Aku terbelenggu.
Surat kabar terlipat tanpa lagi ada pilinan kata yang ku tunggu.
Kuhempas jauh dari peraduan.
Seiring rindu yang tumbuh diam-diam, pelan menikam waras.
Satu helaan panjang dan belum kujumpai kerelaan.
Kau kemana, kanda?
Kemarin wajahmu tergambar jelas dibagian depan surat kabar.
Hari ini tak lagi.
Buronan, kata mereka. Dicari hidup ataupun mati. Kau menjadi sasaran makian manusia-manusia yang tak mengerti.
Aku tak peduli, kanda.
Kau dimana?
Bukan kiriman wesel bulanan yang ku tunggu, tapi kabarmu. Surat singkat. Kartu pos atau apapunlah.
Haruskah aku menunggu surat kabar esok,
Atau esoknya lagi?
Kabar tentang kau dan rasa malu yang disematkan begitu banyak pada namamu,
Atau tentang kau yang tinggal nama?
Aku tak peduli pada cap hitam yang beramai-ramai mereka jejakkan padamu, kanda.
Pulanglah.
Bagilah misil yang hendak mereka sarangkan di hatimu, di jantungmu.
Pulanglah ke dekapanku.***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Perawan Kelana
PoesiaKumpulan sajak dan puisi *** "Dan aku merayu Tuhan, tapi tak lagi meminta hatimu Tuan. Tapi hatiku, utuh. Setelah kau buat berderai" Keluh kesah, resah gelisah, dan perasaan membuncah. Aku sisipkan secuil perasaan lewat tulisan ini. Semoga kau menem...