Chapter 15

5.7K 502 20
                                    

Di akhir pekan yang damai ini tiba tiba terdengar sebuah ketukan pintu yang membuat ku membangunkan diri dari acara berleha leha ku. Aku berjalan menuju pintu yang masih di ketok pelan dari luar, setelah di buka terlihat mas mas Go Fo*d yang tersenyum ramah sambil menyodorkan dua kantong plastik penuh dengan makanan yang membuat ku menyernyit heran.

"m-maaf mas, tapi saya gak ada pesen makanan. Mungkin mas salah alamat" ujar ku menjelaskan.

"ini bener kok alamatnya. Saya cuma disuruh nganterin aja, sudah di bayar kok" ujar mas mas Go Fo*d sambil menyodorkan dua kantong plastik makanan tersebut dan tangan ku dengan perlahan mengambil dua kantong plastik tersebut dan mencoba mencerna semuanya. Setelah mas mas Go Fo*od sudah tak terlihat, aku membawa masuk makanan tersebut sambil menatap dengan sesama. Siapa yang ngasih? Dan bodohnya aku tak menanyakan siapa yang memberikan makanan ini ke mas Go Fo*d tadi.

Aku membawa makanan tersebut ke meja makan, dan saat ku buka ternyata semuanya adalah makanan yang aku suka. Yang tau makanan kesukaan ku hanya orang terdekat ku. Otak ku berpikir, dan satu nama terlintas di otak ku. Aku meraih handphone ku dan memanggil ke salah satu nomor, setelah menunggu beberapa detik panggilan dijawab.

"halo Val"

"iya kenapa Dik? Kangen ya? Hehe" jawabnya cengengesan.

"iih pede banget. Aku cuma mau nanya kamu ada ngirim aku makanan?" tanya ku.

"hahaha. Makanan? Gak ada. Emang kenapa?" tanya nya dengan nada bingung. Kalau buka Noval lalu siapa?

"oh gitu. Gak papa! Kamu lagi sibuk ga Val? Kalo gak mau gak makan bareng di rumah aku?" tanya ku. Mubazir kan kalau makanan sebanyak ini gak kemakan dan akhirnya kebuang, dan aku juga gak bakal sanggup untuk habisin.

"gak sibuk kok, yaudah aku otw ya"

"oh oke, hati hati"

"iya, bye baby, ckck" ucapnya cekikikan.

"bye babi" balas ku sadis. Dan setelahnya panggilan terputus.

Aku mulai menyiapkan makananya dengan menaruh kedalam piring, walau tangan ku sedang bekerja tapi otak ku memikirkan hal yang lain, siapa yang memberikan ku makanan ini? Apa memang Noval? Apa dia menutupi karna tau aku sering kali menolak kalau dia memberi ku sesuatu. Atau mungkin bukan dia? Jadi siapa?

TOK TOK TOKK

"Dika~~"

Suara ketokan pintu yang diikuti suara dari seseorang yang aku kenal tersebut membuat ku tersadar dari pikiran ku. Aku berjalan ke arah pintu dan menarik kenop pintu dengan perlahan dan menampilkan Noval yang tersenyum cerah.

Sebelum aku menyuruh masuk Noval bahkan sudah menyerobot masuk seperti rumah sendiri, tak heran karna kami telah berteman sejak SMA hingga sekarang, jadi sudah tidak ada kecanggungan.

"kenapa tiba tiba ajak makan? Tadi pagi aja aku ajak keluar cari makan gak mau" ucap Noval heran sambil mendudukan dirinya di meja makan.

"ya ini makanan banyak banget aku gak bisa ngabisin sendiri jadi aku telpon kamu" ujar ku sambil menaruh piring makanan yang sudah aku siapkan tadi di hadapan Noval dan tak lupa dengan segelas air.

"ya kalo gak bisa ngabisin ngapain beli banyak banyak"

"bukan aku yang beli"

"terus siapa?" tanya Noval dengan raut bingung menatap tepat ke arah ku seperti menuntut jawaban.

"gak tau" jawab ku acuh. Aku mendudukan diriku di kursi sebrang Noval dan mulai memakan makanan ku. Tapi raut Noval yang sedang berpikir terlihat jelas oleh mataku.

"udah makan aja" ucap ku.

Setelah beberapa menit kami selesai makan, aku membersihkan meja makan dan mencuci piring bekas kami makan, sedangkan Noval pergi ke kamar ku dengan alasan ingin tiduran.

Setelah selesai dengan urusan dapur aku menyusul Noval ke kamar, terlihat Noval yang sedang berbaring sambil memejamkan mata.

Aku menaiki tempat tidur ku dengan perlahan. Mendudukan diriku sambil bersandar ke kepala ranjang dan menghidupakan handpone ku untuk memebalas pesan Melly yang lupa aku balas. Dan tiba tiba di saat aku sedang asik dengan ponsel ku Noval membaringkan kepalanya di pahaku.

"tuh bantal di sebelah kamu" ucap ku agar ia tak berbaring di paha ku lagi.

"rambut kamu udah panjangan ya" ujarnya yang malah tidak nyambung dan mengelus rambut ku pelan.

"iya ya udah panjangan, ntar aku potong ke salon" balas ku yang juga menyadari rambut ku yang telah memanjang.

"Dik kalo misal aku udah gak ada di sisi kamu lagi kamu bakal sedih gak?" ujar Noval tiba tiba dengan topik yang begitu random. Matanya menatap tepat ke kedua bola mataku dan entah kenapa sekarang jari telunjuknya seperti memencet mencet pipi ku dengan pelan.

"gak, ngapain sedih" balas ku, yang sebenarnya dusta. Siapa yang tak akan sedih jika sahabatmu tiba tiba tidak ada di samping mu?

"ih kok gitu sih" balasnya yang pura pura ngambek sambil memajukan bibirnya. "padahal kan aku yang selalu temenin kamu dari dulu sampai sekarang" sambungnya dan kali ini tatapannya bukan lagi pura pura ngambek seperti tadi. Tatapannya kali ini begitu dalam seperti seakan menyiratkan ketulusan. Tapi selain itu seperti ada hal lain yang ia coba sampaikan oleh tatapan matanya yang aku sama sekali tidak bisa mengerti, tapi aku paham ada sesuatu yang dalam yang ia pendam.

"iyaa sedih lah, masa gak sedih. Udah kamu bilang kan kamu yang selalu ada di sisi aku sejak dulu jadi aku bakal sedih kalo gak ada kamu" ucap ku tulus sampil penepuk kepala Noval pelan. Noval adalah teman yang baik, aku sangat bersyukur kepada Tuhan karna memberikan teman seperti Noval yang setia bersama ku sedari dulu, menemani dikala sedih, dan memahami keterpurukan ku oleh cinta sesama pria yang mungkin dianggap kebanyakan orang aneh, dan bahkan dia tidak merasa jijik sekalipun mengetahui fakta tersebut, dia malah terus disampingku dan membantu ku bangkit perlahan hingga sekarang. Aku sangat bersyukur. "makasih ya udah selalu nemenin aku dari dulu, aku bersyukur banget jadi temen kamu" sambung ku dan membalas tatapan Noval dengan tersenyum tulus.

"temen?" tanyanya. Dan sirat matanya seperti mengatakan tak setuju?

"kenapa?" tanya ku yang merasa bingung.

"gak papa. Makasih juga udah selalu di sisi aku" balasnya dan tiba tiba memeluk pinggang ku dan menyembunyikan kepalanya di perutku yang membuatku otomatis terkejut karna geli. Beberapa kali mencoba memintanya untuk melepaskan tapi nihil, terkadang memang Noval keras kepala. Pada akhirnya aku hanya pasrah dan kembali fokus ke layar handphone ku untuk membalas pesan Melly yang kembali tertunda oleh percakapan ku dengan Noval tadi.

*****

Keesokan harinya aku terbangun oleh alarm handphone ku seperti biasanya. Beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Setelah selesai aku memakai pakaian kerja ku. Jam menunjukan masih terlalu pagi untuk berangkat jadi aku memutuskan untuk membuat kopi terlebih dahulu. Baru dua kali menyeruput kopi ku tiba tiba suara ketokan pintu terdengar.

Aku berjalan perlahan menuju pintu dan terlihat mas Go Fo*od lagi? ia menyodorkan plastik berisikan bubur ayam yang ia bawa lalu pergi. Aku membawa makanan tersebut masuk dan mendudukan diriku di meja makan dengan rasa bingung yang teramat dan penuh tanda tanya.

"lagi?" ucap ku sambil menatap makanan yang ada di tangan ku.

"Siapa???" itu lah yang menjadi pertanyaan besar di kepala ku.

*****

Halo guys giman kabarnya? Semoga sehat selalu ya.

Btw maaf banget karna udah lama banget ga update🙏🙏

Jangan lupa kasih vote dan komennya ya biar aku semangat ngelanjutin ceritanya😊😘
See you in the next chap!!
Byeee👋👋

It's Love! [BxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang