janu yang belum siap menerima pukulan pun terduduk di lantai, dan karena merasa tak terima ia membalas memukul Noval dan mereka berakhir saling memukul satu sama lain. Aku mencoba memisahkan tetapi aku terlalu lemah karena faktor sakit, sampai ku rasakan salah satu siku dari mereka memukul kepala ku cukup keras dan setelahnya pandangan ku mulai memudar dan aku tak tau apa yang terjadi setelahnya karena semuanya hitam.

*****

Aku mulai membuka kedua mataku dengan perlahan, kepala ku yang masih terasa sakit membuat ku merintih pelan.

"kamu udah bangun? Kamu gak papa? Kepala kamu masih sakit?" ujar Noval yang menyadari aku yang telah sadar dan memberikan pertanyaan beruntun.

"kepala aku masih sakit" ujar ku dan sesekali menyentuh kepala ku.

"kamu harus makan, kamu belum makan dari pagi" ujar Noval dan membantu ku untuk duduk bersandar di kepala tempat tidur. Setelahnya ia pergi ke dapur untuk mengambil mangkok dan segelas air.

Setelah memasukkan bubur yang ia beli ke dalam mangkok dan kini Noval duduk di sisi tempat tidur ku.

"aaa~"

"aku bisa makan sendiri"

"biar aku suapin, kamu pasti masih lemes" tanpa membantah aku menerima suapan yang diberikan Noval. Dengan telaten Noval menyuapi ku dan memberikan air dan tak lupa juga memberikan ku obat. Noval membawa mangkok bekas ku makan dan gelas ke dapur dan kembali ke kamar ku.

"sekarang kamu istirahat lagi" ujar Noval.

"uhm Janu pulang?" tanya ku.

"iya dia pulang. Lebih tepatnya aku yang suruh dia pulang" ujar Noval. "dan juga kenapa tiba tiba dia ada dirumah kamu? Kenapa dia tau rumah kamu? Apa kamu udah sering ketemu tanpa aku tau?" ujar Noval yang menuntut jawaban dan menatap ku tepat di kedua mataku.

"uhm, akhir akhir ini dia suka telpon dan nemuin aku bahkan udah aku larang tapi dia gak pernah dengerin" ujarku dan mengatakan sejujurnya. Aku tak bisa menutupinya lagi dari Noval karena jika aku tak mengatakan sekarang bisa saja Noval akan marah kepada ku.

"kenapa kamu baru kasih tau aku?"

"maafin aku, tapi aku takut kamu bakal marah dan berantem sama Janu. Aku gak mau hal itu terjadi" ujar ku walau pada akhirnya Noval sudah menghajar Janu.

Terlihat Noval menghela nafas pelan dan menatap ku dengan serius. "lain kali kalau ada apa apa kasih tau aku, aku gak mau hal kaya tadi kejadian lagi, ngeliat Janu yang cengkram bahu kamu dan kamu yang nangis tanpa pikir panjang aku langsung lari dan pukul Janu. Aku gak mau kamu kenapa napa, maka dari itu jangan sembunyiin apapun dari aku ya?!" ujar nya lembut dan mengelus kedua tangan ku yang entah sejak kapan telah ada di genggamannya. Sebagai balasannya aku pun hanya mengangguk karena terlalu bingung untuk menjawab apa dan terlihat Noval tersenyum hangat ke arah ku.

"Val makasih udah mau ngurusin aku, sekarang kamu bisa pulang kok aku udah mendingan" ujar ku saat melihat jam di dinding kamar yang telah menunjukkan pukul 7 malam.

"aku masih mau temenin kamu"

"aku udah gak papa kok. Kamu juga belum mandi kan? Pasti gak enak. Mending kamu pulang, aku juga bakal istirahat jadi kamu gak usah khawatir" ujar ku meyakinkan.

"uhm, yaudah kalo gitu aku pulang dulu, telpon aku kalo ada apa apa" ujar nya dan mengelus kepala ku pelan.

"iya, makasih banyak Val. Hati hati di jalan" ujar ku dan tersenyum ke arahnya. Noval balas tersenyum dan berlalu pergi dari kost ku, aku yang masih lemas pun akhirnya memilih untuk kembali memejamkan mata, tak ingin memikirkan apa yang telah terjadi hari ini karena aku terlalu lelah.

*****

Kasih vote dan komennya ya, dan jangan lupa cek ceritaku ya satunya ya guys!
See you ~~


It's Love! [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang