Mr & Mrs Hyuuga

446 85 15
                                    

Hinata bergerak gelisah, ia ingin sekali pergi ke kantornya. Menangani kasus yang menurutnya semakin menarik dan menantang. Terlebih ada sebuah pertanyaan besar tentang bagaimana bisa pistolnya ada di rumah Marika Arashita? Bukankah itu berarti pelaku penyerangan dirinya adalah orang yang juga melakukan pembunuhan terhadap Arashita ... dan Hanna?

Kedua pupil serupa mutiara itu menatap lekat pintu kamar rawat bercat putih. Naruto belum kembali sejak menerima telepon entah dari siapa. Hinata berdecak, ia melihat pergelangan tangannya yang terluka dan jarum infus yang menancap di tangan satunya.

Tangannya yang bebas dari jarum infus baru akan bergerak mencabut jarum infus tersebut saat pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Spontan Hinata menghentikan gerakannya.

Detik berikutnya, wajah cantik Hinata langsung berubah cerah.

"Ayah, Ibu!"

"Hinata sayang."

Kedua pasangan paruh baya yang masih terlihat sehat dan segar itu mendekati ranjang putri mereka.

Wajah Nyonya Hyuuga terlihat cemas, berbanding terbalik dengan wajah Tuan Hyuuga yang terlihat mengeras.

"Kau baik-baik saja, sayang?"

Hinata mengangguk. Membalas pelukan ibunya, Harumi.

"Kami sangat mengkhawatirkanmu."

"Aku baik-baik saja, Bu."

Hinata melirik ayahnya yang berdiri di depan ranjang, tepat dekat dengan kakinya. Hiashi menatap Hinata dengan pandangan yang sulit dijelaskan.

"Apa Hanabi ada di sini?"

Hinata mengernyit mendengar pertanyaan Hiashi.

"Apa Hanabi kembali lagi?"

Harumi melepas pelukan dan berjalan menghampiri suaminya.

"Sayang, bisakah kita tidak membahas soal Hanabi."

Hiashi melirik sekilas pada istrinya yang wajahnya terlihat semakin cemas.

Pria paruh baya itu menarik napas dan menghembuskannya pelan sebelum berjalan mendekati Hinata, duduk di sisi ranjang sebelah kirinya.

Tangannya terulur menangkup wajah Hinata dan mengelusnya pelan.

"Setelah kau keluar dari rumah sakit, tinggallah di rumah kami."

Hinata memejam merasakan sentuhan lembut ayahnya.

"Setuju?"

Hinata tidak punya pilihan lain selain mengangguk.

"Terima kasih, Ayah, Ibu."

Harumi bergabung dengan keduanya.

"Sudah menjadi kewajiban kami untuk selalu menjagamu, Hinata."

Suara derit pintu kamar yang terbuka mengalihkan atensi ketiganya. Naruto masuk ke dalam kamar, wajahnya sedikit terkejut saat melihat kedua orangtua Hinata.

"Hyuuga-san."

Harumi tersenyum, Hiashi mengangguk saat Naruto menyapa mereka.

Hinata memerhatikan Naruto dengan lekat. Pria itu terlihat ... gugup?

"Kau menjaga Hinata?"

Naruto mengangguk. Ia telah berdiri di sisi kanan ranjang Hinata.

"Pulanglah, biar kami yang menjaganya."

Tiga tahun berhubungan dengan Hinata, Naruto merasa sulit mendapat restu dari Hiashi. Hinata pernah memberitahunya jika Hiashi tidak suka Hinata berhubungan dengan sesama polisi.

Ranunculus (The Poison Flower)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang