Menapaki tepian pantai, tubuh kurus itu sudah khatam bermandikan keringat
Dibelakangnya, kaki-kaki kecil tanpa alas mengejar.
Penuh ragu ia menghampiri sepasang manusia yang entah memikirkan apa, tetapi menatap senja dan hari yang akan berganti.
Ah, terlanjur dekat.
Suaranya lalu melengking, nada tipis dan datar tetapi menyihir.
Raut mata wanita dewasa itu, tajam. Setapak, pemilik tubuh kecil itu mundur.
Rupa-rupanya, mereka berbagi rahasia yang sama.
Sang Ayah telah berpulang! Dan hidup pasti akan kejam untuk sulung wanita.
Dua pelukan yang cukup lama. Tak bersuara, tetapi cukup membagi isi hati.
Sebentar lalu, tubuh kurus kembali menapaki tepian pantai. Kali ini sambil merangkul pemilik kaki-kaki kecil.
Senja semakin redup, tetapi dua anak kecil itu masih harus berjalan,
Mencari, dan terus mencari sedikit uang untuk makan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Perawan Kelana
PuisiKumpulan sajak dan puisi *** "Dan aku merayu Tuhan, tapi tak lagi meminta hatimu Tuan. Tapi hatiku, utuh. Setelah kau buat berderai" Keluh kesah, resah gelisah, dan perasaan membuncah. Aku sisipkan secuil perasaan lewat tulisan ini. Semoga kau menem...